Home » , » AL-HALAJ

AL-HALAJ


KONSEP TASAWUF
Al-halaj termasuk beberapa tokoh para sufi falsafi, dia sering menggunakan ungkapan-ungkapan yang samar-samar, yang dikenal dengan syathahat, yaitu suatu ungkapan yang sulit dipahami, yang seringkali mengakibatkan kesalahpahaman pihak luar dan menimbulkan tragedi
Ajaran tasawuf al-hallaj yang paling terkenal adalah al-hulul yaitu suatu paham yang mengatakan bahwa tuhan memilih tubuh-tubuh manusia tertentu dan mengambil tempat (hulul) di dalamnya, setelah sifat-sifat kemanusiaan yang ada di dalam tubuh itu dilenyapkan. Menurut al-Hallaj dalam diri manusia terdapat dua unsure, yakni unsure Nasut (kemanusiaan), dan unsure Lahut (ketuhanan), karena itu persatuan tuhan dan manusia bisa terjadi dan dengan persatuan itu mengambil bentuk hulul. Dalam gubahan sya’irnya al-Hallaj menyatakan:
“Jiwa-Mu disatukan dengan jiwaku sebagaimana anggur disatukan dengan air putih.
Dan jika ada sesuatu yang menyentuh-Mu,ia menyentuh aku pula, dan ketika itu dalam tiap hal Engkau adalah Aku.
Aku adalah Dia yang kucintai dan Dia yang kucintai adalah aku. Kami adalah dua jiwa yang bertempat dalam satu tubuh.
Jika engkau lihat aku, engkau lihat Dia. Dan jika engkau lihat Dia, engkau lihat kami”.
Al-Hallaj juga mengungkapkan syathahiyat sebagaimana diungkapkan oleh al-Busthami, seperti “Aku adalah yang Haq”. Ungkapan tersebut dianggap menyimpang dari tauhid dan dituduh berkomlot dengan syi’ah Qaramithah, maka dia dijebloskan kedalam putusan pengadilan fuqaha’ yang sepihak dan berkolusi dengan pemerintahan al-Muqtadir Billah. Sehingga Dia dijatuhi hukuman mati. Dengan analisis seperti ini sesuatu yang wajar dan konsekuensi logis. Namun apabila didekati dengan fiqh dan ilmu kalam, adalah jelas hal tersebut dianggap sesuatu yang menyimpang, karena antara Khalik dan Makhluk, antara ‘abid dan Ma’bud tidak bisa disatukan. Syukur ,Amin(Intelektualisme Tasawuf,2002).

Ajaran tasawuf: Hulul dan Wahdat Asy-Syuhud
Diantara ajaran tasawuf Al-Hallaj yang paling terkenal adalah al-hulul dan wahdat asy-syuhud yang kemudian melahirkan paham wihdat al-wujud (kesatuan wujud) yang dikembangkan Ibn’Arabi. Al-Hallaj memang pernah mengaku bersatu dengan tuhan (hulul). Kata al-hulul, berdasarkan pengertian bahasa, berarti menempati suatu tempat. Adapun menurut istilah ilmu tasawuf, al-hulul berarti paham yang mengatakan bahwa tuhan memilih tubuh-tubuh manusia tertentu untuk mengambil tempat di dalamnya setelah sifat-sifat kemanusiaan yang ada dalam tubuh itu dilenyapkan.
Al-Hallaj berpendapat bahwa dalam diri manusia sebenarnya ada sifat-sifat ketuhanan. Ia menakwilkan:

Artinya: “Dan (ingatlah) ketika kami berfirman kepada para malaikat,’Sujudlah kamu kepada Adam,’maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir.” [Q.S.Al-Baqarah: 34]
Pada ayat di atas, Allah memberi perintah kepada malaikat untuk sujud kepada Adam. Karena yang berhak diberi sujud hanya Allah SWT, Al-Hallaj memahami bahwa dalam diri Adam sebenarnya ada unsur ketuhanan. Ia berpendapat demikian karena sebelum menjadikan makhluk, Tuhan melihat Dzat-Nya sendiri dan Ia pun cinta kepada Dzat-Nya sendiri, cinta yang tak dapat disifatkan, dan cinta inilah yang menjadi sebab wujud dan sebab dari yang banyak. Ia mengeluarkan sesuatu dari tiada dalam bentuk copi diri-Nya yang mempunyai segala sifat dan nama. Bentuk copi ini adalah Adam. Pada diri Adam-lah, Allah muncul. Teori diatas Nampak pada sya’irnya:

Artinya: “Mahasuci Dzat yang sifat kemanusiaan-Nya membuka rahasia ketuhanan-Nya yang gemilang. Kemudian kelihatan bagi makhluk-Nya dengan nyata. Dalam bentuk manusia yang makan dan minum.”
Melalui sya’ir diatas, Al-Hallaj memperlihatkan bahwa tuhan mempunyai dua sifat dasar, sifat ketuhanan-Nya sendiri (lahut) dan sifat kemanusiaan (nasut). Jika nasut Allah mengandung tabiat seperti manusia yang terdiri dari roh dan jasad, lahut tidak dapat bersatu dengan manusia, kecuali dengan cara menempati tubuh setelah sifat-sifat kemanusiaannya hilang, seperti yang terjadi pada diri Isa. Menurut Al-Hallaj, pada hulul terkandung kefanaan total kehendak manusia dalam kehendak ilahi, sehingga setiap kehendaknya adalah kehendak Tuhan, demikian juga tindakannya. Namun, di lain waktu, Al-Hallaj mengatakan:
”Barang siapa mengira bahwa ketuhanan berpadu jadi satu dengan kemanusiaan ataupun kemanusiaan berpadu dengan ketuhanan, maka kafirlah ia. Sebab, Allah mandiri dalam Dzat maupun sifat-Nya dari dzat dan sifat makhluk. Ia tidak sekali-kali menyerupai makhluk-Nya dan merekapun tidak sekali-kali menyerupai-Nya.”
Dengan demikian,Al-Hallaj sebenarnya tidak mengakui dirinya Tuhan dan juga tidak sama dengan tuhan, seperti terlihat dalam sya’ir:
“Aku adalah rahasia yang maha benar dan bukanlah yang maha besar itu aku, aku hanya satu dari yang benar maka bedakanlah antara kami.”
Dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa hulul yang terjadi pada Al-Hallaj tidaklah real karena memberi pengertian secara jelas adanya perbedaan antara hamba dan Tuhan. Dengan demikian, hulul yang terjadi sekadar kesadaran psikis yang berlangsung pada kondisi fana, atau menurut ungkapnya sekadar terlebarnya nasut dalam lahut , atau dapat dikatakan antara keduanya tetap ada perbedaan, seperti dalam sya’irnya, air tidak dapat menjadi anggur meskipun keduanya telah bercampur aduk. Solihin, (Ilmu Tasawuf,2008).
Untuk mencapai al-Hulul dia melewati beberapa makomat sesuai dengan sufi-sufi yang lain: al-Hallaj. al-hulul dan wahdat asy-syuhud (kesatuan wujud) yang artinya Tuhan memilih tubuh-tubuh manusia tertentu untuk mengambil tempat di dalamnya setelah sifat-sifat kemanusiaan yang ada dalam tubuh itu dilenyapkan
Share this article :
 
Support : Creating Website | giea sugianto | Mas giea
Copyright © 2011. AKSETISME.com - All Rights Reserved
Template Created by gea creative Published by Mas giea
Proudly powered by 503