Home » , » Materi Aqidah Akhlaq Semester II Madrasah Tsanawiyah Kelas IX

Materi Aqidah Akhlaq Semester II Madrasah Tsanawiyah Kelas IX


A. Pendahuluan
Dalam implementasi Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar, telah dilakukan berbagai studi yang mengarahkan pada peningkatan efisiensi dan efektivitas layanan dan pengembangan sebagai konsekuensi dari suatu inovasi pendidikan. Sebagai salah satu bentuk efisiensi dan efektivitas implementasi kurikulum dikembangkan berbagai model implementasi kurikulum.
Dalam konteks Madrasah, agar lulusan memiliki keunggulan kompetitif dan komparatif, maka pembelajaran Madrasah perlu dikembangkan dengan pendekatan berbasis kompetensi. Hal ini dilakukan agar Madrasah secara kelembagaan dapat merespon secara proaktif berbagai perkembangan informasi, ilmu pengetahuan, teknologi dan seni, serta tuntutan desentralisasi. Dengan cara seperti itu, Madrasah tidak akan kehilangan relevansi program pembelajaran.
Selanjutnya, basis kompetensi yang dikembangkan di Madrasah harus menjamin pertumbuhan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT, penguasaan keterampilan hidup, penguasaan kemampuan akademik, seni dan pengembangan kepribadian yang paripurna.
Oleh karena itu, peranan dan efektivitas pendidikan agama di Madrasah sebagai landasan bagi pengembangan spiritual terhadap kesejahteraan masyarakat mutlak harus ditingkatkan. Yang dijadikan landasan pengembangan nilai spiritual yang dilakukan dengan baik, maka kehidupan masyarakat akan lebih baik.
Pendidikan Aqidah Akhlaq di MTs. sebagai bagian integral dari pendidikan Agama, memang bukan satu-satunya faktor yang menentukan dalam pembentukan watak dan kepribadian peserta didik. Tetapi secara substansial mata pelajaran Aqidah dan Akhlaq memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi kepada peserta didik untuk mempraktikkan nilai-nilai keyakinan keagamaan (tauhid) dan Akhlakqul Karimah dalam kehidupan sehari-hari.
Materi aqidah Akhlaq kelas IX yang memuat tentang Iman kepada Qada dan Qadar, berakhlak terpuji terhadap lingkungan flora dan fauna, menghindari perilaku tercela terhadap lingkungan Flora dan Fauna, dan memahami perilaku sifat dan berilaku nabi dan para sahabat merupakan integrasi akhlaq siswa untuk menjadi insane kamil.



B. Standar kompetensi dan Kompetensi Dasar
NO
Standar kompetensi
Kompetensi Dasar
Meyakini adanya Qadha dan Qadar.
Membiasakan berakhlak terpuji terhadap lingkungan flora dan fauna.
Menghindari akhlak tercela terhadap lingkungan flora dan fauna.

Memahami sifat dan perilaku Rasul dan sahabat.

1.1 Menjelaskan tentang qadha dan qadar.
1.2 Menjelaskan contoh qadha dan qadar dalam kehidupan sehari-hari.
1.3 Melafalkan ayat-ayat alquran yang berkaitan dengan qadha dan qadar.
2.1 Menjelaskan tentang flora dan fauna.
2.2 Menjelaskan tata cara berakhlak terpuji terhadap flora dan fauna.
2.3 Menjelaskan manfaat berakhlak terpuji terhadap flora dan fauna.
2.3 Melafalkan dalil naqli yang memerintahkan berakhlak terpuji terhadap flora dan fauna.
3.1 Menjelaskan macam-macam akhlak tercela terhadap lingkungan flora dan fauna.
3.2 Memberikan contoh akhlak tercela terhadap lingkungan flora dan fauna.
3.3Menunjukkan dalil yang melarang berakhlak tercela terhadap lingkungan flora dan fauna.
4.1 Menjelaskan sifat dan perilaku baik dari kehidupan Rasul dan sahabat.
4.2 Menunjukkan nilai-nilai yang patut diteladani dari kehidupan Rasul dan sahabat.
4.3 Meneladani sifat dan perilaku baik dari kehidupan Rasul dan sahabat.

Pengembangan SKKD
Setandar Kompetensi
Kompetensi Dasar
Indikator
1. Meyakini adanya Qadha dan Qadar.

2.Membiasakan berakhlak terpuji terhadap lingkungan flora dan fauna.

3. Menghindari akhlak tercela terhadap lingkungan flora dan fauna.

4. Memahami sifat dan perilaku Rasul dan sahabat
1.1 Menjelaskan tentang Qadha dan Qadar.
1.2 Menjelaskan contoh Qadha dan Qadar dalam kehidupan sehari-hari.

1.3 Melafalkan ayat-ayat alquran yang berkaitan dengan qadha dan qadar.

2.1 Menjelaskan tentang flora dan fauna.

2.2 Menjelaskan tata cara berakhlak terpuji terhadap flora dan fauna.

2.3 Menjelaskan manfaat berakhlak terpuji terhadap flora dan fauna.

2.4 Melafalkan dalil naqli yang memerintahkan berakhlak terpuji terhadap flora dan fauna.

3.1 Menjelaskan macam-macam akhlak tercela terhadap lingkungan flora dan fauna.
4.1 Menjelaskan sifat dan perilaku baik dari kehidupan Rasul dan sahabat.
1. menjelaskan pengertian Qada dan Qadar.
2. menjelaskan hubungan antara Qada dan Qadar.
3. menjelaskan pengertian iman kepada Qada dan Qadar.
1. menjelaskan hubungan antara Qada dan Qadar dengan ikhtiar.
2. menyebutkan hikmah beriman kepada Qada dan Qadar.
1. melafalkan dalil yang berkenaan dengan Qada dan Qadar.
2. melafalkan dalil naqli tentang kewajiban berikhtiar.
1. menjelaskan pengertian lingkungan flora dan fauna.
2. menjelaskan pengertian akhlak terpuji terhadap lingkungan flora dan fauna.
3. menjelaskan pengertian tumbuh-tumbuhan dan hewan.
1. menyebutkan tata cara berakhlak terpuji (memelihara, melestarikan, merawat, menjaga, dan memanfaatkan) terhadap lingkungan flora dan fauna.
1. menjelaskan fungsi dan manfaat berakhlak terhadap lingkungan flora dan fauna.
2. memberi contoh orang yang berakhlak terpuji terhadap lingkungan flora dan fauna.
3. membiasakan berperilaku baik terhadap lingkungan flora dan fauna.

1. melafalkan dalil yang berkaitan dengan akhlak terpuji terhadap lingkungan flora dan fauna
1. menjelaskan pengertian akhlak tercela terhadap tumbuh-tumbuhan dan hewan.
2. menyebutkan macam-macam akhlak tercela terhadap tumbuh-tumbuhan dan hewan
3. memberikan contoh akhlak tercela terhadap lingkungan flora dan fauna.
4. menunjukkan dalil yang melarang berakhlak tercela terhadap lingkungan flora dan fauna.

1. menunjukkan sifat dan perilaku baik dari kehidupan Rasul dan sahabat.
2. menunjukkan nilai-nilai yang patut diteladani dari kehidupan Rasul dan sahabat.
3. meneladani sifat dan perilaku baik dari kehidupan Rasul dan sahabat.
C. Pembahasan Materi
C.1. Iman kepada Qada Dan Qadar
C.1.a. Pengertian Qada dan Qadar
Iman adalah keyakinan atau kepercayaan . iman kepada qada dan qadar berarti percaya akan qada dan qadar Allah SWT. Dalam al-Quran qada mmpunyai beberapa arti, seperti hokum (Q.S An-Nisa: 65) menghendaki (Q.S Al –Isra : 40) dan menjadikan (Q.S Fussilat : 12)s. menurut istilah, qada adalah keputusan atau ketetapan Allah SWT. Terhadap semua makhlukNya atas segala sesuatu yang akan terjadi, baik di kehidupan dunia maupun di akhirat kelak1.
Qada berarti ukuran (Q.S Al-qamar : 4), ketetapan (Q.S Al-Azhab: 38), dan ketentuan (Q.S Al-Furqan : 2). Menurut istilah qadar adalah ketentuan Allah SWT yang terjadi pada setiap makhluk sesuai dengan batas yang telah ditentukan sejak zaman azali.qadar disebut juga dengan takdir Allah Swt yang berlaku bagi makhluk hidup , baik yang telah, sedang, maupun yang akan terjadi2.
Sedangkan menurut Muhammad bin Ibrahim Al-Hamd3 mengartikan secara lengkap yaitu Qadar, menurut bahasa yaitu: Masdar (asal kata) dari qadara-yaqdaru-qadaran, dan adakalanya huruf daal-nya disukunkan (qa-dran).
Ibnu Faris berkata, “Qadara: qaaf, daal dan raa’ adalah ash-sha-hiih yang menunjukkan akhir/puncak segala sesuatu. Maka qadar adalah: akhir/puncak segala sesuatu. Dinyatakan: Qadruhu kadza, yaitu akhirnya. Demikian pula al-qadar, dan qadartusy syai' aqdi-ruhu, dan aqduruhu dari at-taqdiir.”
Qadar (yang diberi harakat pada huruf daal-nya) ialah: Qadha' (kepastian) dan hukum, yaitu apa-apa yang telah ditentukan Allah SWT dari qadha' (kepastian) dan hukum-hukum dalam berbagai perkara. Takdir adalah: Merenungkan dan memikirkan untuk menyamakan sesuatu. Qadar itu sama dengan Qadr, semuanya bentuk jama’nya ialah Aqdaar.
Qadar, menurut istilah ialah: Ketentuan Allah yang berlaku bagi semua makhluk, sesuai dengan ilmu Allah yang telah terdahulu dan dikehendaki oleh hikmah-Nya. Sesuatu yang telah diketahui sebelumnya dan telah tertuliskan, dari apa-apa yang terjadi hingga akhir masa. Dan bahwa Allah SWT telah menentukan ketentuan para makhluk dan hal-hal yang akan terjadi, sebelum diciptakan sejak zaman azali. Allah SWT pun mengetahui, bahwa semua itu akan terjadi pada waktu-waktu tertentu sesuai dengan pengetahuan-Nya dan dengan sifat-sifat ter-tentu pula, maka hal itu pun terjadi sesuai dengan apa yang telah ditentukan-Nya.
Tidak ada satu manusia pun yang mengetahui qada dan qadar atas dirinya atau pun atas peristiwa-peristiawa alamyang terjadi. Kematian, kelahiran, musibah, pasang surutnya air laut, terbitnya matahari, dan tersusunnya lam semesta pada tempatnay bukanlah suatu peristiwa yangterjadi secara kebetulan, melainkan telah ditentukan hukumnya oleh Allah SWT yang disebut dengan hukum alam.
Firman Allah SWT :
                     
Artinya: Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (Tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan Telah tertulis dalam Kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (Q.S Al-Hadid ayat 22)
Pada dasarnya semua yang terjadi di alam ini berdasarkan ketentuan dari Allah SWT tetapi kejadian tersebut ada juga yang mengikutsertakan peran makhlukNya. Dengan demikian takdir di bagi menjadi dua yaitu4 :
a.takdir Mubran, yaitu takdir ketentuan Allah SWT, yang sudah berlaku atas manusia tanpa dapat dielakan lagi meskipun diusahakan (ikhtiar) seperti Usia, kelahiran, dan kematian. Firman Allah SWT (Q.S Yunus : 49)

Artinya Katakanlah: "Aku tidak berkuasa mendatangkan kemudharatan dan tidak (pula) kemanfaatan kepada diriku, melainkan apa yang dikehendaki Allah". tiap-tiap umat mempunyai ajal. apabila Telah datang ajal mereka, Maka mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak (pula) mendahulukan(nya).


b. Takdir Mualak, yaitu kketentuan Allah SWT, yang mungkin dapat diubah oleh manusia melalui ikhtiarnya bila Allah SWT mengizinkzn. Allah SWT hanya akan menunda keputusan dan menguntungkan kepada usaha manusia sendiri. Firman Allah SWT : (Q.S Ar-Ra’du ayat 11)
                                     

Arinya : Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan. yang ada pada diri mereka sendiri. dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, Maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.
Contoh takdir mualak, antara lain kekayaan, kepandaia, kesehatan, dll. Yang kesemua itu tidak dapat kita raih hanya dengan berpangku tangan atau berdoa saja tanpa ada usaha.
Berdasarkan keterangan itu, jelaslah bahwa hubungan antara qada dan qadar berkait erat. Qada mengacu pada hokum, undang-undang, dan ketetapan Allah SWT. Yang berlaku adalah semua makhluknya. Sedangkan Qadar mengacu pada pelaksanaan dari rencana Allah tersebut, atas hokum. Undang-undang, dan ketetapan Allah SWT tersebut.
C.1.b. Hubungan antara Qadha dan Qadar
Pada uraian tentang pengertian qadha dan qadar dijelaskan bahwa antara qadha dan qadar selalu berhubungan erat . Qadha adalah ketentuan, hukum atau rencana Allah sejak zaman azali. Qadar adalah kenyataan dari ketentuan atau hukum Allah. Jadi hubungan antara qadha qadar ibarat rencana dan perbuatan. Perbuatan Allah berupa qadar-Nya selalu sesuai dengan ketentuan-Nya. Di dalam surat Al-Hijr ayat 21 Allah berfirman;
                                   


Artinya ” Dan tidak sesuatupun melainkan disisi kami-lah khazanahnya; dan Kami tidak menurunkannya melainkan dengan ukuran yang tertentu.”5
Dalam Ahmad Saukuni6, bahwa yang dimaksud dengan qadar ialah takdir, dan yang dimaksud dengan qadha’ ialah penciptaan, sebagaimana firman Allah SWT
          
Artinya :"Maka Dia menjadikannya tujuh langit… ." [Fushshilat: 12]

Yakni, menciptakan semua itu. Qadha' dan qadar adalah dua perkara yang beriringan, salah satunya tidak terpisah dari yang lainnya, karena salah satunya berkedudukan sebagai pondasi, yaitu qadar, dan yang lainnya berkedudukan sebagai bangunannya, yaitu qadha'. Barangsiapa bermaksud untuk memisahkan di antara keduanya, maka dia bermaksud menghancurkan dan merobohkan bangunan tersebut.
Dikatakan pula sebaliknya, bahwa qadha' ialah ilmu Allah yang terdahulu, yang dengannya Allah menetapkan sejak azali. Sedangkan qadar ialah terjadinya penciptaan sesuai timbangan perkara yang telah ditentukan sebelumnya.
Ibnu Hajar al-Asqalani berkata, “Mereka, yakni para ulama mengatakan, ‘Qadha' adalah ketentuan yang bersifat umum dan global sejak zaman azali, sedangkan qadar adalah bagian-bagian dan perincian-perincian dari ketentuan tersebut.’
Dikatakan, jika keduanya berhimpun, maka keduanya berbeda, di mana masing-masing dari keduanya mempunyai pengertian sebagaimana yang telah diutarakan dalam dua pendapat sebelumnya. Jika keduanya terpisah, maka keduanya berhimpun, di mana jika salah satu dari kedunya disebutkan sendirian, maka yang lainnya masuk di dalam (pengertian)nya7
C.1.c. Ciri-Ciri Orang beriman kepada Qada dan Qadar
Tidak setiap manusia dapat menerima dan percaya adanya qada dan Qadar Allah SWT. Karenanya, sebagian dari mereka tidak siap bahkan tidak mau menerima musibah yangterjadi. Adapun ciri-ciri orang yang beriman kepada qada dan Qadar, antara lain8 :
1.orang yang percaya kepada takdir Allah akan menganggap bahwa apa pun yang terjadi pada dirinya adalah sudah menjadi ketentuan dari Allah SWT, sehingga tidak bersifat Takabur (Sombong).
2.bersabar dalam menghadapi setiap ujian dari Allah SWT.
3.bersikap optimis dan selalu berusaha meskipun elum berhasil.
4.bertawakal dan berdoa kepada Alah SWT, atas segala usaha yang telah dilakukan.
5.Tidak meminta pertolongan kepada selain Allah. (Musyrik)

C.1.d. Contoh-Contoh Dalam kehidupan Sehari-hari
Dalam kehidupan manusia, banyak sekali contoh-contoh peristiwa yang melibatkan qada dan qadar Allah SWT. Berikut qada dan qadar Allah SWT, yang terjadi pada manusia :
1.kan’an adalah putra nabi Nuh As. Sebagai seorang nabi , dalam menyerukan dakwah beliau sudah berusaha bersungguh-sungguh secara lahir maupun batin agar putranya, kan’an menjadi anak yang saleh dan beriman. Ternyata Kan’an tetap kafir dan tidak mau mengikuti jejak ayah nya sampai ia mati. Dengan demikian, Allah SWT, telah mentakdirkan Kan’an menjadi kafir sampai akhir hayat.
2.dalam sebuah majalah diberitakan, ada seorang menderita penyakit gagal ginjal selama 21 tahun. Selam itu pula ia mengalami cuci darah selama 2.0016 kali. Dia tidak hanya berobat secara medis, tetapi juga melakukan pengobatan-pengobatan alternative. Padahal menurut dokter, gagal ginjal yang diderita anak tersebut idak mungkin lagi diselamatkan. Akan tetapi, dengn kuasa dan kehendak ALah SWT, sampai sekarang masih tetap hidup..
3.perhatikanlah terjadinya gelombang dan pasang surutnya laut. Pasang surut air laut merupakan hasil dari gaya tarik gravitasi dan efek sentrifugal
(dorongan kea rah laut puat rotasi). Demikian lah yang terjadi dengan pasang air laut merupakan hokum alam dan sunatullah.
Dari berbagai contoh kejadian diatas menunjukan bhawa kita harus mempercayai dan yakin segala sesuatu yang terjadi didunia ini sudah diatur dan di tetapkan oleh Allah SWT.

C.1.e. Dalil Naqli dan Aqli tentang Iman kepada Qada dan Qadar
Dalil adalah keterangn yang dijadikan bukti atau alasan suatu kebenaran. Jadi, dalail naqli adalah bukti berdasarkan al –Qur’an atau hadits. Berikut ini terdapat beberapa dalil naqi tentang qada dan qadar.

1.Surat An-Nisa ayat 78
                     
Artinya: “ Orang-orang yang beriman berperang di jalan Allah, dan orang-orang yang kafir berperang di jalan thaghut, sebab itu perangilah kawan-kawan syaitan itu, Karena Sesungguhnya tipu daya syaitan itu adalah lemah.
Surat an-Nisa diatas berkaitan dengn ayat sebelumnya (ayat 77) tentang keadaankaum muslimin yang munafik dan lemah memohon kepada Allah SWT. Supaya tidak terjadi peperangan dengan orang kafir. Padahal, permohonan mereka disebabkan takut mati dan terlalu mencintai kesenangan duniawi.
Kemudian turun ayat 78 yang menjelaskan bahwa kematian adalah perkara yang pasti terjadi tidak seorang pundapat lari darinya. Terkadang justru bagi mereka yang terjun ke medan perang idak terkena musibah,mereka mempunyai sifat apabila mendapatkan kesenangan dari nikmat Allak SWT akan berkata bahwa Allah telah memuliakan mereka. Akan tetapi, apabila ditimpa kesusahan mereka mengatakaan bahwa hal itu disebabkan oleh kesialan nabi Muhammad SAW. Dengan demikian jelaslah bahwa kematuan atu maut merupakan qada dari Allah SWT, yang sudah terjadi9.
2.surat Al-Hijr ayat 5
      
Artinya: “ Tidak ada suatu umatpun yang dapat mendahului ajalnya, dan tidak (pula) dapat mengundurkan (Nya).
Ayat 5 surat ali Hijr tersebut menjelaskan bahwa ajal manusia sudah ditetapkan oleh SWT. Tidak ada satu makhluk pun yang dapat mendahuluinya, apalagi menundanya, karena setiap umat yang dibinasahkan mempunyai waktu tertentu dengan ketentuan yang telah ditulis dalam Lauh al mahfuz.
3.Surat Al-Ankabut Ayat 62
              
Artinya: “allah melapangkan rezki bagi siapa yang dikehendaki-nya di antara hamba- hamba-nya dan dia (pula) yang menyempitkan baginya. sesungguhnya allah maha mengetahui segala sesuatu.
Dalam ayat diatas dijelaskan bahwa Allah SWT. Berkehendak melapangkan dan menyempitkan rezki bagi siapa saja yang dikehendakiNya. Akan tetapi, maksud dari orang yang dikehendaki adalah orang-orang yang pasrah atas rizki yang didapat tanpa usaha (ikhtiar). Melainkan Allah SWT menghendaki orang-orang yang berusaha dan beerdoa untuk memperoleh rizki tersebut. Dengan demikian Allah SWT berhak menentukan siapa yang rizekinya dilapangkan dan siapa rizekinya dipersempit karrena semua itu sudah menjadi ketentuan Allah SWT10.

C.1.f. Fungsi dan Hikmah Iman Kepada Qada dan Qadar
Seorang muslim harus meyakini adanya qada dan qadar Allah SWT.kaena dapat membimbing rohani kita menuju pada kebaikan. Mengingat bahwa qada dan qadar adalah rahasia Allah SWT yan gdapat diketahui sebelumnya, manusia harus berusaha untuk mendapatkannya hasil yang dicita-citakannya. Dengan demikian kepada qada dan qaadar membrikan banyak fungsi diantaranya senagai berikut11 :
1.Manusia senantiasa Berusaha berikhtiar
Orang beriman kepada qada dan qadar akan senantiasa berusaha semaksimal mungkin untuk mencapai apa yang dicita-citakannya. Hanya dengan berdoa dan berusaha denga bersungguh-sungguh Allah AWT akan membalasnya. Seperti belajar apabila ingin sukses dan pandai kita harus berusaha dalam hidup. Allah SWT berfirman dalam suran An-Najm ayat 39-42.
                 
Artinya: “Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang Telah diusahakannya,Dan bahwasanya usaha itu kelak akan diperlihat (kepadanya). Kemudian akan diberi balasan kepadanya dengan balasan yang paling sempurna,Dan bahwasanya kepada Tuhamulah kesudahan (segala sesuatu),


2.Giat Beribadah dan Berdoa
Manusia yang beriman kepada qada dan qadar alalh AWT akan menghiasi hidupnya dengan berusaha dan berdoa. Cita-cita yang akan kita capai juga harus disertai dengan usaha dan berdoa karena kita sadar bahwa yang menentukan segalanya adalah Allah SWT sehingga dalam setiap langkah kita pasti membutuh kan bimbingan dan petunjukNya.
3.Membuat Orang Tidak Takabur
Orang yang beriman kepada qada dan qadar atau takdir Allah SWT akan menyadari keterbatasannya yang dimiliki dalam mencapai sesuatu yang diinginkannya. Meskipun ia berusa sekaut tenaga , tetapi keputusan akhir tetap di tangan Allah SWT. Kesadaran atas keterbatasan diri inilah membuat manusia tidak cepat terhanyut dalam kesombongan. Karena sesungguhnya Allah SWT tidak menyukai orang –orang yang sombong12.
4.Sabar dalam menghadapi cobaan
Sebagai manusia kita juga harus sadar setiap harapan yang kita cita-citakan terkadang menghadpi rintangan dan cobaan. Akan tetapi apapun yang dikehendahi Allah SWT kita harus tetap sabatr dan tawakal. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat Al-Baqarah ayat 155-156.
                       
Artinya:”Dan sungguh akan kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun"artinya: Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepada-Nya-lah kami kembali. kalimat Ini dinamakan kalimat istirjaa (pernyataan kembali kepada Allah). Disunatkan menyebutnya waktu ditimpa marabahaya baik besar maupun kecil.
5.Menumbuhkan Sikap Optimisme
Meyakini qada dan qadar tidak berarti harus pasrah anpa ada usaha. Allah SWt memberi kesempatan untuk tetap ikhtiar. Kita yakin bahwa kegagalan bukanlah akhir dari segalannya.
Sedangkan Habib Rizki13 menguraikan Hikmah berinam kepada Qada dan Qadar antara lain adalah
1.Bersandar kepada Allah disaat melakukan usaha, tidak bersandar pada hukum sebab akibat semata karena segala sesuatu yang terjadi atas takdir dan kehendak Allah.
2.Seseorang menjadi tidak bangga diri di saat mendapatkan keinginannya karena seluruhnya pemberian dan karunia Allah. Sebab bangga diri akan membuat seseorang lalai untuk mensyukuri nikmat Allah.
3.Merasa tenang dan tentram jiwanya dalam menghadapi segala yang terjadi pada dirinya dan tidak merasa gundah dan gelisah di saat ditimpa musibah atau kehilangan sesuatu yang dicintainya. Karena hal itu terjadi atas kehendak dan takdir Allah yang menguasai langit dan bumi, semua yang Dia kehendaki pasti terjadi.
                                    
Artinya :‘Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (Tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan Telah tertulis dalam Kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira[1459] terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri,
Nabi bersabda:
''Sungguh menakjubkan segala urusan orang mukmin, seluruhnya baik, yang itu tidak terjadi kecuali pada diri orang mukmin. Jika ia mendapatkan kenikmatan lalu bersyukur maka itu baik baginya, jika tertimpa musibah lalu bersabar maka itu juga baik baginya.''(HR. Muslim)


C.1.g. Renungan
Tidak ada satu makhluk pun yang tahuberlakunya qada dan qadar Allah SWT. Sesuatu yang tidak mungkin terjadi menurut akal pikiran manusia segalanya menjadi mungkin bagi Allah SWT. Gempa yang akhir-akhir ini terjadi di Indonesia adalah salah salah satu contoh kuasaNya. Ita tidak akan pernah menyangka jika bayi dua bulan selamat dari banjir banding. Petiklah hikmah yang terkandung didalam cerita singkat dibawah ini.
Nurul Mutmannah (2 bulan) sudah pasti tidak banyak cerita tentang hari selasa(20/06) yang mengenaskan di dusunnya, Bring Ere Sinjai Utara, boleh jadi hingga besar nanti pun ia tak akan pernah tahu keajaiban yang pernah dialaminnya selasa lalu.bahwa ia, gadis kecil yang masih merah berusia dua bulan selamat dari terjangan banjir banding di sinjai, Sulawesi Selatan. Sungguh maha kuasa Allah SWT.
Pada saat banjir dating, Suta (36) ibunda Nurul memerintahkan anak-anaknya berpegangan erat di dalam rumah. Namunterjangan dahsat air menghempaskan rumah merekasehingga ibu dan keempat anaknya itu bercerai berai. Hitungan detik sebelum rumah mereka porak poranda, Suta sempat berteriak agar anak-anaknya yang besar memegang adiknya, sementara ia mendekap si bungsu Nurul. Namun, apalah daya manusis melawan kekuatan alam , banjir setingi empat meter menerjang semua yang berdiri, arus yang deras menyeret segalannya, termasuk nurul kecil yang terlepas dari gendongan suta, sang bunda.
Dalam sekejap luluh lantak seisi Biringin Ere, Nurlela (16) putrid kedua Suta mendekap adiknya yang masih berusia tiga tahun dalam keadaan tidak lagi bernyawa.”kami tidak tenggelam kami sempat manjadikan sofa sebagai perahu. Tapi kepala ade tertimpa balok besar,” isah lela sambil menangis. Sementara adik lela lainnya yang berusia 6 tahun mampu menyelamatkan diri dari luapan banjir. Begitu pula putra sulung Suta, remaja yang baru sehari mensyukuri keberhasilan lulus dari SMK itu terjepit bangunan rumah.
Kekuatan Allah SWT, justru diperlihatkan kepada Nurul Mutmainah si bungsu. Nurul yang sempat terlepas dari tangan sang bunda tersangkut di sebuah dahan kecil pohon mangga beberapa meter dari rumahnya. Mahakuasa Allah yang berkehendak menghidupkan dan mematikan. Mahasuci Allah atas segala ketentuanya yang sering kali tak dapat diterima akal manusia. Si merah Nurul tak mengalamii luka sedikit pun , tubuhnya masi mulus, ketika ditemukan ia hanya mengigil kedingginan dan tak nampak kepanikan dimatanya.
Kini keluarga suta dan ketiga anaknya yang selamat dari musibah ditampung di sebuah runah salah seorang ustadz pangasuh pondok pesantren darul Istikomah Cabang Sinjai Sulawesi selatan. Sepanjang malamSuta tak berhenti menangis akibat trauma dan kehilangan dua anak tercintannya.14
Sekema Iman Kepada Qada dan Qadar


Pengertian
Qada dan Qadar pembagian takdir




















C.2. Akhlak terpuji terhadap lingkungan flora dan fauna
C.2.a. Pengertian Lingkungan Flora dan Fauna
Lingkungan hidup dapat didefinisikan sebagai: Daerah di mana sesuatu mahluk hidup berada, keadaan/kondisi yang melingkupi suatu mahluk hidup, keseluruhan keadaan yang meliputi suatu mahluk hidup atau sekumpulan mahluk hidup, terutama: kombinasi dari berbagai kondisi fisik di luar mahluk hidup yang mempengaruhi pertumbuhan, perkembangan dan kemampuan mahluk hidup untuk bertahan hidup. Gabungan dari kondisi sosial and budaya yang berpengaruh pada keadaan suatu individu mahluk hidup atau suatu perkumpulan/komunitas mahluk hidup15.
Istilah lingkungan dan lingkungan hidup atau lingkungan hidup manusia seringkali digunakan silih berganti dalam pengertian yang sama. Menurut Undang Undang No. 23 Tahun 199716, lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain. Sedangkan ruang lingkup lingkungan hidup Indonesia meliputi ruang, tempat Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berWawasan Nusantara dalam melaksanakan kedaulatan, hak berdaulat, dan yurisdiksinya.
Dalam lingkungan hidup terdapat ekosistem, yaitu tatanan unsur lingkungan hidup yang merupakan kesatuan utuh menyeluruh dan saling mempengaruhi dalam membentuk keseimbangan, stabilitas, dan produktivitas lingkungan hidup.
Flora dan fauna adalah ciptaan Allah SWT tentang tanaman dan satwa liar, yang asli liar di wilayah geografis yang sering disebut sebagai wilayah flora dan fauna. Kedua-duanya adalah istilah kolektif, merujuk pada kelompok tanaman atau satwa liar tertentu ke suatu daerah atau suatu periode waktu. Misalnya, flora dan fauna yang hangat dapat terdiri dari daerah tropis ke sedang hangat-tumbuhan dan jenis burung eksotis.
Definisi, flora berasal dari bahasa Latin yaitu Flora, dewi yang bunga. Flora dapat merujuk kepada sekelompok tanaman, sebuah penyelidikan dari kelompok tanaman, serta bakteri. Flora adalah akar kata bunga, yang berarti menyangkut bunga. Fauna dapat merujuk pada kehidupan hewan atau binatang klasifikasi dari daerah tertentu, jangka waktu, atau lingkungan. Fauna juga berasal dari bahasa Latin. Dalam Mitologi Romawi Fauna adalah kakak dari Faunus, roh yang baik dari hutan dan dataran

C.2.b. Pengertian Tumbuh-Tumbuhan dan Hewan.
Dalam biologi, tumbuhan merujuk pada organisme yang termasuk ke dalam Regnum Plantae. Di dalamnya masuk semua organisme yang sangat biasa dikenal orang seperti pepohonan, semak, terna, rerumputan, paku-pakuan, lumut, serta sejumlah alga hijau. Tercatat sekitar 350.000 spesies organisme termasuk di dalamnya, tidak termasuk alga hijau. Dari jumlah itu, 258.650 jenis merupakan tumbuhan berbunga dan 18.000 jenis tumbuhan lumut. Hampir semua anggota tumbuhan bersifat autotrof, dan mendapatkan energi langsung dari cahaya matahari melalui proses fotosintesis. Karena warna hijau amat dominan pada anggota kerajaan ini, nama lain yang dipakai adalah Viridiplantae ("tetumbuhan hijau").17
Sedangkan hewan atau binatang atau margasatwa atau satwa saja adalah kelompok organisme yang diklasifikasikan dalam kerajaan Animalia atau Metazoa, adalah salah satu dari berbagai makhluk hidup yang terdapat di alam semesta. Hewan dapat terdiri dari satu sel (uniselular) atau pun banyak sel.18

C.2.c. Hakekat berakhlak Kepada lingkungan flora dan fauna19.
Manusia diciptakan sebagai khalifah di bumi ini untuk mengatur kehidupan lingkungan hidup yang baik dan tertata, namun sebalik justru saat ini manusia telah membuat kerusakan di muka bumi. Lingkungan hidup yang seharusnya membawa keberkahan bagi manusia, kini malah menjadi bencana bagi manusia itu sendiri.
Oleh karena itu, sebagai muslim kita seharusnya memahami landasan-landasan dari pelestarian lingkungan hidup. Pelestarian lingkungan hidup tak tak terlepas
dari manusia sebagai khalifah di bumi ini. Landasan itu menurut Al Qur’an dan hadits antara lain
1. Allah pencipta langit dan bumi (Alam semesta)
Allah menciptakan alam semesta ini dan hanya Dialah sumber pengetahuannya.. Islam adalah Diin yang Syaamil (integral), Kaamil(Sempurna) dan Mutakaamil (Menyempurnakan semua sistem yang lain), karena ia adalah sistem hidup yang diturunkan oleh Allah yang Maha Kuasa, Maha Mengetahui, dan Maha Bijaksana.
                                                                 


Artinya ”Pada hari ini Aku sempurnakan bagimu agamamu dan Aku cukupkan atasmu nimatku, dan Aku ridhai Islam sebagai aturan hidupmu” (QS 5:3).
Dan demikian sempurnanya Allah mengatur sehingga aturan itu juga mencakup hubungan manusia sebagai khalifah dengan alam dan lingkungan hidupnya.
2. Manusia sebagai khalifah di bumi ini
Pelestarian alam dan lingkungan hidup tak terlepas dari peran manusia sebagai khalifah di muka bumi . Sebagaimana disebutkan dalam QS Al Baqarah : 30
                             

Artinya:“Dan ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat “Aku hendak menjadikan khalifah di bumi”. Arti khalifah di sini adalah manusia diberi kedudukan oleh Allah untuk mengelola suatu wilayah. Ia berkewajiban untuk menciptakan suatu masyarakat yang hubungan dengan Allah itu baik, kehidupan masyarakatnya harmonis, agama, akal dan budayanya terpelihara. Dan bertugas memelihara, menjaga pelestarian alam dan lingkungan hidup.
3. Pengakuan akan keesaan Allah20
Manusia mengakui keesaan Allah dalam penciptaan alam semesta ini. Pengakuan inilah yang merupakan kunci memahami masalah lingkungan hidup.
            

Artinya:“Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Allah yang menciptakan langit dan Bumi, dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan” (Al An’aam 79).
4. Memahami Allah yang Maha mengatur kehidupan alam semesta
Keteraturan yang ditata dengan baik dan sempurna adalah karena Allah yang telah mengatur kehidupan dan segala di alam semesta ini. Surat yang ada dalam Al-An’aam disebutkan
” Segala puji bagi Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dan membuat gelap dan terang”.
5 Memahami maksud dan tujuan penciptaan alam semesta
Alam semesta ini diciptakan agar manusia dapat berusaha dan beramal sehingga tampak di antara mereka siapa yang taat dan patuh kepada Allah.
                               

Artinya: “ Dan dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa,…Dia menguji siapakah di antara kamu yang lebih baik amalnya “ (Surat Hud:7).
6. Kewajiban manusia untuk tunduk kepada Allah
Diwajibkan kepada manusia untuk tunduk kepada Allah yang Maha Memelihara alam semesta ini. Dengan mengikuti petunjuk-petunjuk yang telah Allah ciptakan di dalam kitab suci Al Qur’an bagaimana seharusnya manusia memelihara alam semesta ini.
” Dialah Allah Tuhan kamu; tidak ada Tuhan selain dia; Pencipta segala ssuatu, maka sembahlah Dia; dan Dia adalah pemelihara segala sesuatu ”
7. Kewajiban manusia untuk melestarikan alam semesta
Manusia sebagai khalifah di muka bumi, memiliki kewajiban mestarikan alam semesta dan lingkungan hidup dengan sebaik-baiknya. Agar hidup di dunia menjadi makmur sejahtera penuh keberkahan dan menjadi bekal di hari akhir kelak21.
               

Artinya: “ Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepada Nya….” (Al A’raaf 56)
8. Memahami tugas menjaga keseimbangan lingkungan hidup22
Menjadi tugas bagi manusia sebagai khalifah di bumi ini untuk menjaga keseimbangan lingkungan hidup untuk kesejahteraan hidup manusia di bumi ini :
          
Artinya ” Dan kami telah menghamparkan bumi dan menjadikan padanya gunung-gunung dan Kami tumbuhkan padanya segala seuatu menurut ukuran “ (AL Hijr 19)
9. Pemahaman mengenai siklus Hidrologi
Proses perubahan diciptakan untuk memelihara keberlanjutan (sustainability) bumi. Proses ini dikenal sebagai siklus hidrologi, mencakup proses evaporasi, kondensasi, hujan dan aliran air ke sungai/danau/laut, Dalam surat Ar-Ruum :48 dijelaskan
                            

Artinya:”Allah, Dialah yang mengirim angin, lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah membentangkannya di langit menurut yang dikehendaki Nya, dan menjadikannya bergumpal gumpal; lalu kamu lihat hujan keluar dari celah-celahnya, maka apabila hujan itu turun mengenai hamba-hamba Nya yang dikehendakinya, tiba-tiba mereka menjadi gembira.” (Ar-Ruum:48)
10. Kebersihan rohani dan jasmani
Manusia sebagai khalifah, sudah tentu harus bersih rohani dan jasmaninya. Kebersihan jasmani adalah bagian integral daripada kebersihan rohani. “Sesungguhnya Allah senang kepada orang-orang yang bertaubat, dan senang kepada orang yang membersihkan diri” (Al-Baqarah 222).”…dan bersihkanlah pakaianmu serta tinggalkan segala perbuatan dosa” (Al-Mudatsir 4-5).

C.2.d. Upaya-Upaya Pelestarian Flora dan Fauna23
Beberapa jenis flora dan fauna kini semakin sulit ditemui karena banyak diburu untuk tujuan tertentu (dimakan, untuk obat, perhiasan) maupun tempat hidupnya dirusak manusia misalnya unntuk dijadikan lahan pertanian, perumahan, industri, dan sebagainya. Flora dan fauna yang jumlahnya sangat terbatas tersebut dinyatakan sebagai flora dan fauna langka. Untuk mencegah semakin punahnya flora dan fauna ini maka dilakukan upaya-upaya sebagai berikut:
Membangun beberapa pusat rehabilitasi dan tempat-tempat penangkaran bagi hewan-hewan tertentu, seperti:
1.Pusat rehabilitasi orang utan di Bohorok dan Tanjung Putting di Sumatera.
2.Daerah hutan Wanariset Samboja di Kutai, Kalimantan Timur.
3.Pusat rehabilitasi babi rusa dan anoa di Sulawesi.
Pembangunan yang berwawasan lingkungan, berarti pembangunan harus memperhatikan keseimbangan yang sehat antara manusia dengan lingkungannya.
Menetapkan beberapa jenis binatang yang perlu dilindungi seperti: Soa-soa (biawak), Komodo, Landak Semut Irian, Kanguru Pohon, Bekantan, Orang Utan (Mawas), Kelinci liar, bajing terbang, bajing tanah, Siamang, macan Kumbang, beruang madu, macan dahan kuwuk, Pesut, ikan Duyung, gajah, tapir, badak, anoa, menjangan, banteng, kambing hutan, Sarudung, owa, Sing Puar, Peusing.
Melakukan usaha pelestarian hutan, antara lain:
1.mencegah pencurian kayu dan penebangan hutan secara liar.
2.perbaikan kondisi lingkungan hutan.
3.menanam kembali di tempat tumbuhan yang pohonnya di tebang.
4.sistem tebang pilih.
Melakukan usaha pelestarian hewan, antara lain:
1.melindungi hewan dari perburuan dan pembunuhan liar.
2.mengembalikan hewan piaraan ke kawasan habitatnya.
3.mengawasi pengeluaran hewan ke luar negeri.
Melakukan usaha pelestarian biota perairan, antara lain:
1.mencegah perusakan wilayah perairan.
2.melarang cara-cara penangkapan yang dapat mematikan ikan dan biota lainnya, misalnya dengan bahan peledak.\
3.melindungi anak ikan dari gangguan dan penangkapan.

C.2.e. Fungsi dan manfaat berakhlak terhadap lingkungan flora dan fauna24
Keberadaan flora dan fauna tak dapat dipisahkan didalam kehidupan manusia. Tumbuhan dan hewan mempunyai manfaatnya yang besar bagi kehidupan manusia. Ada saling ketergantungan antara tumbuhan, hewan dan manusia untuk kelangsungan hidup mereka masing-masing. Sebagian hewan mempunyai andil bagi pertumbuhan dan persebaran tumbuhan. Binatang pun hidup dari tetumbuhan juga. Bahkan binatang karnivora, seperti harimau misalnya, sesungguhnya bergantung pada tumbuhan karena makanannya terdiri dari binatang herbivora yang hidupnya dari tetumbuhan Ketergantungan flora dan fauna pada manusia adalah dalam upaya perkembangbiakan, persebaran, dan pelestariannya.
Dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, manusia memanfaatkan flora dan fauna untuk berbagai tujuan. Pemanfaatan flora dan fauna oleh manusia antara lain adalah untuk :
a. Dikonsumsi
Manusia membutuhkan makanan dari tumbuh-tumbuhan dan hewan untuk keperluan tubuhnya agar tetap hidup dan sehat. Oleh sebab itu beberapa jenis tumbuhan dan hewan tertentu dikonsumsi oleh manusia.
b. Tujuan pendidikan dan penelitian
Suaka margasatwa dan cagar alam merupakan tempat yang sangat ideal untuk tujuan pendidikan dan penelitian karena keadaan alamnya mempunyai kekhasan jenis-jenis tumbuhan, hewan dan ekosistemnya.
c. Sarana rekreasi
Keanekaragaman flora dan fauna digunakan pula untuk tujuan rekreasi sehingga dapat menghasilkan devisa bagi pemerintah. Contohnya Kebon Raya Bogor dan Kebon Raya Cibodas, di Jawa Barat, Pulau Komodo di P. Komodo, Tanjung Puting di Kalimantan, dan Ujung Kulon di Jawa Barat dijadikan tempat wisata dan banyak diminati oleh turis domestik dan luar negeri. Apakah di daerah Anda ada cagar alam atau suaka margasatwa yang dijadikan tempat wisata? Pernahkah Anda mengunjunginya dan manfaat apa yang Anda peroleh di sana?

C.2.f. Contoh orang yang berakhlak terpuji terhadap lingkungan flora dan fauna25
Makhluk dan tumbuh-tumbuhan agar tetap member manfaat kepada manusia, perlunya manusia menjaga keserasian dan kelangsungan hidupnya sehingga secara berkesinambungan tetap dalam fungsinya sebagai pendukung kehidupan. Dalam Surat An-Nazi'at : 31-32 Allah Berfirman :
     
Artinya:. Ia memancarkan daripadanya mata airnya, dan (menumbuhkan) tumbuh-tumbuhannya.Dan gunung-gunung dipancangkan-Nya dengan teguh,
Akhlak terhadap lingkungan dapat diwujudkan dalam bentuk perbuatan insan yaitu dengan menjaga keserasian dan kelestarian serta tidak merusak limgkungan hidup. usaha-usaha yang dilakukan juga harus memperhatikan masalah-masalah kelestarian lingkungan. Apa yang kita saksikan saat ini adalah bukti ketiadaan akhlak terhadap lingkungan. Sehingga akhirnya, akibatnya menimpa manusia sendiri. Banjir, tanah longsor, kebakaran, dan isu yang sering dibicarakan yaitu "global warming" sedang mengancam manusia.
Akhlak terhadap Flora dan fauna ini terbagi menjadi dua pengertian26:
1.Syafaqah :Yaitu perasaan halus dan rasa belas kasih untu berbuat baik kepada sesam makhluk Allah. Sesungguhnya tiap-tiap pertolongan seseorang terhadap hewan yang berjiwa itu dapat pahala, walaupun ia seekor anjing yang hina. Jika kita menunggangi kuda atau binatang lainnya , kita wajib memberinya hak istirahat dan dilarang menyiksanya. Dalam menyembelih binatang kita diperintahkan untuk menajamkan pisaunya. Jika ada binatang yang berbahaya maka jika ingin dibunuh maka harus langsung dibunuh tidak boleh disiksa.
Ada sebuah hadist yang menceritakan bahwa ada seorang perempuan yang dimasukan ke dalam neraka disebabkan seekor kucing yang diikat oleh dia , tidak diberi makan dan tidak dilepaskan sampai kucing itu mati.
2.Himayah atau pemeliharaan. Allah tidak melarang untuk memelihara binatang untuk memperoleh manfaatnya. Allah menerangkan dalam Al Quran bahwa hewan-hewan itu dijadikanNya untuk menjadi kesenangan dn i'tibar bagi manusia





C.2.g. Dalil Tentang Akhlak Terpuji Terhadap Lingkungan Flora dan Fauna
Surat 16 ayat 10-11
                              
Artinya :Dia-lah, yang telah menurunkan air hujan dari langit untuk kamu, sebahagiannya menjadi minuman dan sebahagiannya (menyuburkan) tumbuh-tumbuhan, yang pada (tempat tumbuhnya) kamu menggembalakan ternakmu.Dia menumbuhkan bagi kamu dengan air hujan itu tanam-tanaman; zaitun, korma, anggur dan segala macam buah-buahan. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memikirkan.
Surat 6 ayat 99:
                                             
Artinya : “Dan Dialah yang menurunkan air hujan dari langit, lalu Kami tumbuhkan dengan air itu segala macam tumbuh-tumbuhan Maka Kami keluarkan dari tumbuh-tumbuhan itu tanaman yang menghijau. Kami keluarkan dari tanaman yang menghijau itu butir yang banyak; dan dari mayang korma mengurai tangkai-tangkai yang menjulai, dan kebun-kebun anggur, dan (kami keluarkan pula) zaitun dan delima yang serupa dan yang tidak serupa. perhatikanlah buahnya di waktu pohonnya berbuah dan (perhatikan pulalah) kematangannya. Sesungguhnya pada yang demikian itu ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang beriman.
Surat 13 ayat 4:
                           
Artinya: Dan di bumi ini terdapat bagian-bagian yang berdampingan, dan kebun-kebun anggur, tanaman-tanaman dan pohon korma yang bercabang dan yang tidak bercabang, disirami dengan air yang sama. Kami melebihkan sebahagian tanam-tanaman itu atas sebahagian yang lain tentang rasanya. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berfikir.
Orang muslim menganggap semua hewan sebagai makhluk yang harus dihormati. Oleh karena itu, ia menyayanginya karena kasih sayang Allah Ta'ala kepadanya dan menerapkan etika-etika berikut terhadapnya27:
1. Memberinya makan-minum, jika hewan-hewan tersebut lapar dan haus, karena dalil-dalil berikut: Sabda Rasulullah Shallahu 'Alaihi wa Sallam : Terhadap yang mempunyai hati yang basah terdapat pahala. (Diriwayatkan Ahmad dan Ibnu Majah). Sabda Rasulullah Shallahu 'Alaihi wa Sallam : Siapa tidak menyayangi, ia tidak akan disayangi. (Muttafaq Alaih) .Sabda Rasulullah Shallahu 'Alaihi wa Sallam : Sayangilah siapa saja yang ada di bumi, niscaya kalian disayangi siapa saja yang ada di langit. (Diriwayatkan Ath-Thabrani dan Al-Hakim)
2. Menyayanginya, dan berbelas kasih kepadanya, karena dalil-dalil berikut:
Ketika Rasulullah Shallahu 'Alaihi wa Sallam melihat orang-orang menjadikan burung sebagai sasaran anak panah, beliau bersabda, Allah melaknat siapa saja yang menjadikan sesuatu sebagai sasaran. (Diriwayatkan Abu Daud dengan sanad shahih) Rasulullah Shallahu 'Alaihi wa Sallam melarang menahan hewan untuk dibunuh dengan sabdaya: Barangsiapa yang menyakiti ini (burung) dengan anaknya; kembalikan anaknya padanya. (Diriwayatkan Muslim) Rasulullah Shallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda seperti di atas, karena melihat burung terbang mencari anak-anaknya yang diambil salah seorang sahabat dari sarangnya.
3. Jika ia ingin menyembelihnya, atau membunuhnya, maka ia melakukannya dengan baik, karena Rasulullah Shallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda: Sesungguhnya Allah mewajibkan berbuat baik kepada segala hal. Oleh karena itu, jika kalian membunuh, maka bunuhlah dengan baik. Jika kalian menyembelih, maka sembelihlah dengan baik. Hendaklah salah seorang dari kalian menenangkan hewan yang akan disembelihnya, dan menajamkan pisaunya. (Diriwayatkan Muslim, At Tirmidzi, An-Nasai, Abu Daud, dan Ahmad)
4. Tidak menyiksanya dengan cara-cara penyiksan apa pun baik dengan cara melaparkannya, atau meletakkan padanya muatan yang tidak mampu ia angkut, atau membakarnya dengan api, karena dalil-dalil berikut: Rasulullah Shallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda: Seorang wanita masuk neraka karena kucing. Ia menahannya hingga mati. Ia masuk neraka karenanya, karena tidak memberinya makan sebab ia menahannya, dan tidak membiarkannya makan serangga-serangga tanah. (Diriwayatkan Al-Bukhari) Rasulullah Shallahu 'Alaihi wa Sallam berjalan melewati rumah semut yang terbakar, kemudian beliau bersabda: Sesungguhnya siapa pun tidak pantas menyiksa dengan api, kecuali pemilik apai itu sendiri (Allah). (Diriwayatkan Abu Daud. Hadits ini shahih)
5. Diperbolehkan membunuh hewan-hewan yang membahayakan, seperti anjing penggigit, serigala, ular, kalajengking, tikus, dan lain sebagainya, karena dalil-dalil berikut: Sabda Rasulullah Shallahu 'Alaihi wa Sallam : Ada lima hewan membahayakan yang boleh dibunuh di tempat halal dan haram, yaitu ular, burung ggaak yang berwarna belang-belang, tikus, anjing yang suka menggigit, dan burung hudaya (sejenis rajawali). (Diriwayatkan Muslim) Diriwayatkan, bahwa diperbolehkan membunuh burung gagak dan melaknatnya.
Pendidikan lingkungan telah diajarkan oleh Rasulullah SAW kepada para sahabatnya. Abu Darda’ ra. pernah menjelaskan bahwa di tempat belajar yang diasuh oleh Rasulullah SAW telah diajarkan tentang pentingnya bercocok tanam dan menanam pepohonan serta pentingnya usaha mengubah tanah yang tandus menjadi kebun yang subur. Perbuatan tersebut akan mendatangkan pahala yang besar di sisi Allah SWT dan bekerja untuk memakmurkan bumi adalah termasuk ibadah kepada Allah SWT.28
Pendidikan lingkungan yang diajarkan oleh Rasulullah SAW berdasarkan wahyu, sehingga banyak kita jumpai ayat-ayat ilmiah Al-Qur’an dan As Sunnah yang membahas tentang lingkungan. Pesan-pesan Al-Qur’an mengenai lingkungan sangat jelas dan prospektif. Ada beberapa tentang lingkungan dalam Al-Qur’an, antara lain : lingkungan sebagai suatu sistem, tanggung jawab manusia untuk memelihara lingkungan hidup, larangan merusak lingkungan, sumber daya vital dan problematikanya, peringatan mengenai kerusakan lingkungan hidup yang terjadi karena ulah tangan manusia dan pengelolaan yang mengabaikan petunjuk Allah serta solusi pengelolaan lingkungan.29
Adapun As-Sunnah lebih banyak menjelaskan lingkungan hidup secara rinci dan detail. Karena Al-Qur’an hanya meletakkan dasar dan prinsipnya secara global, sedangkan As-Sunnah berfungsi menerangkan dan menjelaskannya dalam bentuk hukum-hukum, pengarahan pada hal-hal tertentu dan berbagai penjelasan yang lebih rinci.
1. Lingkungan Sebagai Suatu Sistem
Suatu sistem terdiri atas komponen-komponen yang bekerja secara teratur sebagai suatu kesatuan. Atau seperangkat unsur yang secara teratur saling berkaitan sehingga membentuk suatu totalitas. Lingkungan terdiri atas unsur biotik (manusia, hewan, dan tumbuhan) dan abiotik (udara, air, tanah, iklim dan lainnya). Allah SWT berfirman :
                  
“Dan Kami telah menghamparkan bumi dan menjadikan padanya gunung-gunung dan Kami tumbuhkan padanya segala sesuatu menurut ukuran. Dan Kami telah menjadikan untukmu di bumi keperluan-keperluan hidup, dan (Kami menciptakannya pula) makhluk-makhluk yang kamu sekali-kali bukan pemberi rezeki kepadanya.” (QS. 15 : 19-20)
Hal ini senada dengan pengertian lingkungan hidup, yaitu sistem yang merupakan kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup termasuk manusia dan perilakunya yang menentukan perikehidupan serta kesejahteraan manusia dan makhluk hidup lainnya. Atau bisa juga dikatakan sebagai suatu sistem kehidupan dimana terdapat campur tangan manusia terhadap tatanan ekosistem.
2. Pembangunan Lingkungan Hidup
Lingkungan hidup sebagai sumber daya yang dapat dimanfaatkan manusia guna memenuhi kebutuhan hidupnya. Allah SWT berfirman :
              
“Dialah yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya, dan makanlah sebagian dari rizki-Nya. Dan hanya kepada-Nya lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan.” (QS. 67 : 15)
Akan tetapi, lingkungan hidup sebagai sumber daya mempunyai regenerasi dan asimilasi yang terbatas. Selama eksploitasi atau penggunaannya di bawah batas daya regenerasi atau asimilasi, maka sumber daya terbaharui dapat digunakan secara lestari. Akan tetapi apabila batas itu dilampaui, sumber daya akan mengalami kerusakan dan fungsinya sebagai faktor produksi dan konsumsi atau sarana pelayanan akan mengalami gangguan.30
Oleh karena itu, pembangunan lingkungan hidup pada hakekatnya untuk pengubahan lingkungan hidup, yakni mengurangi resiko lingkungan dan atau memperbesar manfaat lingkungan. Sehingga manusia mempunyai tanggung jawab untuk memelihara dan memakmurkan alam sekitarnya. Allah SWT berfirman :
                              

“Dan kepada Tsamud (Kami utus) saudara mereka Shaleh. Shaleh berkata : “Hai kaumku, sembalah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain Dia. Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya, karena itu mohonlah ampunan-Nya, kemudian bertobatlah kepada-Nya. Sesungguhnya Tuhanku amat dekat (rahmat-Nya) dan lagi memperkenankan (do’a hamba-Nya).” (QS. 11 : 61)
Upaya memelihara dan memakmurkan tersebut bertujuan untuk melestarikan daya dukung lingkungan yang dapat menopang secara berkelanjutan pertumbuhan dan perkembangan yang kita usahakan dalam pembangunan. Walaupun lingkungan berubah, kita usahakan agar tetap pada kondisi yang mampu untuk menopang secara terus-menerus pertumbuhan dan perkembangan, sehingga kelangsungan hidup kita dan anak cucu kita dapat terjamin pada tingkat mutu hidup yang makin baik. Konsep pembangunan ini lebih terkenal dengan pembangunan lingkungan berkelanjutan
Tujuan tersebut dapat dicapai apabila manusia tidak membuat kerusakan di bumi, sebagaimana firman Allah SWT :
               

“Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdo’alah kepada-Nya dengan rasa takut dan harapan. Sesungguhnya Allah amat dekat kepada orang yang berbuat baik.” (QS. 7 : 56)
Berkaitan dengan pemeliharaan lingkungan, Rasulullah SAW mengajarkan kepada kita tentang beberapa hal, diantaranya agar melakukan penghijauan, melestarikan kekayaan hewani dan hayati, dan lain sebagainya.
“Barangsiapa yang memotong pohon Sidrah maka Allah akan meluruskan kepalanya tepat ke dalam neraka.” 31
“Barangsiapa di anatara orang Islam yang menanam tanaman maka hasil tanamannya yang dimakan akan menjadi sedekahnya, dan hasil tanaman yang dicuri akan menjadi sedekah. Dan barangsiapa yang merusak tanamannya, maka akan menjadi sedekahnya sampai hari Kiamat.” (HR. Muslim)
”Setiap orang yang membunuh burung pipit atau binatang yang lebih besar dari burung pipit tanpa ada kepentingan yang jelas, dia akan dimintai pertanggungjawabannya oleh Allah.” Ditanyakan kepada Nabi : “Wahai Rasulullah, apa kepentingan itu ?” Rasulullah menjawab : “Apabila burung itu disembelih untuk dimakan, dan tidak memotong kepalanya kemudian dilempar begitu saja.
3. Sumber Daya Vital dan Problematikanya
Manusia telah sedikit banyak berhasil mengatur kehidupannya sendiri (birth control maupun death control) dan sekarang dituntut untuk mengupayakan berlangsungnya proses pengaturan yang normal dari alam dan lingkungan agar selalu dalam keseimbangan. Khususnya yang menyangkut lahan (tanah), air dan udara, karena ketiga unsur tersebut merupakan sumber daya yang sangat penting bagi manusia.

C.3 Akhlaq Tercela Terhadap Lingkungan Flora dan Fauna32
Pengelolaan lingkungan adalah salah satu kegiatan sekaligus tugas manusia. Oleh karena itu pertanyaan yang bisa diajukan berkaitan dengan hal ini adalah : Apakah dalam melakukan kegiatan pengelolaan lingkungan dan pemanfaatan sumberdaya alam, manusia telah “menghadirkan” Tuhan, atau sebaliknya Tuhan ditinggalkan atau malah “dicampakkan“?. Dengan perkataan yang lain: Tuhan ada dimana pada saat manusia melakukan kegiatan pengelolaan lingkungan dan pemanfaatan sumberdaya alam
Alam semesta termasuk bumi seisinya adalah ciptaan Tuhan dan diciptakan dalam kesetimbangan, proporsional dan terukur atau mempunyai ukuran-ukuran, baik secara kualitatif maupun kuantitatif
               

(QS:ar Ra’d: 8; al Qomar : 49 dan al Hijr:19). Bumi yang merupakan planet dimana manusia tinggal dan melangsungkan kehidupannya terdiri atas berbagai unsur dan elemen dengan keragaman yang sangat besar dalam bentuk, proses dan fungsinya. Berbagai unsur dan elemen yang membentuk alam tersebut diciptakan Allah untuk memenuhi kebutuhan manusia dalam menjalankan kehidupannya di muka bumi, sekaligus merupakan bukti ke Mahakuasaan dan Kemahabesaran Sang Pencipta dan Pemelihara alam (Qs: Ta-Ha; 53-54). Dialah yang menentukan dan mentaqdirkan segala sesuatu di alam semesta. Tidak ada sesuatu di alam ini kecuali mereka tunduk dan patuh terhadap ketentuan hukum dan qadar Tuhan serta berserah diri dan memujiNya (QS:an Nur:41).
Adapun akhla tercelaterhadap lingkungan flora dan fauna yakni:
1.Menggunguli hutan
2.Melakukan Illegal Loging
3.Tidak memperdulikan keseimbangan lingkungan
4.Melakukan pemburuan Liar
5.Menjual hewan-hewan langka untuk kepentingan dirinya.

C.3.a. dalil tentang Akhlaq Terhadap Lingkungan Flora dan Fauna
Surat Al-A’raf ayat 56
               
Artinya Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah Amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.















C.4. Akhlak Nabi Sulaiman AS dan Sahabat Nabi
C.4.a. Akhlaq dan Sifat Nabi Sulaiman AS
Nabi Sulaiman adalah salah seorang putera Nabi Daud. Sejak ia masih kanak-kanak berusia sebelas tahun, ia sudah menampakkan tanda-tanda kecerdasan, ketajaman otak, kepandaian berfikir serta ketelitian di dalam mempertimbangkan dan mengambil sesuatu keputusan.
Sewaktu Daud, ayahnya menduduki tahta kerajaan Bani Isra'il ia selalu mendampinginnya dalam tiap-tiap sidang peradilan yang diadakan untuk menangani perkara-perkara perselisihan dan sengketa yang terjadi di dalam masyarakat. Ia memang sengaja dibawa oleh Daud, ayahnya menghadiri sidang-sidang peradilan serta menyekutuinya di dalam menangani urusan-urusan kerajaan untuk melatihnya serta menyiapkannya sebagai putera mahkota yang akan menggantikanya memimpin kerajaan, bila tiba saatnya ia harus memenuhi panggilan Ilahi meninggalkan dunia yang fana ini. Dan memang Sulaimanlah yang terpandai di antara sesama saudara yang bahkan lebih tua usia daripadanya.
Suatu peristiwa yang menunjukkan kecerdasan dan ketajaman otaknya iaitu terjadi pada salah satu sidang peradilan yang ia turut menghadirinya. dalam persidangan itu dua orang datang mengadu meminta Nabi Daud mengadili perkara sengketa mereka, iaitu bahawa kebun tanaman salah seorang dari kedua lelaki itu telah dimasuki oleh kambing-kambing ternak kawannya di waktu malam yang mengakibatkan rusak binasanya perkarangannya yang sudah dirawatnya begitu lama sehingga mendekati masa menuainya. Kawan yang diadukan itu mengakui kebenaran pengaduan kawannya dan bahawa memang haiwan ternakannyalah yang merusak-binasakan kebun dan perkarangan kawannya itu.

C.4.a.1. Sulaiman Menduduki Tahta Kerajaan Ayahnya
Sejak masih berusia muda Sulaiman telah disiapkan oleh Daud untuk menggantikannya untuk menduduki tahta singgahsana kerajaan Bani Isra'il.
Abang Sulaiman yang bernama Absyalum tidak merelakan dirinya dilangkahi oleh adiknya .Ia beranggapan bahawa dialah yang sepatutnya menjadi putera mahkota dan bukan adiknya yang lebih lemah fizikalnya dan lebih muda usianya srta belum banyak mempunyai pengalaman hidup seperti dia. Kerananya ia menaruh dendam terhadap ayahnya yang menurut anggapannya tidak berlaku adil dan telah memperkosa haknya sebagai pewaris pertama dari tahta kerajaan Bani Isra'il.
Absyalum berketetapan hati akan memberotak terhadap ayahnya dan akan berjuang bermati-matian untuk merebut kekuasaan dari tangan ayahnya atau adiknya apa pun yang harus ia korbankan untuk mencapai tujuan itu. Dan sebagai persiapan bagi rancangan pemberontakannya itu, dari jauh-jauh ia berusaha mendekati rakyat, menunjukkan kasih sayang dan cintanya kepada mereka menolong menyelesaikan masalah-masalah yang mereka hadapi serta mempersatukan mereka di bawah pengaruh dan pimpinannya. Ia tidak jarang bagi memperluaskan pengaruhnya, berdiri didepan pintu istana mencegat orang-orang yang datang ingin menghadap raja dan ditanganinya sendiri masalah-masalah yang mereka minta penyelesaian.
Setelah merasa bahawa pengaruhnya sudah meluas di kalangan rakyat Bani Isra'il dan bahawa ia telah berhasil memikat hati sebahagian besar dari mereka, Absyalum menganggap bahawa saatnya telah tiba untuk melaksanakan rencana rampasan kuasa dan mengambil alih kekuasaan dari tangan ayahnya dengan paksa. Lalu ia menyebarkan mata-matanya ke seluruh pelosok negeri menghasut rakyat dan memberi tanda kepada penyokong-penyokong rencananya, bahawa bila mereka mendengar suara bunyi terompet, maka haruslah mereka segera berkumpul, mengerumuninya kemudian mengumumkan pengangkatannya sebagai raja Bani Isra'il menggantikan Daud ayahnya.
Syahdan pada suatu pagi hari di kala Daud duduk di serambi istana berbincang-bincang dengan para pembesar dan para penasihat pemerintahannya, terdengarlah suara bergemuruh rakyat bersorak-sorai meneriakkan pengangkatan Absyalum sebagai raja Bani Isra'il menggantikan Daud yang dituntut turun dari tahtanya. Keadaan kota menjadi kacau-bilau dilanda huru-hara keamanan tidak terkendalikan dan perkelahian terjadi di mana-mana antara orang yang pro dan yang kontra dengan kekuasaan Absyalum.
Nabi Daud merasa sedih melihat keributan dan kekacauan yang melanda negerinya, akibat perbuatan puterannya sendiri. Namun ia berusaha menguasai emosinya dan menahan diri dari perbuatan dan tindakan yang dapat menambah parahnya keadaan. Ia mengambil keputusan untuk menghindari pertumpahan darah yang tidak diinginkan, keluar meninggalkan istana dan lari bersama-sama pekerjanya menyeberang sungai Jordan menuju bukit Zaitun. Dan begitu Daud keluar meninggalkan kota Jerusalem, masuklah Absyalum diiringi oleh para pengikutnya ke kota dan segera menduduki istana kerajaan. Sementara Nabi Daud melakukan istikharah dan munajat kepada Tuhan di atas bukit Zaitun memohon taufiq dan pertolongan-Nya agar menyelamatkan kerajaan dan negaranya dari malapetaka dan keruntuhan akibat perbuatan puteranya yang durhaka itu.
Setelah mengadakan istikharah dan munajat yang tekun kepada Allah, akhirnya Daud mengambil keputusan untuk segera mengadakan kontra aksi terhadap puteranya dan dikirimkanlah sepasukan tentera dari para pengikutnya yang masih setia kepadanya ke Jerusalem untuk merebut kembali istana kerajaan Bani Isra'il dari tangan Absyalum. Beliau berpesan kepada komandan pasukannya yang akan menyerang dan menyerbu istana, agar bertindak bijaksana dan sedapat mungkin menghindari pertumpahan darah dan pembunuhan yang tidak perlu, teristimewa mengenai Absyalum, puteranya, ia berpesan agar diselamatkan jiwanya dan ditangkapnya hidup-hidup. Akan tetapi takdir telah menentukan lain daripada apa yang si ayah inginkan bagi puteranya. Komandan yang berhasil menyerbu istana tidak dapat berbuat lain kecuali membunuh Absyalum yang melawan dan enggan menyerahkan diri setelah ia terkurung dan terkepung.
Dengan terbunuhnya Absyalum kembalilah Daud menduduki tahtanya dan kembalilah ketenangan meliputi kota Jerusalem sebagaimana sediakala. Dan setelah menduduki tahta kerajaan Bani Isra'il selama empat puluh tahun wafatlah Nabi Daud dalam usia yang lanjut dan dinobatkanlah sebagai pewarisnya Sulaiman sebagaimana telah diwasiatkan oleh ayahnya.

C.4.a.2. Kekuasaan Sulaiman Atas Jin dan Makhluk Lain
Nabi Sulaiman yang telah berkuasa penuh atas kerajaan Bani Isra'il yang makin meluas dan melebar, Allah telah menundukkan baginya makhluk-makhluk lain, iaitu Jin angin dan burung-burung yang kesemuanya berada di bawah perintahnya melakukan apa yang dikehendakinya dan melaksanakan segala komandonya. Di samping itu Allah memberinya pula suatu kurnia berupa mengalirnya cairan tembaga dari bawah tanah untuk dimanfaatkannya bagi karya pembangunan gedung-gedung, perbuatan piring-piring sebesar kolam air, periuk-periuk yang tetap berada diatas tungku yang dikerjakan oleh pasukan Jin-Nya.
Sebagai salah satu mukjizat yang diberikan oleh Allah kepada Sulaiman ialah kesanggupan beliau menangkap maksud yang terkandung dalam suara binatang-binatang dan sebaliknya binatang-binatang dapat pula mengerti apa yang ia perintahkan dan ucapkan.
Demikianlah maka tatkala Nabi Sulaiman berpergian dalam rombongan kafilah yang besar terdiri dari manusia, jin dan binatang-binatang lain, menuju ke sebuah tempat bernama Asgalan ia melalui sebuah lembah yang disebut lembah semut. Disitu ia mendengar seekor semut berkata kepada kawan-kawannya: "Hai semut-semut, masuklah kamu semuanya ke dalam sarangmu, agar supaya kamu selamat dan tidak menjadi binasa diinjak oleh Sulaiman dan tenteranya tanpa ia sedar dan sengaja.
Nabi Sulaiman tersenyum tertawa mendengar suara semut yang ketakutan itu. Ia memberitahu hal itu kepada para pengikutnya seraya bersyukur kepada Allah atas kurnia-Nya yang menjadikan ia dapat mendengar serta menangkap maksud yang terkandung dalam suara semut itu. Ia merasa takjud bahawa binatang pun mengerti bahawa nabi-nabi Allah tidak akan mengganggu sesuatu makhluk dengan sengaja dan dalam keadaan sedar.

C.4.a.3. Sulaiman dan Ratu Balqis
Setelah Nabi Sulaiman membangunkan Baitulmaqdis dan melakukan ibadah haji sesuai dengan nadzarnya pergilah ia meneruskan perjalannya ke Yeman. Setibanya di San'a - ibu kota Yeman ,ia memanggil burung hud-hud sejenis burung pelatuk untuk disuruh mencari sumber air di tempat yang kering tandus itu. Ternyata bahawa burung hud-hud yang dipanggilnya itu tidak berada diantara kawasan burung yang selalu berada di tempat untuk melakukan tugas dan perintah Nabi Sulaiman. Nabi Sulaiman marah dan mengancam akan mengajar burung Hud-hud yang tidak hadir itu bila ia datang tanpa alasan dan uzur yang nyata.

Berkata burung Hud-hud yang hinggap didepan Sulaiman sambil menundukkan kepala ketakutan:: "Aku telah melakukan penerbangan pengintaian dan menemukan sesuatu yang sangat penting untuk diketahui oleh paduka Tuan. Aku telah menemukan sebuah kerajaan yang besar dan mewah di negeri Saba yang dikuasai dan diperintah oleh seorang ratu. Aku melihat seorang ratu itu duduk di atas sebuah tahta yang megah bertaburkan permata yang berkilauan. Aku melihat ratu dan rakyatnya tidak mengenal Tuhan Pencipta alam semesta yang telah mengurniakan mereka kenikmatan dan kebahagian hidup. Mereka tidak menyembah dan sujud kepada-Nya, tetapi kepada matahari. Mereka bersujud kepadanya dikala terbit dan terbenam. Mereka telah disesatkan oleh syaitan dari jalan yang lurus dan benar."
Setelah dibacanya berulang kali surat Nabi Sulaiman Ratu Balqis memanggil para pembesarnya dan para penasihat kerajaan berkumpul untuk memusyawarahkan tindakan apa yang harus diambil sehubungan dengan surat Nabi Sulaiman yang diterimanya itu.
Berkatlah para pembesar itu ketika diminta petimbangannya: "Wahai paduka tuan ratu, kami adalah putera-putera yang dibesarkan dan dididik untuk berperang dan bertempur dan bukan untuk menjadi ahli pemikir atau perancang yang patut memberi pertimbangan atau nasihat kepadamu. Kami menyerahkan kepadamu untuk mengambil keputusan yang akan membawa kebaikan bagi kerajaan dan kami akan tunduk dan melaksanakan segala perintah dan keputusanmu tanpa ragu. Kami tidak akan gentar menghadapi segala ancaman dari mana pun datangnya demi menjaga keselamatanmu dam keselamatan kerajaanmu."
Ratu Balqis menjawab: "Aku memperoleh kesan dari uraianmu bahwa kamu mengutamakan cara kekerasan dan kalau perlu kamu tidak akan gentar masuk medan perang melawan musuh yang akan menyerbu. Aku sangat berterima kasih atas kesetiaanmu kepada kerajaan dan kesediaanmu menyabung nyawa untuk menjaga keselamatanku dan keselamatan kerajaanku. Akan tetapi aku tidak
Selagi Ratu Balgis siap-siap mengatur hadiah kerajaan yang akan dikirim kepada Sulaiman dan memilih orang-orang yang akan menjadi utusan kerajaan membawa hadiah, tibalah hinggap di depan Nabi Sulaiman burung pengintai Hud-hud memberitakan kepadanya rancangan Balqis untuk mengirim utusan membawa hadiah baginya sebagai jawaban atas surat beliau kepadanya.
Setelah mendengar berita yang dibawa oleh Hud-hud itu, Nabi Sulaiman mengatur rencana penerimaan utusan Ratu Balqis dan memerintahkan kepada pasukan Jinnya agar menyediakan dan membangunkan sebuah bangunan yang megah yang tiada taranya ya akan menyilaukan mata perutusan Balqis bila mereka tiba.
Tatkala perutusan Ratu Balqis datang, diterimalah mereka dengan ramah tamah oleh Sulaiman dan setelah mendengar uraian mereka tentang maksud dan tujuan kedatangan mereka dengan hadiah kerajaan yang dibawanya, berkatalah Nabi Sulaiman: "Kembalilah kamu dengan hadiah-hadiah ini kepada ratumu. Katakanlah kepadanya bahawa Allah telah memberiku rezeki dan kekayaan yang melimpah ruah dan mengurniaiku dengan kurnia dan nikmat yang tidak diberikannya kepada seseorang drp makhluk-Nya. Di samping itu aku telah diutuskan sebagai nabi dan rasul-Nya dan dianugerahi kerajaan yang luas yang kekuasaanku tidak sahaja berlaku atas manusia tetapi mencakup juga jenis makhluk Jin dan binatang-binatang. Maka bagaimana aku akan dapat dibujuk dengan harta benda dan hadiah serupa ini? Aku tidak dapat dilalaikan dari kewajiban dakwah kenabianku oleh harta benda dan emas walaupun sepenuh bumi ini. Kamu telah disilaukan oleh benda dan kemegahan duniawi, sehingga kamu memandang besar hadiah yang kamu bawakan ini dan mengira bahawa akan tersilaulah mata kami dengan hadiah Ratumu. Pulanglah kamu kembali dan sampaikanlah kepadanya bahawa kami akan mengirimkan bala tentera yang sangat kuat yang tidak akan terkalahkan ke negeri Saba dan akan mengeluarkan ratumu dan pengikut-pengikutnya dari negerinya sebagai- orang-orang yang hina-dina yang kehilangan kerajaan dan kebesarannya, jika ia tidak segera memenuhi tuntutanku dan datang berserah diri kepadaku."
Perutusan Balqis kembali melaporkan kepada Ratunya apa yang mereka alami dan apa yang telah diucapkan oleh Nabi Sulaiman. Balqis berfikir, jalan yang terbaik untuk menyelamatkan diri dan kerajaannya ialah menyerah saja kepada tuntutan Sulaiman dan datang menghadap dia di istananya.

Nabi Sulaiman as dilimpahi kekayaan yang belum pernah ada sebelumnya
Ia berkata, “Ya Tuhanku, ampunilah aku dan anugerahkanlah kepadaku kerajaan yang tidak dimiliki oleh seorang jua pun sesudahku. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Pemberi (QS Shaad: 35)
Allah menjawab do’anya dengan memberikan anugerah dan pengetahuan yang besar serta melimpahkan kekuasaan yang besar dan wewenang yang kuat atas Sulaiman AS. Dalam ayat-ayat yang menceritakan kehidupannya, berbagai perincian mengenai kekayaan, kewenangan, dan bagaimana dia menggunakan pengetahuannya telah disampaikan.
Nabi Sulaiman AS berkomunikasi dengan burung-burung
Allah mengajarkan Nabi Sulaiman AS bahasa burung, dan dia menggunakan pengetahuan ini untuk membentuk peringkat burung-burung dalam suatu aturan (QS An Naml: 17). Dia berkomunikasi dengan burung-burung dan mengaturnya dalam barisan yang tepat menurut pandangannya. Keadaan ini terjadi karena ridha Allah atas Sulaiman AS.
Dan dia (Sulaiman) berkata, “Hai Manusia, kami telah diberi pengertian tentang suara burung dan kami diberi segala sesuatu. Sesungguhnya (semua) in benar-benar suatu kurnia yang nyata” (QS An Naml: 16)
Kita dapat menarik kesimpulan penting dari ayat ini:
a.Burung mempunyai sebuah cara khusus untuk berkomunikasi satu sama lain secara berulang-ulang di luar jangkauan pendengaran manusia. Nabi Sulaiman AS diberikan sebuah kemampuan khusus yang memungkinkannya memahami bahasa ini. Hal ini dapat terjadi melalui suatu inovasi teknologi.
b.Dengan menggunakan kemampuan ini, dia memberikan perintah kepada burung-burung sehingga mereka dapat memenuhi keinginannya (Allah-lah Yang Maha Tahu).
c.Dia kadang-kadang menggunakan bahasa burung untuk mengirim berita dan mengumpulkan data intelijen. Metode ini sangat berhasil. Pengetahuannya memungkinkannya berkomunikasi dengan negara-negara lain dan secara efektif memungkinkan wilayah yang jauh berada di dalam jangkauannya (Allah-lah Yang Maha Tahu).
d.Ayat ini dapat mengundang kita memperhatikan kemajuan teknologi yang akan digunakan di Hari Akhir. Mungkin bukan tentang burung, melainkan tentang pesawat tanpa awak yang digunakan pada saat ini.
e.Hal ini dapat terjadi mungkin karena dia menempatkan pemancar pada burung untuk mengumpulkan data intelijen mengenai musuh-musuhnya. Dengan cara ini dia dapat memperoleh baik rekaman suara maupun gambar yang dia gunakan untuk memerintah bangsanya.
Nabi Sulaiman AS memiliki istana yang lantainya sangat licin (bening) terbuat dari kaca dan di bawahnya mengalir sungai-sungai sehingga orang yang melihatnya akan menyangka bahwa itu air yang mengalir, karena kacanya sangat tipis, sehingga ketika ia mengatakan kepada ratu Saba’, “ “Masuklah ke dalam istana.” “ (An-Naml: 44), maka ratu itu melihat lantai istana tersebut dikiranya sebuah kolam yang besar, sehingga ratu tersebut menyingkapkan kain penutup kedua betisnya. Melihat kejadian itu, maka Nabi Sulaiman AS berkata, “Sesungguhnya ia adalah istana licin terbuat dari kaca.” “ Mendengar hal itu, maka Ratu Saba’ berkata, “ “Ya Rabbku, sesungguhnya aku telah berbuat zalim terhadap diriku dan aku berserah diri bersama Sulaiman kepada Allah, Rabb semesta alam.” “ (An-Naml:44) Kemudian ratu Saba’ berserah diri kepada Allah yang diikuti oleh kaumnya. Dalam suatu riwayat diceritakan; bahwa Nabi Sulaiman AS menikahinya. Hanya Allah Yang Maha Mengetahui.
Pada masa Nabi Sulaiman AS; Allah Ta’ala telah menundukkan syetan-syetan kepadanya, dan Allah menyampaikan kepadanya bahwa mereka telah berkumpul dengan manusia untuk mengajari mereka tentang ilmu sihir. Kemudian Nabi Sulaiman AS mengumpulkan mereka, mengancam mereka dan mengambil kitab-kitab sihir mereka dan menguburnya. Ketika Nabi Sulaiman AS wafat, maka syetan-syetan itu datang kepada manusia, seraya berkata, “Sesungguhnya kerajaan Sulaiman didirikan di atas pondasi sihir, kemudian mereka meminta manusia untuk menggali kitab-kitab sihir yang dikubur Nabi Sulaiman AS serta menyebarkan tipu daya mereka kepada manusia dengan mengatakan, bahwa kitab-kitab sihir tersebut diambil dari istana Nabi Sulaiman AS dan sesungguhnya Nabi Sulaiman AS adalah seorang penyihir. Berita itu diyakini oleh sekelompok Yahudi. Kemudian Allah Ta’ala membebaskan Nabi Sulaiman AS dari tuduhan tersebut, dan Allah menjelaskan bahwa sihir itu sebagaimana diketahui dapat mendatangkan kemadharatan. Allah Ta’ala berfirman, “Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh setan-setan pada masa kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir), padahal Sulaiman tidak kafir (mengerjakan sihir).” (Al-Baqarah: 102) Yakni tidak belajar sihir dan menyetujuinya, melainkan “setan-setan itulah yang kafir (mengerjakan sihir).” (Al-Baqarah: 102) Ini termasuk keagungan Al-Qur’an, dimana ia memerintahkan manusia supaya beriman kepada semua rasul dan mengingatkan manusia terhadap sifat-sifat para rasul yang terpuji serta mensucikan para rasul dari perkataan manusia tentang mereka yang menafikan kerasulan mereka.
Kemudian Allah Ta’ala telah menguji Nabi Sulaiman AS dan mendudukkan di atas kursinya sesosok tubuh, yakni salah satu syetan; dimana ujian itu dimaksudkan sebagai teguran terhadap suatu kesalahan yang telah diperbuatnya dan sebagai cara untuk mengembalikannya kepada ketundukkan yang sempurna kepada Rabbnya*. Berkenaan dengan kejadian itu maka Allah SWT berfirman, “…kemudian ia bertaubat.” (Shad: 34) Ia bertaubat kepada Allah SWT dengan hati, lisan serta badannya; baik lahirnya maupun bathinnya, seraya berdo’a, “Ya Rabbku, ampunilah aku dan anugerahkanlah kepadaku kerajaan yang tidak dimiliki oleh seorang juapun sesudahku, sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Pemberi.” (Shad:35) Allah Ta’ala mengabulkan do’anya serta memenuhi tuntutannya dengan mengampuni dosanya dan semua yang telah diperolehnya sebagaimana telah dijelaskan.
Allah Ta’ala telah mengkaruniakan Nabi Daud AS dan Nabi Sulaiman AS ilmu dan kebijaksanaan, dan secara khusus Allah telah menambah karunianya kepada Nabi Sulaiman AS dengan memberinya kefahaman (terhadap bahasa binatang-binatang), sebagaimana ditegaskan oleh Allah Ta’ala dalam firman-Nya, “Dan (ingatlah kisah) Daud dan Sulaiman, di waktu keduanya memberikan keputusan mengenai tanaman, karena tanaman itu dirusak oleh kambing-kambing kepunyaan kaumnya.” (Al-Anbiya’: 78) Yakni saat kambing-kambing itu memasuki kebun mereka di malam hari dan merusak tanaman dan pepohonannya, kemudian Nabi Daud AS menetapkan hukum menurut ijtihadnya, bahwa kambing-kambing tersebut menjadi milik pemilik kebun karena menurut pandangannya bahwa pemilik kambing itu harus mengganti kerugian yang diderita oleh pemilik kebun. Kasus itu diadukan kepada Nabi Sulaiman AS, dan ia menetapkan hukuman, bahwa pemilik kambing-kambing harus menggantikan pemilik kebun dalam menggarap, menyirami, mengganti tanaman atau pepohonan yang telah dirusak dan merawatnya, sehingga keadaannya kembali seperti semula (sebelum dirusak). Juga pemilik kambing harus menyerahkan kambing-kambingnya untuk sementara waktu kepada pemilik kebun tersebut untuk diambil manfaatnya seperti air susunya, bulunya dan hasil lainnya yang diperoleh pemanfaatan kambing-kambing tersebut sebagai ganti dari manfaat yang diperoleh dari penggarapan kebunnya dalam tenggang waktu tersebut. Hukuman yang ditetapkan oleh Nabi Sulaiman AS dipandang lebih tepat dan lebih bermanfaat bagi pemilik kambing serta pemilik kebun. Berkenaan dengan kasus tersebut, Allah SWT berfirman, “… dan kepada masing-masing mereka telah Kami berikan hikmah dan ilmu.” (Al-Anbiya’: 79).
Penetapan hukum di atas setara dengan penetapan hukum yang ditetapkan Nabi Daud AS dan Nabi Sulaiman AS di antara dua orang perempuan yang sedang bepergian dan masing-masing membawa bayi laki-lakinya. Seekor srigala menghampiri bayi milik perempuan yang sudah tua dan menerkamnya. Perempuan yang sudah tua menuduh bahwa bayi yang selamat dari terkaman serigala ialah bayinya, tetapi perempuan yang masih muda menolaknya dan mengatakan, justru srigala itu menerkam bayi milik perempuan yang sudah tua.” Kemudian kedua perempuan itu mendatangi Nabi Daud AS dan mengadukan kejadian itu kepadanya. Karena Nabi Daud AS tidak melihat bukti lain, selain pengakuan masing-masing dari keduanya, sehingga menurut ijtihadnya bahwa bayi itu harus diserahkan kepada perempuan yang sudah tua karena kasihan kepadanya, mengingat usianya yang sudah tua. Sedangkan perempuan yang masih muda, mengingat usianya yang masih muda, sehingga ia masih memiliki kesempatan untuk dikarunia anak oleh Allah Ta’ala di masa mendatang sebagai gantinya. Kemudian masalah itu diadukan kepada Nabi Sulaiman AS, dan ia berkata kepada keduanya, “Bawalah kepadaku pisau, dan aku akan membaginya di antara kamu berdua.” Perempuan yang sudah tua merestui keputusan tersebut. Sedang perempuan yang masih muda ketika ditetapkan penyelesaian masalah itu antara membinasakan dan membiarkannya tetap hidup meski berada di tangan perempuan selainnya, maka ia memilih penyelesaian yang sangat ringan resikonya di antara dua ketetapan tersebut, seraya berkata, “Bayi itu adalah anaknya, hai nabi Allah.” Nabi Sulaiman AS mengetahui sikap alami tersebut yang merupakan bukti nyata, bahwa bayi itu bukan anak perempuan yang sudah tua, karena sikapnya yang merestui penyelesaian dengan cara membaginya menjadi dua bagian dan membinasakannya. Adapun pengakuannya terhadap bayi milik perempuan lain semata-mata disebabkan kedengkian. Dengan demikian, maka jelaslah bahwa bayi itu milik perempuan yang masih muda, ketika ia mengambil sikap mengalah dan bergeser dari keputusan membaginya menjadi dua bagian kepada keputusan membatalkan pengakuannya, sehingga Nabi Sulaiman AS menatapkan keputusan hukum, bahwa bayi itu milik perempuan yang masih muda.
Tidak diragukan lagi, bahwa menetapkan ketetapan hukum yang tepat dalam menyelesaikan masalah membutuhkan sejumlah bukti, sejumlah keterangan yang mengindikasikan pembuktian dan sejumlah saksi. Itulah di antara pemahaman yang diberikan Allah kepada orang yang dikehendaki-Nya.


C.4.b. Kisah sahabat Abu Hurairah r.a.

C.4.b.1. Periwayat Hadits yang Akrab dengan Kelaparan
Tokoh kita ini biasa berpuasa sunah tiga hari setiap awal bulan Qamariah (bulan Arab dalam penanggalan Hijri), mengisi malam harinya dengan membaca Al-Quran dan salat tahajud. Akrab dengan kemiskinan, dia sering mengikatkan batu ke perutnya, guna menahan lapar. Dalam sejarah ia dikenal paling banyak meriwayatkan hadis. Dialah Bapak Kucing Kecil (Abu Hurairah), begitu orang mengenalnya.
"Aku sudah dengar pergunjingan kalian. Kata kalian, Abu Hurairah terlalu banyak meriwayatkan hadis Nabi. Padahal, para sahabat muhajirin dan anshar sendiri tak ada yang meriwayatkan hadis Nabi sebanyak yang dituturkan Abu Hurairah. Ketahuilah, saudara-saudaraku dari kaum muhajirin disibukkan dengan perniagaan mereka di pasar. Sementara saudara-saudaraku dari anshar disibukkan dengan kegiatan pertanian mereka. Dan aku seorang papa, termasuk golongan kaum miskin shuffah (yang tinggal di pondokan masjid). Aku tinggal dekat Nabi untuk mengisi perutku. Aku hadir (di samping Nabi) ketika mereka tidak ada, dan aku selalu mengingat-ingat ketika mereka melupakan."

Abu Hurairah adalah sahabat yang sangat dekat dengan Nabi. Ia dikenal sebagai salah seorang ahli shuffah, yaitu orang-orang papa yang tinggal di pondokan masjid (pondokan ini juga diperuntukkan buat para musafir yang kemalaman). Begitu dekatnya dengan Nabi, sehingga beliau selalu memanggil Abu Hurairah untuk mengumpulkan ahli shuffah, jika ada makanan yang hendak dibagikan.
Karena kedekatannya itu, Nabi pernah mempercayainya menjaga gudang penyimpan hasil zakat. Suatu malam seseorang mengendap-endap hendak mencuri, tertangkap basah oleh Abu Hurairah. Orang itu sudah hendak dibawa ke Rasulullah. "Ampun tuan, kasihani saya," pencuri itu memelas. "Saya mencuri ini untuk menghidupi keluarga saya yang kelaparan."
Abu Hurairah tersentuh hatinya, maka dilepasnya pencuri itu. "Baik, tapi jangan kamu ulangi perbuatanmu ini."
Esoknya hal ini dilaporkan kepada Nabi. Nabi tersenyum. "Lihat saja, nanti malam pasti ia kembali."
Benar pula, malam harinya pencuri itu datang lagi. "Nah, sekarang kamu tidak akan kulepas lagi." Sekali lagi, orang itu memelas, hingga Abu Hurairah tersentuh hatinya. Tapi, ketika hal itu dilaporkan kepada Nabi, kembali beliau mengatakan hal yang sama. "Lihat saja, orang itu akan kembali nanti malam."

C.4.b.2. Mengikatkan Batu ke perut
Abu Hurairah adalah salah seorang tokoh kaum fakir miskin. Abu Hurairah sering lapar ketimbang kenyang. Ia sosok yang teguh berpegang pada sunah Nabi. Ia kerap menasihati orang agar jangan larut dengan kehidupan dunia dan hawa nafsu. Ia tak membedakan antara kaum kaya dan kaum miskin, petinggi negeri atau rakyat jelata dalam menyampaikan kebenaran. Ia pun selalu bersyukur kepada Allah dalam keadaan susah dan senang.
Orang yang nama lengkapnya Abdur Rahman (versi lain: Abdu Syams) ibn Shakhr Ad-Dausi ini adalah sosok humoris. Banyak anekdot yang berasal darinya. Ia pun suka menghibur anak-anak kecil. Ia pecinta kucing kecil. Ke mana-mana dibawanya binatang ini, sehingga julukan Abu Hurairah (bapak kucing kecil) pun melekat padanya.
Dibanding Nabi, umurnya lebih muda sekitar 30 tahun. Dia lahir di Daus, sebuah desa miskin di padang pasir Yaman. Hidup di tengah kabilah Azad, ia sudah yatim sejak kecil, yang membantu ibunya menjadi penggembala kambing.
Dia masuk Islam tak lama setelah pindah ke Madinah pada tahun ketujuh hijriah, bersamaan dengan rencana keberangkatan Nabi ke Perang Khaibar. Tapi ibundanya belum mau masuk Islam. Malah sang ibu pernah menghina Nabi. Ini membuatnya sedih. Untuk itu, ia memohon Nabi berdoa agar ibunya masuk Islam. Kemudian Abu Hurairah kembali menemui ibunya, mengajaknya masuk Islam. Ternyata sang ibu telah berubah, bersedia mengucapkan dua kalimat syahadat.

C.4.b.3. Buruh Kasar
Akan halnya kepindahannya ke Madinah adalah untuk mengadu nasib. Di sana ia bekerja serabutan, menjadi buruh kasar bagi siapa pun yang membutuhkan tenaganya. Acap kali dia harus mengikatkan batu ke perutnya, guna menahan lapar yang amat sangat.
Menurut shahibul hikayat, ia pernah kedapatan berbaring di dekat mimbar masjid. Gara-gara perbuatan aneh itu, orang mengiranya agak kurang waras. Mendengar kasak-kusuk di kalangan sahabat ini, Nabi segera menemui Abu Hurairah. Abu Hurairah bilang, ia tidak gila, hanya ia lapar. Nabi pun segera memberinya makanan.
Suatu kali, dengan masih mengikatkan batu ke perutnya, dia duduk di pinggir jalan, tempat orang biasanya berlalu lalang. Dilihatnya Abu Bakr melintas. Lalu dia minta dibacakan satu ayat Al-Quran. "Aku bertanya begitu supaya dia mengajakku ikut, memberiku pekerjaan," tutur Abu Hurairah. Tapi Abu Bakr cuma membacakan ayat, lantas berlalu.
Dilihatnya Umar ibn Khattab. "Tolong ajari aku ayat Al-Quran," kata Abu Hurairah. Kembali ia harus menelan ludah kekecewaan karena Umar berbuat hal yang sama.
Tak lama kemudian Nabi lewat. Nabi tersenyum. "Beliau tahu apa isi hati saya. Beliau bisa membaca raut muka saya secara tepat," tutur Abu Hurairah.
"Ya Aba Hurairah!" panggil Nabi.
"Labbaik, ya Rasulullah!"
"Ikutlah aku!"
Beliau mengajak Abu Hurairah ke rumahnya. Di dalam rumah didapati sebaskom susu. "Dari mana susu ini?" tanya Rasulullah. Beliau diberi tahu bahwa seseorang telah memberikan susu itu.
"Ya Aba Hurairah!"
"Labbaik, Ya Rasulullah!"
"Tolong panggilkan ahli shuffah," kata Nabi. Susu tadi lalu dibagikan kepada ahli shuffah, termasuk Abu Hurairah. Sejak itulah, Abu Hurairah mengabdi kepada Rasulullah, bergabung dengan ahli shuffah di pondokan masjid.
Sepulang dari Perang Khaibar, Nabi melakukan perluasan terhadap Masjid Nabawi, yaitu ke arah barat dengan menambah tiga pilar lagi. Abu Hurairah terlibat pula dalam renovasi ini. Ketika dilihatnya Nabi turut mengangkat batu, ia meminta agar beliau menyerahkan batu itu kepadanya. Nabi menolak seraya bersabda, "Tiada kehidupan sebenarnya, melainkan kehidupan akhirat."
Abu Hurairah sangat mencintai Nabi. Sampai-sampai dia memilih dipukul Nabi karena melakukan kekeliruan ketimbang mendapatkan makanan yang enak. "Karena Nabi menjanjikan akan memberi syafaat kepada orang yang pernah merasa disakitinya secara sengaja atau tidak," katanya.
Begitu cintanya kepada Rasulullah sehingga siapa pun yang dicintai Nabi, ia ikut mencintainya. Misalnya, ia suka mencium Hasan dan Husain, karena melihat Rasulullah mencium kedua cucunya itu.
Ada cerita menarik menyangkut kehidupan Abu Hurairah dan masyarakat Islam zaman itu. Meski Abu Hurairah seorang papa, boleh dibilang tuna wisma, salah seorang majikannya yang lumayan kaya menikahkan putrinya, Bisrah binti Gazwan, dengan lelaki itu. Ini menunjukkan betapa Islam telah mengubah persepsi orang dari membedakan kelas kepada persamaan. Abu Hurairah dipandang mulia karena kealiman dan kesalihannya. Perilaku islami telah memuliakannya, lebih dari kemuliaan pada masa jahiliah yang memandang kebangsawanan dan kekayaan sebagai ukuran kemuliaan.
Sejak menikah, Abu Hurairah membagi malamnya atas tiga bagian: untuk membaca Al-Quran, untuk tidur dan keluarga, dan untuk mengulang-ulang hadis. Ia dan keluarganya meskipun kemudian menjadi orang berada tetap hidup sederhana. Ia suka bersedekah, menjamu tamu, bahkan menyedekahkan rumahnya di Madinah untuk pembantu-pembantunya.
Tugas penting pernah diembannya dari Rasulullah. Yaitu ketika ia bersama Al-Ala ibn Abdillah Al-Hadrami diutus berdakwah ke Bahrain. Belakangan, ia juga bersama Quddamah diutus menarik jizyah (pajak) ke Bahrain, sambil membawa surat ke Amir Al-Munzir ibn Sawa At-Tamimi.

C.4.b.4. Menolak Jabatan
Ketika Umar menjadi amirul mukminin, Abu Hurairah diangkat menjadi gubernur Bahrain. Tapi pada 23 Hijri Umar memecatnya gara-gara sang gubernur kedapatan menyimpan banyak uang (menurut satu versi, sampai 10.000 dinar). Dalam proses pengusutan, ia mengemukakan upaya pembuktian terbalik, bahwa harta itu diperolehnya dari beternak kuda dan pemberian orang. Khalifah menerima penjelasan itu dan memaafkannya. Lalu ia diminta menduduki jabatan gubernur lagi, tapi ia menolak.
Penolakan itu diiringi lima alasan. "Aku takut berkata tanpa pengetahuan; aku takut memutuskan perkara bertentangan dengan hukum (agama); aku ogah dicambuk; aku tak mau harta benda hasil jerih payahku disita; dan aku takut nama baikku tercemar," kilahnya. Ia memilih tinggal di Madinah, menjadi warga biasa yang memperlihatkan kesetiaan kepada Umar, dan para pemimpin sesudahnya.
Tatkala kediaman Amirul Mukminin Ustman ibn Affan dikepung pemberontak, dalam peristiwa yang dikenal sebagai al-fitnatul kubra (bencana besar), Abu Hurairah bersama 700 orang Muhajirin dan Anshar tampil mengawal rumah tersebut. Meski dalam posisi siap tempur, Khalifah melarang pengikut setianya itu memerangi kaum pemberontak.
Pada masa Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib, Abu Hurairah ditawari menjadi gubernur di Madinah. Ia menolak. Ketika terjadi pertemuan antara Khalifah Ali dan lawannya, Muawiyah ibn Abi Sufyan, ia bersikap netral dan menghindari fitnah. Sampai kemudian Muawiyah berkuasa, Abu Hurairah bersedia menjadi gubernur di Madinah. Tapi versi lain mengatakan, Marwan ibn Hakamlah yang menunjuk Abu Hurairah sebagai pembantunya di kantor gebernuran Madinah. Di Kota Penuh Cahaya (Al-Madinatul Munawwarah) ini pula ia mengembuskan nafas terakhir pada 57 atau 58 H. (676-678 M.) dalam usia 78 tahun. Meninggalkan warisan yang sangat berharga, yakni hadis-hadis Nabi, bak butiran-butiran ratna mutu manikam, yang jumlahnya 5.374 hadis.

Daftar Pustaka
Al-Quran Karim.
Pendidikan Agama Islam SMP 2.
Wahyudi, 2003, sestematika akidah akhlak, toha putra : sematrang.
Bakar Abu, 2000.Ensiklopedia Muslim,Jakarta Timur:Darul falah.
Khzin Muhammad. 1994. sestematika Ajaran Islam,Malang:Al-Ilmu.
Muhammad, 2003. Akhlak Muslim,Bandung:Media Utama.
Ahmad Saikuni. 1998. Aqidah Aqhlaq MTs kelas 3,Semarang:Toha Putra.
Mutiatul yulaikah. 1999.Akhlak Seorang hamba Allah ,Yogyakarta:Pustaka kendi.
Shihab Quraish. 1996. Membumikan Al-Quran Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat, Bandung :Penerbit Mizan.

Nabiel Fuad Al-Musawa. Islam dan Lingkungan Hidup, Kota Santri.com, Publikasi 13-05-2005 @ 18:06 .

Fazlun M. Khalid, pendiri Islamic Foundation for Ecology and Environmental Sciences (IFEES) di Birmingham, Inggris. Islam dan Lingkungan Hidup, Green Press Network, 20 November 2007.
Yusmin Alim, Lingkungan dan Kadar Iman Kita, Hidayatullah.com, 27 Juni 2006
Al-Quran dan Hadist Terbukti Ampuh Menjaga Kelestarian Lingkungan Hidup, Eramuslim, 1 November 2007 .

Yusuf Al Qaradlawi, Dr. 1997.. Fiqih Peradaban : Sunnah Sebagai Paradigma Ilmu Pengetahuan. Surabaya. Dunia Ilmu.

Abdul Majid bin Aziz Al-Qur’an Zindani (et. Al-Qur’an.). 1997.Mujizat Al-Qur’an dan As-Sunnah Tentang IPTEK. Jakarta. Gema Insani Press.

Depdikbud. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta. Balai Pustaka. .
Otto Soemarwoto,1997.Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Jakarta. Djambatan.
Bruce Mitchell, dkk. 2000. Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan. Yogyakarta. Gadjah Mada University Press.
Moh. Soerjani, dkk. 1987. Lingkungan : Sumberdaya Alam dan Kependudukan dalam Pembangunan. Jakarta. UI-Press.

Eko Budihardjo, Prof. Ir. MSc. 1997. Lingkungan Binaan dan Tata Ruang Kota. Yogyakarta. Andi Offset.

Kompas, 18 Januari 2001. Hal. 8, 18.



*Oleh: Arif Sugianto Tugas UAS materi PAI MTS KELAS IX
Share this article :
 
Support : Creating Website | giea sugianto | Mas giea
Copyright © 2011. AKSETISME.com - All Rights Reserved
Template Created by gea creative Published by Mas giea
Proudly powered by 503