Home » » Islam dan Modernisme

Islam dan Modernisme


 
Setatus Islam dalam Dunia modern*

Pertikaian dan ceraberai, terpecah belah dan dijajah berkali-kali. Dalam rentang waktu 1400 tahun para penafsir Islam, orang orang terpelajar, para ulama telah nemafsirkan dan menafsirkan ulang satu-satunya agama Islam yang dibawa Muhammad SAW ini dengan sedemikian berbeda sehingga sekarang kita mempunyai ribuan agama yang sering kali berseberangan dan membuat kita saling bertempur dan membunuh.
                Dari suatu umat tunggal , kita telah membiarkan diri kita untuk dijajah menjadi beberapa sekte, tarekat dan madzab. Masing-masing menganggap dirinya sebagai islam yang sejati dibandingkan dengan kesatuan kita sebagai umat Islam. Kita gagal menyadari bahwa musuh dan saingan kita tidak peduli apa muslim sejati atau bukan . bagi mereka kita semua adalah muslim pengikut agama dan nabi yang lebih mengedepankan terorismedan kita adalah musuh bebuyutan mereka. Mereka akan menyerang dan akan membunuh kita, menyerang wilayah kita , meruntuhkan pemerintahan kita baik itu sunni maupun siah, alawait atau druze, apa pun juga
                Dan kita sendiri menolong dan mendukung mereka  dengan semakin saling menyerang dan melemahkan diantara kita, dan terkadang dengan mengikuti kemauan mereka bertindak sebagai wakil untuk menyerang kita. Mereka mencoba menurunkan pemerintah kita melalui kekerasan , berhasail memperdaya dan memiskinkan Negara kita.
                Memamg catatan sejarah nenuliskan dulu islam amat maju dan Berjaya dalam poeradaban bahkan menjadi panutan balam banyak hal, tetapi saat ini kenangan manis itu tinggal cerita lalu yang meninabobokkan umat muslim. Cak nur mengatakan semua itu bermula dari semakin banyaknya ajaran yang dilanggar oleh umat islam sendiri.
                Penyebab lain sebagai mana ditulis David Barsamian, ditengah perjalanan peradaban yang hebat, muncul penafsiran2 islam baru yang menganggap bahwa penimbaan ilmu pengetahuan hanyalah untuk mempelajari tologi Islam. Pembelajaran pengetahuan lainnya menjadi terhambat.
                Secara intelektual, orang-orang muslim kemudian mengalami kemunduran .dengan adany kemunduran intelektual, kehebatan peradaban islam mulai runtuh dan memudar, tanpa kemunculan para pejuang Ottonam, peradapn muslim psti telah musnah dengan jatuhnya Granada. Kesuksesan awal bangsa Ottoman tidak dibarengi  oleh kebangkitan intelektual namun sebaliknya umat muslim terjebak dalam permaianan yang seporadis namun melenakan. Kemunduran ini berlanjut sampai terjadinya revolusi di eropa.
Modernisme Islam adalah modern rasionalitas
                Secara historis, proses modernisasi di dunia Muslim sebenarnya sudah berlangsung lama, tepatnya sejak otoritas Islam sebagai kekuatan politik merosot tajam pada abad ke-18 M. Masuknya modernitas ke dalam dunia Muslim melewati suatu proses yang disebut dengan l’irruption (bahasa Perancis) yang berarti serbuan (militer). L’irruption pertama kali terjadi ketika Napoleon Bonaparte melakukan ekspedisi ke Mesir tahun 1798-1801. Ekspedisi Napoleon selanjutnya tidak hanya bermakna penaklukan militer tetapi juga eksplorasi ilmiah,. Pada periode berikutnya setelah Mesir berhasil ditaklukkan dan kemudian merambah ke wilayah lain, kaum Muslim secara tidak langsung seperti disadarkan akan kelemahan-kelemahannya. Bersamaan dengan ekspedisi Napoleon itu, berturut-turut negara-negara Eropa seperti Belanda, Inggris, Portugis dan Italia juga melakukan kolonisasi dibeberapa negara Muslim. Bahkan, negara-negara Eropa itu tidak hanya melakukan kolonisasi, tetapi juga proses modernisasi, suatu paket besar yang didalamnya terdapat ilmu pengetahuan, teknologi, ekonomi, agama dan budaya. Akibat proses modernisasi sebagai produk kolonialisme yang awalnya lebih bersifat Eropanisasi dan Westernisasi itulah kemudian muncul ketegangan di negara-negara Muslim. Ketegangan itu, sebagaimana dinyatakan Daniel Lerner, akhirnya melahirkan semacam ‘kegagapan’ kaum Muslim dalam mengawinkan Islam sebagai entitas yang sakral, dengan modernitas sebagai entitas yang profan. Sementara, W. Brand menjelaskan fenomena ketegangan itu sebagai ‘salah baca’ kaum Muslim terhadap modernitas.
                Menurut Azumardi, pengertian yang mudah tentang modernisasi ialah pengertian yang (hampir) identik dengan pengertian rasionalisasi, yang bermakna proses perombakan pola berpikir dan tata kerja lama yang tidak akliah (tidak rasional) dan menggantinya dengan pola berpikir dan tata kerja baru yang akliah (rasional). Kegunaannya ialah untuk memperoleh daya guna dan efisiensi yang maksimal. Bagi seorang Muslim, yang sepenuhnya meyakini kebenaran Islam sebagai way of life, semua nilai dasar way of life itu telah tercantum di dalam al-Qur’an. Lebih lanjut menurut Cak Nur, berdasarkan apa yang ada dalam al-Qur’an maka dalam menetapkan penilaian tentang modernis, kita juga harus berorientasi kepada nilai-nilai besar Islam. Bahkan, lebih jauh Cak Nur berpendapat bahwa modernisasi adalah suatu keharusan dan kewajiban yang mutlak. Modernisasi merupakan pelaksanaan perintah dan ajaran Allah SWT. Dasar pemikiran ini adalah:
a. Allah menciptakan seluruh alam ini dengan haq (benar) bukan bathil (palsu) (QS. 16:3, 38:27).
b. Dia mengaturnya dengan peraturan Illahi yang menguasai dan pasti (QS. 7:54, 25:2)
c. Sebagai buatan Tuhan Maha Pencipta, alam ini adalah baik, menyenangkan (mendatangkan kebahagiaan duniawi) dan harmonis. (QS. 21:7, 67:3).
d. Manusia diperintah oleh Allah untuk mengamati dan menelaah hukum-hukum yang ada dalam ciptaan-Nya. (QS. 10:101).
e. Allah menciptakan seluruh jagad raya untuk kepentingan manusia, kesejahteraan hidup dan kebahagiaannya, sebagai rahmat dari-Nya. Akan tetapi, hanya golongan manusia yang berpikir atau berasional yang akan mengerti dan kemudian memanfaatkan karunia itu (QS. 45:13).
f. Karena adanya perintah untuk mempergunakan akal-pikiran (rasio) itu, maka Allah melarang segala sesuatu yang menghambat perkembangan pemikiran, yakni terutama berupa pewarisan membuta terhadap tradisi-tradisi lama, yang merupakan cara berpikir dan tata kerja generasi sebelumnya (QS. 2:170, 43: 22—25)


*disampaikan dalam diskusi Forsifa FAI UMM
Share this article :
 
Support : Creating Website | giea sugianto | Mas giea
Copyright © 2011. AKSETISME.com - All Rights Reserved
Template Created by gea creative Published by Mas giea
Proudly powered by 503