Home » , » Islamisasi Ilmu Pengetahuan: Memahami Pemikiran keilmuan dan Kependidikan al-Faruqi

Islamisasi Ilmu Pengetahuan: Memahami Pemikiran keilmuan dan Kependidikan al-Faruqi

A.    Abstraksi
Mari kita meletakkan sekenario hepotesis : jika kekuasaan Islam tidak dilemahkan dan jika ekonomi negara-negara Islam tidak dijajah dan dihancurkan, dan stabilitas politik tidak diganggu dan jika para ilmuwan muslim di beri stabilitas dan kemudahan dakam waktu 500 tahun lagi, apakah mereka akan gagal apa yang telah dicapai Copernicus, Galileo, Capler, dan Newton.  Itulah sekelumit cita-cita dari tokoh Islamisasi Ilmu Pengetahuan. terlepas dari pro dan kontra, dan penulis meyakini banyak yang acuh ketika hari ini masih membicarakan masalah Islamisasi Ilmu pengetahuan. Tak  terkecuali ranah perkuliahan akademik mata pelajaran Kapita Selekta, Jurusan Tarbiyah FAI UMM,  ketika membahas masalah Islamisasi Ilmu Pengetahuan, Dosen menyederhanakan hakikat sebenarnya dari Islamisasi Ilmu Pengetahuan, yang berakibat pada penggaburan makna Islamisasi itu sendiri, serta penulis nilai perkuliahan terkait tema mengarahkan mahasiswanya untuk menolak paksa dari Islamisasi Ilmu pengetahuan. Padahal ketika kita adil mendudukkan permasalahan akan dipahami gagasan visioner tentang langkah Islamisasi Ilmu pengetahuan khususnya bersentuhan dengan pendidikan, hingga penulis mengajukan pertanyaan apakah hari ini gagasan Islamisasi Ilmu pengetahuan masih dapat dan bias direalisasikan ?, apa masih mungkin mengadaptasi paradigma keilmuan Barat modern yang tumuh dan berkembang sisituasi yang berbeda?, dan apa masih mungkin juga mendekonstruksi paradigma keilmuan dan system pendidikan yang tauhid (Tunggal), padahal nilai-nilai social, budaya,  politik serta para decision yang mendominasi system kenegaraan dan wilayak kebijakan public, termasuk kebijakan pendidikan telah terbaratkan (westernized). Tulisan sekelumit ini akan mengurai pertanyaan-pertanyaan tadi meskipun masih sederhana.

Kata Kunci : Islamisasi Ilmu pengtahuan, pendidikan.

B.    Pendahuluan
al-faruqi tokoh  islamisasi ip
Konsep Islamisasi Ilmu  Pengetahuan (Islamization of Knowledge) yang dikemukanan Ismail Raji al-Faruqi  telah menjadi salah satu wancana pemikiran keislaman abad  ke-20. konsep Islamisasi ilmu pengetahuan al-Faruqi telah memberi konstribusi  penting pada perkembangan wancana keilmuan dan kependidikan Islam. Tanpa menafikkan kontribusi dari kontribusi sarjana lain, misal Naquib Alatas. Kontribusi al Faruqi adalah wancana Islamisasi Ilmu Pengetahuan yang paling sistematis dan lengkap. Kontribusi al Faruqi dan pendukungnya dapat dilihat dalam serial publikasi International Institut of Islamic Thought (IIIT), antara lain : Islamization of Knowledge: General principils and Work Plan (1989), Islam: Source and Purpose of knowledge(1988), dan The Islamic Theory of International Reletion : new Direction Of Islamic Methodologi and Thought (1987).
Peran penting al Faruqi dalam perkembangan konsep Islamisasi Ilmu Pengetahuan  didukung oleh beberapa keuntungan stretegis yang beliau miliki diantarannya : Pertama, pada awal perlembangan konsep tersebut tahun 70-an ia adalah salah seorang pendiri dan direktur IIIT, dengan kedudukannya tersebut dapat mengoptimalkan fungsi IIIT sebagai pusat kajian dan publikasi dalam mematangkan, mengevaluasi dan mempublikasikan konsep Islamisasi ilmu pengetahuan. Kedua, al Faruqi membidangi konsepnya di Amerika Serikat dimana aktifitas keilmuannya sangat bebas, dinamis, dan terbuka. Atmosfir ini membuat ide-ide al Faruqi cepat mendapat respon darai ilmuwan lain. Ketiga, kebanyakan pendukung gagasan Islamisasi Ilmu Pengetahuan adalah para ilmuwan dan tokoh-tokoh berpengaruh. Keempat, al Faruqi adalah sarjana muslim paripurna.
Ketika memahami konsep Islamisasi Ilmu Pengtahuan  alangkah baiknya  kembali kepada koseptornya, yaitu menelusuri latar belakang, argmentasi, metodologi, serta kontes yang berkaitan dengan tokohnya.  Konsep Islamisasi Ilmu Pengetahua ala al Faruqi dipilih penulis karena ide-ide Islamisasi lebih lengkap dan sistematis.

C.    Islamisasi Ilmu Pengetahuan dalam Sejarah
Walaupun sudah muncul pada tahun 70-an konsep Islamisasi Ilmu Pengetahuan versi al Faruqi  pertama kali di sosialisasikan secara internasional dalam seminar Om Islamization Of Knowledg di Islamabad, Pakistan 4-9 Januari /82. seminar ini terlaksana atas kerja sama National Hijra Centenery celebration Commiteee Pakistan, The Instute of Education, Islamic University, Islamabad Pakistan, dan IIIT. Seminar itu dihadiri oleh sarjana terkemuka dari Negara-negara muslim.
Komposisi seminar tersebut memperlihatkan bahwa pada masa awal perkembangannya konsep Islamisasi Ilmu Pengetahuan mendapat dukungan dari beberapa negara Muslim terutama Saudi Arabia, Pakistan , dan Malaysia. Beberapa sarjana terkemuka tersebut tidak hanya mendukung akan tetapi terlibat langsung dalam proses diseminasi konsep Islamisasi Ilmu Pengetahuan.
Mereka berperan dalam proses pendidrian Universitas Islam Internasional (International Islamic University ) di Jedah, Kuala Lumpur, dan Karachi. Proyek pendidikan tinggi Keislaman pertama yang direkomendasi Organisasi Konferensi Islam (OKI). Di Kuala Lumpur, tahun1983 didirikan International Islamic University Malaysia (IIUM), demikian halnya di Jeddah dan Karachi. Pendirian universitas –universitas tersebut sangat kental dengan semangat Islamisasi Ilmu Pengetahuan  baik dalam filsafatnya, Visi dan Misi, serta tujuannya.
Di  Indonesia, dukungan kuat terhadap konsep Islamisasi Ilmu Pengetahuan al-Faruqi dimulai pada tahun 1990-an dimulai dengan  didirikannya Institut For Science and Teknology Studies (ISTECS), yang bertujuan untuk menyemarakkan Islamisasi sains di Indonesia oleh sekelompok ilmuwan muda di Badan Penelitian dan Pengembangan Teknologi (BPPT). Dan puncaknya ditandatanganinya piagam berdirinya International Islam Forum for Science, Teknology And Human Rescource Development (IIFTIHAR) di depan ka’bah oleh Prof. Dr. B.J Habibie (saat Itu Menristek dan ketua ICMI) dan Habibi menjabat sebagai ketuannya.

D.    Latar Belakang Munculnya Ide Islamisasi: Malaise Of  the Ummah
Menurut al-Faruqi, umat Islam saat ini berada dalam keadaan yang lemah. Kemerosotan muslim dewasa ini telah menjadikan Islam berada pada zaman kemunduran. Kondisi yang demikian telah ikut andil penyebab terjadinya kebodohan. Di kalangan kaum muslimin berkembang buta huruf, kebodohan, dan tahayul. Akibatnya, umat Islam lari kepada keyakinan yang buta, bersandar kepada literalisme dan legalisme, atau menyerahkan diri kepada syaikh (pemimpin) mereka. Dan meninggalkan dinamika ijtihad sebagai suatu sumber kreativitas yang seyogyanya dipertahankan.
Zaman kemunduran umat Islam dalam berbagai bidang kehidupan, telah menempatkan umat Islam berada di anak tangga bangsa-bangsa terbawah. Dalam kondisi seperti ini masyarakat muslim melihat kemajuan Barat sebagai sesuatu yang mengagumkan. Hal ini menyebabkan sebagian kaum muslimin tergoda oleh kemajuan Barat dan berupaya melakukan reformasi dengan jalan westernisasi. Ternyata jalan yang ditempuh melalui jalan westernisasi telah menghancurkan umat Islam dari ajaran al-Qur’an dan hadis. Sebab berbagai pandangan dari barat, diterima umat Islam tanpa filter.
Persoalan westernisasi akhirnya telah merembes ke persoalan bidang akademik. Banyak pemuda-pemuda muslim yang berpendidikan Barat bahkan telah memperkuat westernisasi dan sekulerisasi di lingkungan perguruan tinggi. Meskipun kaum muslimin sudah memakai system pendidikan sekuler Barat. Baik kaum muslimin di lingkungan universitas maupun cendekiawan, tidak mampu menghasilkan sesuatu yang sebanding dengan kreativitas dan kehebatan Barat. Hal ini disebabkan karena dunia Islam tidak memiliki ruh wawasan vertikal yaitu wawasan Islam. Gejala tersebut dirasakan al-Faruqi sebagai the lack of vision. Kehilangan yang jelas tentang sesuatu yang harus diperjuangkan sampai berhasil.
Walaupun dalam aspek-aspek tertentu kemajuan Barat ikut memberi andil positif bagi umat, namun al-Faruqi melihat bahwa kemajuan yang dicapai umat Islam bukan sebagai kemajuan yang dikehendaki oleh ajaran agamanya. Kemajuan yang mereka capai, hanya merupakan kemajuan yang semu. Di satu pihak umat Islam telah berkenalan dengan peradaban Barat modern, tetapi di pihak lain mereka kehilangan pijakan yang kokoh, yaitu pedoman hidup yang bersumber moral agama. Dari fenomena ini, al-Faruqi melihat kenyataan bahwa umat Islam seakan berada di persimpangan jalan. Sulit untuk menentukan pilihan arah yang tepat. Karenanya, umat Islam akhirnya terkesan mengambil sikap mendua, antara tradisi keislaman dan nilai-nilai peradaban barat modern. Pandangan dualisme yang demikian ini menjadi penyebab dari kemunduran yang dialami umat Islam. Bahkan sudah mencapai tingkat serius dan mengkhawatirkan yang disebutnya sebagai “malaisme”.
The Word ummah  of islam Stands presently at the lowers rung of the leder of nation. In this century, no other nation has been subject to comparateble defeat or humiliation. Muslim were defeacted, massacred,  robbed of their land and walth, of their life and hope. They were colonianed and exploited, cheated and fooled, preselitezed and forcefull or briberfully converted to other faiths. And they were secularized, westernized and di-islamized by internal ang external agents of their enemies

Menurut al-Faruqi sebagai efek dari “malaisme” yang di hadapi umat Islam sebagai bangsa-bangsa di anak tangga terbawah, kondisi umat yang tercabik-cabik, umat Islam kurang terdidik, tidak produktif.
Selain permasalahan diatas tersebut, Kurangnya pendidikan, tambahnya, membuat umat Islam tidak kreatif, tidak kritis dan cenderung bersikap taklid buta pada peradaban barat:
The cuntries of Muslim decay have caused illeteraty, ignorance and superstition to sperd among muslims. These eviles have caused the avarege muslim to rocoil in the bliss of blind faith, to lean towerd literalism and legalism ot to surrender his spirit to his “Shaka” all this bred into him no small measure of vunleberity. When the modern world impinged us self upon him, his military, political and economic weknes caused him to panic. He therefore souget half measure of reform which, be thought, weould speedility recapture for him his lost ground.

Namun demikian yang paling parah yang menjadi akar utama keterbelakangan umat Islam terdapat pada system pendidikan mereka, lanjut al Faruqi. System pendidikan dinegara-negara Muslim tercerabut dari warisan dan tradisi Islam serta hanya merupakan karikatur dari system pendidikan barat.

Dalam pemikiran al-Faruqi sekolah-sekolah umum warisan pemerinatah colonial semakin dominant, sekuler serta terjauh dari nilai-nilai Islam. Al Faruqi menambahkan kondisi pendidikan yang buruk lebih disebabkan kurangnya dukungan dana dan kebijakan-kebijakan pemegang otoritas pendidikan yang sekuler, serta memperta mentangkan kurikulum ilmu-ilmu modern dan ilmu agama.
Islamic education, for the most part, remains a private affair devoid of success to public fund, where public funs are made avelible, demande, of secularism are imposed in the name of modernisme progress, this usukky contis of bifurcating the curriculum into contrasting –way, opposing section, one Islamic and one modern

Tidak hanya itu, tandas al-faruqi pengelolaan pendidikan di dunia Islam tidak didukung visi yang jelas dan komitmen pada standar mutu, hingga gagal melahirkan sarjana kreatif.
Hingga disinilah jelas bahwa yang menyemangati munculnya gagasan Islamisasi Ilmu pengetahuan pada diri al faruqi adalah kondisi kehidupan umat Islam yang dinilai sangat terbelakang dalam berbagai aspek. Cara terbaik keluar dari kterbelakangan trsebut adalah dengan merombak pola sikap, pola hidup, dan pola piker umat melalui paradigma keilmuan dan pendidikan yang sesuai dengan nilai-nilai Islam.

E.    Landasan Islamisasi.
Al-Faruqi mengemukakan ide Islamisasi Ilmunya berlandaskan pada esensi tauhid yang memiliki makna bahwa ilmu pengetahuan harus mempunyai kebenarannya. Al-Faruqi juga menggariskan beberapa prinsip dalam pandangan Islam sebagai kerangka pemikiran metodologi dan cara hidup Islam. Prinsip-prinsip tersebut ialah:
a.    Keesaan Allah. Keesaan Allah merupaka prinsip yang pertama dalam Islam dan merupakan pokok ajaran Islam. Ia merupakan landasan dalam segala tingkah laku manusia.
b.    Kesatuan Alam Semesta.Alam semesta ini memiliki hukum yang pasti atau lebih dikenal dengan hukum alam. Di mana semua berjalan sesuai dengan jalur. Material, ruang, sosial, alam kosmos, semua berjalan rapi, hal itu dikarenakan adanya sang pencipta yang maha kuasa yaitu Allah.
c.    Kesatuan Kebenaran dan Kesatuan Pengetahuan.. Menurut al-Faruqi, kebenaran wahyu dan kebenaran akal itu tidak bertentangan tetapi saling berhubungan dan keduanya saling melengkapi. Karena bagaimanapun, kepercayaan terhadap agama yang di topang oleh wahyu merupakan pemberian dari Allah dan akal juga merupakan pemberian dari Allah yang diciptakan untuk mencari
kebenaran. Syarat-syarat kesatuan kebenaran menurut al-Faruqi yaitu:
a)    Kesatuan kebenaran tidak boleh bertentangan dengan realitas, sebab wahyu merupakan firman dari Allah yang pasti cocok dengan realitas.
b)    Kesatuan kebenaran yang dirumuskan, antara wahyu dan kebenaran tidak boleh ada pertentangan, prinsip ini bersifat mutlak.
c)    Kesatuan kebenaran sifatnya tidak terbatas dan tidak ada akhir. Karena pola dari Allah tidak terhingga.oleh karena itu di perlukan sifat yang terbuka terhadap segala sesuatu yang baru.
d)    Kesatuan Hidup. Untuk memenuhi perintah Allah, dalam Islam terdapat syari’ah yang memperkenalkan hukum hukum berupa wajib, sunnah, mubah, makruh, haram. Apabila seseorang mematuhi ini pasti akan terwujud keamanan alam semesta ini.
e)    Kesatuan Umat Manusia. Islam menganjurkan kebebasan dalam hubungannya dengan kemanusiaan tanpa batas-batas yang senantiasa menghampiri mereka. Dalam konteks ilmu pengetahuan Nampak bahwa keinginan al-Faruqi, ilmuwan beserta penemuannya, hendaknya memberi kesejahteraan kepada umat manusia tanpa memandang etnis.Ketaqwaan yang dipergunakan oleh Islam yang membebaskan dari belenggu himpitan dunia hendaknya menjadi landasan bagi para ilmuan.

E.    Pengertian Islamisasi.
Dalam karyanya yang sangat masyhur, al-Faruqi menjelaskan bahwa pengertian dari Islamisasi Ilmu yaitu sebagai usaha untuk mengacukan kembali ilmu yaitu, untuk mendefinisikan kembali, menyusun ulang data, memikir kembali argumen dan rasionalisasi berhubung data itu, menilai kembali kesimpulan dan tafsiran, membentuk kembali tujuan dan melakukannya secara yang membolehkan disiplin itu memperkaya visi dan perjuangan Islam.
Islamisasi itu pengetahuan itu sendiri berarti melakukan aktifitas keilmuan seperti mengungkap, menghubungkan, dan menyebarluaskannya manurut sudut pandang ilmu terhadap alam kehidupan manusia. Menurut aI-Faruqi sendiri Islamisasi ilmu pengetahuan berarti mengislamkan ilmu pengetahuan moderen dengan cara menyusun dan membangun ulang sains sastra, dan sains-sains pasti alam dengan memberikan dasar dan tujuan-tujuan yang konsisten dengan Islam.
Setiap disiplin harus dituangkan kembali sehingga mewujudkan prinsip-prinsip Islam dalam metodologinya, dalam strateginya, dalam apa yang dikatakan sebagai data-datanya, dan problem-problemnya. Seluruh disiplin harus dituangkan kembali sehingga mengungkapkan relevensi Islam sepanjang ketiga sumbu Tauhid yaitu, kesatuan pengetahuan, hidup dan kesatuan sejarah. Hingga sejauh ini kategori-kategori metodologi Islam yaitu ketunggalan umat manusia, ketunggalan umat manusia dan penciptaan alam semesta kepada manusia.

F.     Langkah-langkah Islamisasi.
Al-Faruqi menawarkan suatu rancangan kerja sistematis yang menyeluruh untuk program Islamisasi ilmu pengrtahuannya yang merupakan hasil dari usahanya selama bertahun-tahun melaksanakan perdebatan-perdebatan dan diskusi-diskusi melalui sejumlah seminar Internasional yang diselenggarakan.Rencana kerja al-Faruqi untuk program Islamisasi mempunyai lima sasaran yaitu:
a.    Menguasai disiplin-disiplin modern.
b.    Menguasai khazanah Islam.
c.    Menentukan relevansi Islam yang spesifik pada setiap bidang ilmu pengetahuan modern.
d.    Mencari cara-cara untuk melakukan sintesa kreatif antara khazanah Islam dengan ilmu pengetahuan modern.
e.    Mengarahkan pemikiran Islam ke lintasan-lintasan yang mengarah pada pemenuhan pola rancangan Allah.
Menurut al-Faruqi, sasaran di atas bisa dicapai melalui 12 langkah sistematis yang pada akhirnya mengarah pada Islamisasi ilmu pengetahuan, yaitu:
a.    Penguasaan terhadap disiplin-disiplin modern.
 Al-Faruqi mengatakan bahwa, disiplin-disiplin modern harus dipecah-pecah menjadi kategori-kategori, prinsip-prinsip, metodologimetodologi, problem-problem, dan tema-tema, yang mencerminkan daftar isi suatu buku teks klasik.
b.    Peninjauan disiplin.
 Jika kategori-kategori dari disiplin ilmu telah dipilah-pilah, suatu survei menyeluruh harus ditulis untuk setiap disiplin ilmu. Langkah ini diperlukan agar sarjana-sarjana muslim mampu menguasai setiap disiplin ilmu modern.
c.    Penguasaan ilmu warisan Islam: antologi.
Ilmu warisan Islam harus dikuasai dengan cara yang sama. Tetapi disini, apa yang diperlukan adalah antologi-antologi mengenai warisan pemikir muslim yang berkaitan dengan disiplin ilmu.
d.    Penguasaan ilmu warisan Islam: analisis.
Jika antologi-antologi sudah disiapkan, ilmu warisan Islam harus dianalisa dari prespektif masalah-masalah masa kini.
e.    Penentuan relevansi Islam yang spesifik untuk setiap disiplin ilmu.
Relevansi ini, kata al-Faruqi, dapat ditetapkan dengan mengajukan tiga persoalan yaitu:
1)    Apa yang telah disumbangkan oleh Islam, mulai dari al-Qur’an hingga pemikiran-pemikiran kaum modernis, dalam keseluruhan masalah yang telah dicakup oleh disiplin-disiplin modern.
2)    Seberapa besar sumbangan itu jika dibandingkan dengan hasil-hasil yang telah diperoleh oleh disiplin-disiplin tersebut.
3)    Apabila ada bidang-bidang masalah yang sedikit diperhatikan atau bahkan sama sekali tidak diabaikan oleh ilmu warisan Islam, kearah mana kaum muslim harus mengusahakan untuk mengisi kekurangan itu, juga memformulasikan masalah-masalah, dan memperluas visi disiplin tersebut.
f.    Penilaian kritis terhadap disiplin moderen. Jika relevensi Islam telah disusun, maka ia harus dinilai dan dianalisa dari titik pijak Islam.
g.    Penilaian krisis terhadap khazanah Islam. Sumbangan khazanah Islam untuk setiap bidang kegiatan manusia harus dianalisa dan relevansi kontemporernya harus dirumuskan.
h.    Survei mengenai problem-problem terbesar umat Islam. Suatu studi sistematis harus dibuat tentang masalah-masalah polotik, social ekonomi, inteltektual, kultural, moral dan spritual dari kaum muslim.
i.    Survei mengenai problem-problem umat manusia. Suatu studi yang sama, kali ini difokuskan pada seluruh umat manusia, harus dilaksanakan.
j.    Analisa dan sintesis kreatif. Pada tahap ini sarjana muslim harus sudah siap melakukan sintesa antara khazanah-khazanah Islam dan disiplin moderen, serta untuk menjembatani jurang kemandegan berabad-abad. Dari sini khazanah pemikir Islam harus disenambung dengan prestasi-prestasi moderen, dan harus menggerakkan tapal batas ilmu pengetahuan ke horison yang lebih luas dari pada yang sudah dicapai disiplin-disiplin moderen.
k.      Merumuskan kembali disiplin-disiplin ilmu dalam kerangka kerja (framework) Islam. Setelah keseimbangan antara ilmu warisan Islam dengan disiplin-disiplin moderen telah diacapai, buku-buku teks universitas harus ditulis untuk menuangkan kembali disiplin-disiplin moderen dalam cetakan Islam.
l.    Penyebarluasan ilmu pengetahuan yang sudah diislamkan. Selain langkah tersebut diatas, alat-alat bantu lain untuk mempercepat islamisasi pengetahuan adalah dengan mengadakan konferensi-konferensi dan seminar untuk melibat berbagai ahli di bidang-bidang illmu yang sesuai dalam merancang pemecahan masalah64 masalah yang menguasai pengkotakan antar disiplin. Para ahli yang membuat harus diberi kesempatan bertemu dengan para staf pengajar. Selanjutnya pertemuan pertemuan tersebut harus menjajaki persoalan metode yang diperlukan.
.
G.    Program Islamisasi Ilmu Pengetahuan al Faruqi


H.    Rekonstruksi Sistem Pendidikan
Bagi al-faruqi untuk bangkit menjadi bangsa yang bermartabat dan mampu berlompetisi dengan bangsa-bangsa lain, umat isalam perlu segera mendeskontruksi system pendidikan dualistic warisan pemerintah colonial, lalu mengkonstruksi system pendidikan baru  yang benar-benar berbeda.
Ia menambahkan umat islam mebutuhkan intregritas sistempendidikan tradisional dan system pendidikan barat modern yang disemai oleh nilai-nilai Islam dan menjadi bagian integral program ideology Islam bukan terhadap pendidikan barat dan bukan pula tanpa kendali. System pendidikan yang dimaksud  tidak berseifat pragmatis, tetapi harus mengemban visi dan misi ideal Islam.
Al- faruqi menyarankan agar internalisasi siste pendidikan Islam tradisional dan pendidikan barat sekuler tidak hanya institusional, tetapi juga bersifat substansi, menyentuh semangat dan kandungan yang dikembangkan di dalamnya. System pendidikan integral tersebut memperkenalkan ilmu-ilmu keislaman kedalam kazanah ilmu-ilmu sekuler dan sebaliknya.
Selanjutnya, al-faruqi memberikan beberapa arahan bagi upaya rekonstruksi system pendidikan di Negara-negara muslim, pertama, dasar-darar keislaman, akhlaq, hokum, sejarah, dan budaya Islam harus benar-benar ditingkatkan pada tingkat dasar den menengah.
Kedua, semua unsure yang ada dalam masyarakat Islam harus memahami bahwa memberikan pendidikan keislaman kepada anak-anak muslim adalah tanggung jawab legal mereka. Dan , ketiga pada jenjang pendidikan tinggi perlu diambil dua langkah yaitu mewajibkan studi peradaban Islam dan melakukan Islamisasi Ilmu Pengetahuan.
Ia tampak percaya memiliki sistem pendidikan pendidikan yang sesuai dengan warisan nilai-nilai Islam dan sejarah peradaban Islam adalah prasyarat atau langkah awal yang diperlukan ntuk membangun tatanan kehidupan umat Islam yang beriman, berbudaya, dan dan bermutu.

I.    Kesimpulan
Meskipun tokoh al –Faruqi sudah tidak ada, akan tetapi beliau akan tetap hidup lewap ide-idenya yang tarus dikembangkan oleh para penerusnya. Dan dengan sumbangan ide gagasan Islamisasi Ilmu Pengetahuan meskipun menimbulkan pro dan kontra tetap saja sebagai kajian ilmiah umat Islam untuk mengapresiasi Karen ini merupakan suatu ijtihad menuju kebaikan umat. Wallahu alam

Daftar Pustaka

Armas , Adnin..Westernisasi dan Islamisasi Ilmu, Islamia, THN II NO.6, Juli-
September, 2005
Al-Attas, Syed Muhammad Naquib. 1990 Islam dan Sejarah Kebudayaan Melayu, Bandung: Mizan.

_________, 1981Islam dan Sekularisme, Bandung: Pustaka.
_________, 1996Konsep Pendidikan Dalam Islam, Bandung: Mizan.
Al-Faruqi, Ismail Raji. 1989.Islamization of Knowledge, Virginia: International Institute of
Islamic Thought.
 Muhaimin. 2003.Arah Baru Pengembangan Pendidikan Islam, Pemberdayaan,
Pengembangan kurikulum, hingga Redifinisi Islamisasi Pengetahuan, Bandung : Nuansa.
Mohammad, Herry. 2006.Tokoh-tokoh Islam yang Berpengaruh Abad 20, Jakarta: Gema
Insani.
Na’im, Abdullah Ahmad, 2003. Pemikiran Islam Kontemporer, Yogyakarta:Jendela
Http://www5.jarring.my/ISTAC/staf/htm.
Http//www.biographicon.com/view/b0pdb/Ismail_al_Faruqi/htm.
Http://www.ismailfaruqi.com
http://michailhuda.multiply.com/journal/item/157/islamisasi



* Oleh ARIef Sugianto Mahasiswa jurusan Tarbiyah FAI UMM
Share this article :

+ komentar + 1 komentar

February 28, 2014 at 11:06 PM

Keren sob

www.kiostiket.com

Post a Comment
 
Support : Creating Website | giea sugianto | Mas giea
Copyright © 2011. AKSETISME.com - All Rights Reserved
Template Created by gea creative Published by Mas giea
Proudly powered by 503