Home » » Telaah Konsep Pemikiran Ibnu Khaldun Tentang Pendidikan

Telaah Konsep Pemikiran Ibnu Khaldun Tentang Pendidikan

Pandangan Khaldun tentang penduidikan Islam berpijak pada konsep dan pendekatan filosofis empiris. Melelui pendekatan ini, memberikan arah terhadap visi tujuan pendidikan Islam secara ideal atau praktis. Meski ia tidak mengkhususkan sebuah bab atau pembahasan mengenai tujuan pendidikan, namun dari uraiannya dapat memeberikan kesimpulan terhadap arah dan tujuan pendidikan yang diinginkannya. Menurutnya paling tidak ada 3 (tiga) tingkatanan tujuan pyang hendak dicapain dalam proses pendidikan, yaitu :
1. Pengembangan kemahiran (al-malakah atau sekill) dalam bidang tertentu. Orang awam bisa memililki pemahaman yang sama tentang suatu persoalan dengan seorang ilmuwan. Akan tetapi, potensi al-malakah tidak bisa dimiliki oleh setiap orang, kecuali setelah ia benar-baner memahami dan mendalami satu disiplin tertentu. Dalam hal ini, para pakar (ilmuwan khususnya) yang memiliki al-malakah secara sempurna. Sementara untuk sampai pada tahap ini, diperlukan pendidikan yang sistematis dan mendalam.
2. Penguasaan ketrampilan professional sesuai dengan tuntutan zaman ( link and match). Dalam hal ini, pendidikan hendaknya ditunjukkan untuk memperoleh ketrampilan yang tinggi dari profesi tertentu. Pendekatan ini akan menunjang kemajuan dan kontinuitas sebuah kebudayaan, serta peradaban umat manusia dimuka bumi. Pendidikan yang meletakkan ketrampilan sebagai salah satu tujuannya yang hendak dicapai, dapat diartikan sebagai upaya mepertahankan dan memajukan peradaban secara keseluruhan.
3. Pembinaan pemikiran yang baik. Kemampuan berfikir merupakan garis pembeda antara manusia dengan binatang. Oleh karena itu pendidikan hendaknya diformat dan dilaksanakan denmgan terlebih dahulu memperhatikan pertumbuhan dan perkembangan potensi-potensi psikologis peserta didik melalui pengembangan akal, akan dapat membimbing peserta didik untuk menciptakan hubungan kerjasama sosial dengan kehidupannya guna mewujudkan kesejahteraan hidupnya didunia dan diakhirat. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka keberadaan pendidikan merupakan bagian integral dari konstruksi sebuah peradaban. proses ini merupakan upaya mulia karena berhubungan dengan penyebaran ilmu pengetahuan. Upaya tersebut merupakan salah satu tugas manusia sebagai kalifah fi al-ardh.
Seorang pendidik hendaknya memiliki pengetahuan yang memadai tentang perkembangan psikologi peserta didik, pengetahuan ini akan sangat membantu umtuk mengenal setiap individu peserta didik dalam mempermudah dalam melaksanakan proses belajar mengajar. Para pendidik hendaknya mengetahui kemampuanan daya serap peserta didik.
Kemampuan ini akan bermanfaat bagi penetapan materi pendidikan yang sesuai dengan tingkat kemampuan peserta didik. Bila pendidik memaksakan materi di luar kemampuan peserta didiknya, maka akan menyebabkan kelesuan mental dan bahkan kebencian terhadap ilmu pengetahuan yang diajarkan. Bila ini terjadi, maka akan menghambat proses pencapaian tujuan pendidikan. Oleh karena itu, diperlukan keseimbangan antara materi pelajaran yang sulit dan mudah dalam cakupan materi pendidikan
Dalam melaksanakan tugasnya, seorang pendidik hendaknya mampu menggunakan metode mengajar yang efektif dan efisien. Dalam hal ini Ibnu khaldun mengemukakan 6 (enam) prinsip utama yang perlu diperhatikan pendidik, yaitu :
1. Prinsip pembiasaan.
2. Prinsip tadrij (berangsur-angsur)
3. Prinsip pengenalan umum (generalistik)
4. Prinsip kontinuitas
5. Memperhatikan bakat dan kemampuan peserta didik
6. Menghindari kekerasan dalam mengajar.
Sementara pemikiran Khaldun tentang kurikulum pendidikan dapat dilihat dari konsep epistimologinya. Menurutnya, ilmu pengetahuan dalam kebudayaan umat Islam dapat dibagi kepada dua bagian, yaitu; ilmu pengetahuan syari’iyyah dan lmu pengetahuan filosofis. Ilmu pengetahauan asyar’iyyah berkenaan dengan hukum dan ajaran-ajaran Islam. Ilmu ini diantarannya adalah tentang al-quran, hadis , prinsip-prinsip syariah, fiqih, teologi, dan sufisme. Sementara itu ilmu pengetahuan filosofis meliputi; logika, ilmu pengetahuan alam (Fisika), metafisika, dan matematika. Ilmu pengetahuan filosofis juga sering disebut sains ilmiah. Hal ini dibabkan karena dengan potensi akalnya, setiap orang memiliki kemampuan untuk menguasainya dengan baik.
Ilmu pengetahuan syari’iyyah dan filosofis merupakan pengetahuan yang ditekuni manusia (peserta didik) dan saling berinteraksi, baik dalam proses memperoleh atau proses mengajarkannya . Konsep ini kemudian merupakan pilar dalam merekonstruksi kurikulum pendidikan Islam yang ideal. Yaitu kurikulum pendidikan yang mampu mengantarkan peserta didik yang memmiliki kemampuan membentuk dan membangun peradaban umat manusia.

Pustaka
Arifin, M. 1993. Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara.
Nata, Abuddin. 2001. Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Nata, Abuddin. 2007. Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Gaya Media Pratama
___________. 2004. Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
___________.2003. Pemikiran Pendidikan Islam, Bandung: Angkasa.
Ramayulis. 2005. Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia.
Tafsir, Ahmad. 1991. Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, Bandung: Remaja Rosdakarrya.
Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir , 2006Ilmu Pendidikan Islam , Jakarta : Kencana.
Karim Muhammad, 2009. Pendidikan Kritis Transformatif, Yogyakarta : Ar-ruzz media.
Suhartono Suparlan. 2006, Filsafat pendidikan, Yogyakarta : Ar-ruzz media.
Rahman, munawar Budhy. 2006, membaca Nurcholis Madjid,Jakarta:LSAF .

*By Arief Sugianto Mahasiswa Tarbiyah FAI UMM
Share this article :
 
Support : Creating Website | giea sugianto | Mas giea
Copyright © 2011. AKSETISME.com - All Rights Reserved
Template Created by gea creative Published by Mas giea
Proudly powered by 503