Home » » Rekonstruksi filsafat pendidikan*

Rekonstruksi filsafat pendidikan*

Abstraksi

Tiada kekayaan yang lebih Utama dari pada Akal , tiada kepapaan yang lebih menyedihkan dari pada kebodohan , dan tiada warisan yang palaing baik dari pada Pendidikan (Ali bin Abi Thalib).

Proses penciptaan Intelektual itu berlangsung lama, sulit, penuh dengan tantangan, melalui proses maju, mundur, bubar dan membentik kembali…(Antonio gramsci)

Epistimologi pendidikan di Inggris adalah hal yang menarik dengan adanya akulturasi Intelektual akibat pengaruh Revolusi prancis dan Revolusi Industri telah mengubah wajah peradaban Eropa menjadi peradaban yang maju. Hal ini tidak lain karena tokoh intelektualnya mengadakan revolusi pemikiran yang semula Dogmatis menjadi rasionalis. Mulai abad kebangkitan di abad ke-16 telah terjadi disposisi filsafat pendidikan yang secara umum berhaluan Empirisme dan Rasionalisme, meskipun kedua ini salaing bertentangan tetapi menjadi filsafat pendidikan di Inggris. Kemudian muncul berbagai aliran akibat pergumulan dua paradigma tersebut yaitu Empirisme, Bahafiorisme (filosofis), empirisme (filosofis), empirisme biologis, pragmatisme, Instrumentalisme, eksperimentalisme, hidonisme piskologis, reinforcement, Relativisme Budaya, Demokrasi social, Subjektivisme Substansial, liberasionisme.

Filsafat pendidikan Islam dengan dasar Qur’an dan As-sunah dengan pendekatan rasional falsafi telah membawa peradaban maju, kemudian Hancur dan bangkit lagi. Dengan tokoh-tokohnya seperti Al-Farabi, Al-Kindi, Ibnu Sina,ibnu khaldun,al-Ghazali, ikhwan As-Sifa. Telah membawa pendidikan Keranah yang lebih nyata.


Kata kunci: Epistimologi, Inggris,Rasionalisme, empirisme, pendidikan Islam


  1. Pendahuluan

Filsafat berasal dari kata arab yang berhubungan erat dengan kata Yunani, bahkan memang asalnya dari kata Yunani yaitu, philosophia. Dalam bahasa Yunani kata philosophia merupakan kata majemuk yang terdiri atas philo dan sophia; philo artinya cinta dalam arti yang luas, yaitu ingin, dan karena itu lalu berusaha mencapai yang diinginkan itu; sophia artinya kebijakan yang artinya pandai, pengertian yang mendalam. Definisinya, filsafat sebagai sejenis pengetahuan yang berusaha mencari sebab sedalam-dalamnya dari segala sesuatu berdasarkan pikiran belaka.

Plato menyatakan bahwa filsafat ialah pengetahuan yang berminat mencapai kebenaran asli, dan bagi Aristoteles filsafat adalah ilmu yang mencari kebenaran pertama, segala yang maujud dan ilmu segala yang ada yang menunjukkan adanya penggerak pertama

Bagi Al-Farabi filsafat adalah pengetahuan tentang alam ujud bagaimana hakikat yang sebenarnya. Al-Kindi berpendapat filsafat merupakan pengetahuan tentang hakekat segala sesuatu, dan ini mengandung teologi (al-rububiyah), ilmu tauhid, etika dan seluruh ilmu pengetahuan yang bermanfaat Ibnu Sina mengaitkan filsafat dan kesempurnaan diri: filsafat adalah penyempurnaan jiwa manusia melalui pengkonsepsian hal ihwal dan penimbangan kebenaran-kebenaran teoritis dan praktis dalam batas-batas kemampuan manusia.

Dari berbagai keterangan di atas bisa dikatakan bahwa "filsafat" adalah studi yang mempelajari seluruh fenomena kehidupan dan pemikiran manusia secara kritis, untuk mencari hakekat kebenaran sesuatu, baik dalam logika, etika maupun metafisik. Untuk itu studi falsafi mutlak diperlukan logika berpikir dan logika bahasa. Hal itu membuat filasafat menjadi sebuah ilmu yang pada sisi-sisi tertentu berciri eksak di samping nuansa khas filsafat, yaitu spekulasi


  1. Perjalanan Nalar Epistimologi Pendidikan di Inggris (Eropa)

Mungkin ada benarnya apa yang telah dikatakan Francis Fukuyama dalam buku kontroversional, The End Of HistorY and The Last man (1992), bahwa sejarah telah berakhir karena demokrasi liberal barat telah mengunggguli komunisme yang ditandai dengan runtuhnya uni soviet. Ini merupakan sejarah panjang pembentukan nalar filsafat moderen di eropa khususnya di Inggris.

Perjalanan panjang menuju nalar moderen yang digagas oleh dedengkot filosof Inggris untuk memajukan pendidikannya dapat ditelusuri seperti dalam artikel “Modernity versus postmodernity”, Jurgan Habermas menjelaskan istilah “moderen” adalah sebuah istilah yang digunakan untuk menyebut era baru (New ege), yang berfungsi untuk membedakan dengan masa lalu(the ancient).1

Artinya mederen itu tidak semata-mata hanya ditandai dengan munculnya renaissance atau enlightenment2 tetapi itu yang memulai, di Negara Eropa Prancis, Inggris, dan Jerman. Bertrand Russel mengungkapkan ada dua hal yang terpenting yang menandai sejarah pendidikan modern di Inggris atau di Eropa, yakni runtuhnya otoritas gereja dan menguatnya otoritas sains (rasional).3

Ada beberapa tesis yang bisa diambil untuk memahami peristiwa kemajuan revolusi ilmiah di Inggris. Pertama, revolusi ilmiah selalu dikaitkan dengan proses sekulerisasi atau tercabutnya kekuasaan agama dalam system social politik yang memungkinkan sain lepas dari kungkungan institusi kungkungan agama. Di Eropa demikian juga diInggris telah tercatat dalam sejarah pada Abad ke 16 dan 17, ketika itu era Renaissance, agama-sebagai institusi yang sangat dominant dan hegemoni di eropa dikala itu-mengalami perubahan radikal dalam posisinya sebagai pemegang otoritas penuh segala bentukkebenaran. Tetapi lepasnya sains dari otoritas agama tidak menjadikan indepindensi.4


Disisi lain , dalam hal perkembangan pengetahuan sekuler dan skeptisme5sudah menjadi landasan tradisional ilmu pengetahuan , wancana ilmu pengetahuan yang menjadi topic utama pada zaman kebangkitan pendidikan Filsafat di Inggris dan secara umum dieropa. Pada abad ke-17 topik utama adalah persoalan epistimologi6.

Pernyataan pokok dalam bidang epistimologi adalah bagaimana manusia memeperoleh pengetahuan yang benar ? serta apa yang dimaksud dengan “kebenaran itu”? untuk menjawab pernyatan-pernyataan itu yang bercorak epistimologi in, maka dalam filsafat zaman awal kemajuan inggris yakni pada abad ke-17muncullah aliran filsafat yang memberikan jawaban berbeda, bahkan saling bertentangan. Alirantersebut adalah aliran empirisme dan Rasionalisme

. Tetapi sebelum membincang tentang dua aliran filsafat pendidikan tersebut perlu penulis kemukakan ulasan teori yang dirangkum dalam jalur penalaran di eropa dalam pandangan William bahwa nalar pendidikan di inggris didasari yang bernama system pengetahuan rasional, empirisme dan positivisme.

William melanjutkan dan menguraikan dari dasar filosofis epistimologis pendidikan di Inggris (Eropa)7, yaitu Empirisme, Bahafiorisme (filosofis), empirisme (filosofis), empirisme biologis, pragmatisme, Instrumentalisme, eksperimentalisme, hidonisme piskologis, reinforcement, Relativisme Budaya, Demokrasi social, Subjektivisme Substansial, liberasionisme, liberalisme pendidikan.

Kemudian Wiliam mengungkapkan juga dalil-dalail pokok liberelisme pendidikan yang terjadi diInggris :

  1. seluruh hasil kegiatan belajar adalah pengetahuan melalui pengamalan personal

  2. seluruh hasil kegiatan belajar bersifat subjektif dan selektif8.

  3. Seluruh hasil kegiatan belajar beraakar pada keterlibatan pengertian indrawi9 .

  4. Seluruh hasil –hasil belajar didaari oleh proses pemecahan masalah secara aktif dalam pola” coba benar-salah” atau (trial and eror)

  5. Cara belajar yang baik diatur oleh perintah-perintah eksperimantal yang bercirikan metode ilmiah

  6. Pengetahuan yang terbaik adalah yang paling selaras dengan (atau mungkin derdasarkan) pembuktian ilmiuah yang dianggap benar sebelumnya

  7. Kegiatan belajar diarahkan dan dikendalikan oleh konsekuensi –konsekuensi emosional dari perilaku

  8. Sifat-sifat hakiki dan isi pengetahuan social mengarahkan dan mengendalikan sifat-sifat haiki dan isi pengalaman personal

  9. Penyelidikan kritis yang mempunyai arti penting hanya bisa berlangsung dalam masyarakat yang demoratis dan memiliki komitmen terhadap ungkapan umum pemikiran dan perasaan individual.

Itulah dalil dalail yang ditawarkan William kala berbicara pendidikan Di Inggris yang telah terkontaminasi oleh racun rasional.

Kembali pada perbincangan tentang filsafat berepistimilogi rasional dan empirisme yang berpengaruh terhadap perkembangan di Eropa tetapi ketika berbicara tentang epistimilogi mana yang dijadikan dasar pendidikan di Inggris. Secara sepintas dua peradigma tadi rasionalisme dan empirisme bangunan berfikirnya berbeda dan saling menjauh. Tetapi, dalam epistimologi pendidikan di Inggris kedua paradigma tersebut secara kontinuitas memberi pengaruh terhadap perjalanan pendidikan di Inggris10. Dalam hal ini Karim(2009) melihat landasan Epistimologi peradaban barat11 sebagai argument dalam menguraikan keterkaitan dua paradigma tersebut.


  1. Rasionalisme12

Ren’t Descrates13 adalah seorang filsof yang disinyalir sebadai pembuka gerbang moderen khususnya diinggris dan umumnya di eropa. Ia adalah seoerang pertama yang memiliki kapasias filosofi tinggi dan sangat dipengaruhi fisika dan astronomi baru14dia sendiri tokoh rasionalisme ren’t deskrates (1595-1650)15 telah dianggap sebagai bapak rasionalisme moderen di inggris (barat)yang sampai saat ini masih dijadikan landasan pembangunan peradaban. Julukan itu tidak begitu berlebihan sebab sejak kelahiran Deskrates, kesadarannya betul-betul digumuli dalam filsafat.

Pemikiran Deskrates yang kemudian terkenal dengan jargon “Co Gito Ergo sum” yang sering didistilahkan dengan “metode kesangsian”yang digunakan untuk menemukan sebuah kepastian16.


  1. Empirisme.17

Empirisme dapat dikatakan sebagai doktrin yang meluas dalam pola pendidikan di Inggris yang mengatakan bahwa seleuruh pengetahuan harus dicarai dalam pengalaman yang berpandangan bahwa semua ide gagasan merupakan abstraksi yang dibentuk dengan menggabungkan apa yang dialami . secara umum empirisme berlawanan dengan Rasionalisme.

Tokoh yang representative dalam gambaran relative aliran empirisme. David Hume (1711-1776)18ditangnnya lah empirisme manjadi radikal dengan metode sekeptismenya.

Dalam pandangan , yang bisa diketahui hanyalah persepsi dan bukanlah objek diluar diri kita, dalam duania pendidikan , system control dan evaluasi jamak digunakan oleh para guru terhadap peserta didik adalah metode induksi yaitu penilaian aktifitas danmemberlakukan secara universal terhadap seluruh siswa dengan hanya melihat kebiasaan mereka secara umum tanpa memeperhatikan secara lebih dan keragaman karakter mereka.

Rasionalisem maupun Empirisme Sebagai Filsafat fundamental yang mengarahkan gerak pendidikan di Inggris.

Bagan Landasan Epistimologi pendidikan Di Inggris1920


Rasionalisme

Empirisme

Tokoh

Pemikiran

Tokoh

Pemikiran

plato

Pengetahuan, Ide, kebenaran akan lahir Innate/a priori

aristoteles

Kebenaran lahir setelah abstraksi bersentuhan langsung dengan objek dari Aposterotori ke Fenomena ke Abstraksi ke Objek

Arcesileus dan diogenes

Akibat masuknya hellenisme maka kedu tokoh ini dengan sekeptisisme dan sinisnya tidak menawarkan tesei apa pun.

Epikurus dan Zeno

Meskipun dipengaruhi paham hellen namun masih menaruh harapan pada ilmu pengetahuan sepanjang dapat memberi penjelasan yang naturalistic atas fenomena uyang dipercaya.

Ren’t Deskrates

Co gito ergo sum” metode kesangsian deskrates

Francis Bacon

Metode inklusi ; menarik kesimpilan dari umum ke khusus dari pengamatan yang khusus

Baruch de Spinoza

Memandang antributif identik dengan alam semesta

Thomas hobes

Kenyataan akhir adalah kenyataan indrawi menurut Hobes tologi bukan lah filsafat karena filsafat berbicara masalah lahiriah sehingga hanya empat saja ilmu yang dianggap sah yaiti geometri, Fisika, Etik, dan Politik

GW Von Libniz

Ada bentuk substansi yang berbentuk monad, monad substansi yang bukan kenyataan jasmani

David Hume

Substansi kumpulan persepsi sematakarena pikiran membuat artifisisal semata



Jhon locke

Dengan bertolak pada pengalaman ide-ide yang terjadi melalui proses pengindraan yang hasilnya disebut ide simplek

Demikian gambaran rancangan Epistimologi yang di jadikan dasar pendidikan di Inggris.


  1. Rekonstruksi Filsafat Pendidikan Islam21


C.1. Hakikat Filsafat pendidikan Islam

Secara harfiah, kata filsafat berasal dari kata Philo yang berarti cinta, dan kata Sophos yang berarti ilmu atau hikmah. Dengan demikian, filsafat berarti cinta cinta terhadap ilmu atau hikmah. Terhadap pengertian seperti ini al-Syaibani mengatakan bahwa filsafat bukanlah hikmah itu sendiri, melainkan cinta terhadap hikmah dan berusaha mendapatkannya, memusatkan perhatian padanya dan menciptakan sikap positif terhadapnya. Selanjutnya ia menambahkan bahwa filsafat dapat pula berarti mencari hakikat sesuatu, berusaha menautkan sebab dan akibat, dan berusaha menafsirkan pengalaman-pengalaman manusia.

Selain itu terdapat pula teori lain yang mengatakan bahwa filsafat berasal dari kata Arab falsafah, yang berasal dari bahasa Yunani, Philosophia: philos berarti cinta, suka (loving), dan sophia yang berarti pengetahuan, hikmah (wisdom). Jadi, Philosophia berarti cinta kepada kebijaksanaan atau cinta kepada kebenaran atau lazimnya disebut Pholosopher yang dalam bahasa Arab disebut failasuf.

Sementara itu, A. Hanafi.22 mengatakan bahwa pengertian filsafat telah mengalami perubahan-perubahan sepanjang masanya. Pitagoras (481-411 SM), yang dikenal sebagai orang yang pertama yang menggunakan perkataan tersebut. Dari beberapa kutipan di atas dapat diketahui bahwa pengertian fisafat dar segi kebahsan atau semantik adalah cinta terhadap pengetahuan atau kebijaksanaan. Dengan demikian filsafat adalah suatu kegiatan atau aktivitas yang menempatkan pengetahuan atau kebikasanaan sebagai sasaran utamanya.

Filsafat juga memilki pengertian dari segi istilah atau kesepakatan yang lazim digunakan oleh para ahli, atau pengertian dari segi praktis. Selanjutnya bagaimanakah pandangan para ahli mengenai pendidikan dalam arti yang lazim digunakan dalam praktek pendidikan.Dalam hubungan ini dijumpai berbagai rumusan yang berbeda-beda.. Marimba23, misalnya mengatakan bahwa pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si - terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama. Berdasarkan rumusannya ini, Marimba menyebutkan ada lima unsur utama dalam pendidikan24, yaitu 1) Usaha (kegiatan) yang bersifat bimbingan, pimpinan atau pertolongan yang dilakukan secara sadar. 2) Ada pendidik, pembimbing atau penolong. 3) Ada yang di didik atau si terdidik. 4) Adanya dasar dan tujuan dalam bimbingan tersebut, dan. 5) Dalam usaha tentu ada alat-alat yang dipergunakan.

Sebagai suatu agama, Islam memiliki ajaran yang diakui lebih sempurna dan kompherhensif dibandingkan dengan agama-agama lainnya yang pernah diturunkan Tuhan sebelumnya. Sebagai agama yang paling sempurna ia dipersiapkan untuk menjadi pedoman hidup sepanjang zaman atau hingga hari akhir. Islam tidak hanya mengatur cara mendapatkan kebahagiaan hidup di akhirat, ibadah dan penyerahan diri kepada Allah saja, melainkan juga mengatur cara mendapatkan kebahagiaan hidup di dunia termasuk di dalamnya mengatur masalah pendidikan. Sumber untuk mengatur masalah pendidikan. Sumber untuk mengatur kehidupan dunia dan akhirat tersebut adalah al Qur’an dan al Sunnah. Sebagai sumber ajaran, al Qur’an sebagaimana telah dibuktikan oleh para peneliti ternyata menaruh perhatian yang besar terhadap masalah pendidikan dan pengajaran.

Demikian pula dengan al Hadist, sebagai sumber ajaran Islam, di akui memberikan perhatian yang amat besar terhadap masalah pendidikan. Nabi Muhammad SAW, telah mencanangkan program pendidikan seumur hidup ( long life education ). Dari uraian diatas, terlihat bahwa Islam sebagai agama yang ajaran-ajarannya bersumber pada al- Qur’an dan al Hadist sejak awal telah menancapkan revolusi di bidang pendidikan dan pengajaran. Langkah yang ditempuh al Qur’an ini ternyata amat strategis dalam upaya mengangkat martabat kehidupan manusia. Kini di akui dengan jelas bahwa pendidikan merupakan jembatan yang menyeberangkan orang dari keterbelakangan menuju kemajuan, dan dari kehinaan menuju kemuliaan, serta dari ketertindasan menjadi merdeka, dan seterusnya.


C.2 Dasar Pelaksanaan Pendidikan Islam25

Dasar Pelaksanaan Pendidikan Islam terutama adalah Al Qur’an dan al Hadist Firman Allah :

Dan demikian kami wahyukan kepadamu wahyu (al Qur’an) dengan perintah kami. Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah iman itu, tetapi kami menjadikan al Qur’an itu cahaya yang kami kehendaki diantara hamba-hamba kami. Dan sesungguhnya kamu benar-benarbenar memberi petunjuk kepada jalan yang benar (QS.Asy-Syura: 52)”

Dan Hadis dari Nabi SAW :

Sesungguhnya orang mu’min yang paling dicintai oleh Allah ialah orang yang senantiasa tegak taat kepada-Nya dan memberikan nasihat kepada hamba-Nya, sempurna akal pikirannya, serta mengamalkan ajaran-Nya selama hayatnya, maka beruntung dan memperoleh kemenangan ia” (al Ghazali, Ihya Ulumuddin hal. 90)”

Dari ayat dan hadis di atas tadi dapat diambil kesimpulan :

  1. Bahwa al Qur’an diturunkan kepada umat manusia untuk memberi petunjuk kearah jalan hidup yang lurus dalam arti memberi bimbingan dan petunjuk kearah jalan yang diridloi Allah SWT.

  2. Menurut Hadist Nabi, bahwa diantara sifat orang mukmin ialah saling menasihati untuk mengamalkan ajaran Allah, yang dapat diformulasikan sebagai usaha atau dalam bentuk pendidikan Islam.

  3. Al Qur’an dan Hadist tersebut menerangkan bahwa nabi adalah benar-benar pemberi petunjuk kepada jalan yang lurus, sehingga beliau memerintahkan kepada umatnya agar saling memberi petunjuk, memberikan bimbingan, penyuluhan, dan pendidikan Islam.

Bagi umat Islam maka dasar agama Islam merupakan fondasi utama keharusan berlangsungnya pendidikan. Karena ajaran Islam bersifat universal yang kandungannya sudah tercakup seluruh aspek kehidupan ini. Pendidikan dalam arti umum mencakup segala usaha dan perbuatan dari generasi tua untuk mengalihkan pengalamannya, pengetahuannya, kecakapannya, serta keterampilannya kepada generasi muda untuk memungkinkannya melakukan fungsi hidupnya dalam pergaulan bersama, dengan sebaik-baiknya.

Corak pendidikan itu erat hubungannya dengan corak penghidupan, karenanya jika corak penghidupan itu berubah, berubah pulalah corak pendidikannya, agar si anak siap untuk memasuki lapangan penghidupan itu. Pendidikan itu memang suatu usaha yang sangat sulit dan rumit, dan memakan waktu yang cukup banyak dan lama, terutama sekali dimasa modern dewasa ini. Pendidikan menghendaki berbagai macam teori dan pemikiran dari para ahli pendidik dan juga ahli dari filsafat, guna melancarkan jalan dan memudahkan cara-cara bagi para guru dan pendidik dalam menyampaikan ilmu pengetahuan dan pengajaran kepada para peserta didik.

Kalau teori pendidikan hanyalah semata-mata teknologi, dia harus meneliti asumsi-asumsi utama tentang sifat manusia dan masyarakat yang menjadi landasan praktek pendidikan yang melaksanakan studi seperti itu sampai batas tersebut bersifat dan mengandung unsur filsafat. Memang ada resiko yang mungkin timbul dari setiap dua tendensi itu, teknologi mungkin terjerumus, tanpa dipikirkan buat memperoleh beberapa hasil konkrit yang telah dipertimbangkan sebelumnya didalam sistem pendidikan, hanya untuk membuktikan bahwa mereka dapat menyempurnakan suatu hasil dengan sukses, yang ada pada hakikatnya belum dipertimbangkan dengan hati-hati sebelumnya. Sedangkan para ahli filsafat pendidikan, sebaiknya mungkin tersesat dalam abstraksi yang tinggi yang penuh dengan debat tiada berkeputusan,akan tetapi tanpa adanya gagasan jelas buat menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan yang ideal.

Tidak ada satupun dari permasalahan kita mendesak dapat dipecahkan dengan cepat atau dengan mengulang-ulang dengan gigih kata-kata yang hampa. Tidak dapat dihindari, bahwa orang-orang yang memperdapatkan masalah ini, apabila mereka terus berpikir,yang lebih baik daripada mengadakan reaksi, mereka tentu akan menyadari bahwa mereka itu telah membicarakan masalah yang sangat mendasar. Sebagai ajaran (doktrin) Islam mengandung sistem nilai diatas mana proses pendidikan Islam berlangsung dan dikembangkan secara konsisten menuju tujuannya. Sejalan dengan pemikiran ilmiah dan filosofis dari pemikir-pemikir sesepuh muslim, maka sistem nilai-nilai itu kemudian dijadikan dasar bangunan (struktur) pendidikan islam yang memiliki daya lentur normatif menurut kebutuhan dan kemajuan.

Pendidikan Islam mengidentifikasi sasarannya yang digali dari sumber ajarannya yaitu Al Quran dan Hadist, meliputi empat pengembangan fungsi manusia :

  1. Menyadarkan secara individual pada posisi dan fungsinya ditengah-tengah makhluk lain serta tanggung jawab dalam kehidupannya

  2. Menyadarkan fungsi manusia dalam hubungannya dengan masyarakat, serta tanggung jawabnya terhadap ketertiban masyarakatnya.

  3. Menyadarkan manusia terhadap pencipta alam dan mendorongnya untuk beribadah kepada Nya

Menyadarkan manusia tentang kedudukannya terhadap makhluk lain dan membawanya agar memahami hikmah tuhan menciptakan makhluk lain, serta memberikan kemungkinan kepada manusia untuk mengambil manfaatnya

Setelah mengikuti uraian diatas kiranya dapat diketahui bahwa Filsafat Pendidikan Islam itu merupakan suatu kajian secara filosofis mengenai masalah yang terdapat dalam kegiatan pendidikan yang didasarkan pada al Qur’an dan al Hadist sebagai sumber primer, dan pendapat para ahli, khususnya para filosof Muslim, sebagai sumber sekunder. Dengan demikian, filsafat pendidikan Islam secara singkat dapat dikatakan adalah filsafat pendidikan yang berdasarkan ajaran Islam atau filsafat pendidikan yang dijiwai oleh ajaran Islam, jadi ia bukan filsafat yang bercorak liberal, bebas, tanpa batas etika sebagaimana dijumpai dalam pemikiran filsafat pada umumnya.

C.3. Ruang Lingkup Filsafat Pendidikan Islam

Penjelasan mengenai ruang lingkup ini mengandung indikasi bahwa filsafat pendidikan Islam telah diakui sebagai sebuah disiplin ilmu. Hal ini dapat dilihat dari adanya beberapa sumber bacaan, khususnya buku yang menginformasikan hasil penelitian tentang filsafat pendidikan Islam. Sebagai sebuah disiplin ilmu, mau tidak mau filsafat pendidikan Islam harus menunjukkan dengan jelas mengenai bidang kajiannya atau cakupan pembahasannya. Muzayyin Arifin menyatakan bahwa mempelajari filsafat pendidikan Islam berarti memasuki arena pemikiran yang mendasar, sistematik. Logis, dan menyeluruh (universal) tentang pendidikan, ysng tidak hanya dilatarbelakangi oleh pengetahuan agama Islam saja, melainkan menuntut kita untuk mempelajari ilmu-ilmu lain yang relevan. Pendapat ini memberi petunjuk bahwa ruang lingkup filsafat Pendidikan Islam adalah masalah-masalah yang terdapat dalam kegiatan pendidikan, seperti masalah tujuan pendidikan, masalah guru, kurikulum, metode, dan lingkungan.


C.4 Kegunaan Filsafat Pendidikan Islam


Mohammad Athiyah abrosyi dalam kajiannya tentang pendidikan Islam telah menyimpulkan 5 tujuan yang asasi bagi pendidikan Islam yaitu26 :

  1. Untuk membantu pembentukan akhlak yang mulia. Islam menetapkan bahwa pendidikan akhlak adalah jiwa pendidikan Islam.

  2. Persiapan untuk kehidupan dunia dan kehidupan akhirat. Pendidikan Islam tidak hanya menaruh perhatian pada segi keagamaan saja dan tidak hanya dari segi keduniaan saja, tetapi dia menaruh perhatian kepada keduanya sekaligus.

  3. Menumbuhkan ruh ilmiah pada pelajaran dan memuaskan untuk mengetahui dan memungkinkan ia mengkaji ilmu bukan sekedar sebagai ilmu. Dan juga agar menumbuhkan minat pada sains, sastra, kesenian, dalam berbagai jenisnya.

  4. Menyiapkan pelajar dari segi profesional, teknis, dan perusahaan supaya ia dapat mengusai profesi tertentu, teknis tertentu dan perusahaan tertentu, supaya dapat ia mencari rezeki dalam hidup dengan mulia di samping memelihara dari segi kerohanian dan keagamaan.

  5. Persiapan untuk mencari rezeki dan pemeliharaan segi-segi kemanfaatan. Pendidikan Islam tidaklah semuanya bersifat agama atau akhlak, atau sprituil semata-mata, tetapi menaruh perhatian pada segi-segi kemanfaatan pada tujuan-tujuan, kurikulum, dan aktivitasnya. Tidak lah tercapai kesempurnaan manusia tanpa memadukan antara agama dan ilmu pengetahuan.


C.5. Tipologi Pemikiran Filsafat pendidikan Islam

Dalam filsafat pendidikan Islam dalam Ibrahim27 mencermati ada empat model pemikiran Islam yaitu

Tipologi Pemikiran Islam

parameter

Ciri Pemikirannya

Fungsi Pendidikan

Madzab Salafi

  1. Bersumber pada Al-Qur’an dan Al-hadits

  2. Regresif ke masa Salafi

  3. Konservatif

  4. Berorientasi masa silam


    1. Menjawab konteks pendidikan dg kontek salafi

    2. Memahani nas kembali pada Salafi

    3. Mehama alkuran kurang elaborasi

Melestarikan budaya salafi

Esrnsial madzabi

  1. Bersumber al qur’an al hadits

  2. Konservatif


  1. Menekankan pemberian Syart dan Hasysyah

  2. Kurang kritis dalam mengubah substansi materi

Mempertahankan tradisi lama

modernis

  1. Bersumber Al-qur’an dan Sunnatullah

  2. Bebas Modifikatif

  3. Progresif dan dinamis wawasan kependidikan kontemporer

  1. Tidak mempertahankan tradisi lama

  2. Lapang dada dan mendengar pemikiran pendidikan dari mana pun

  3. Menyesuaikan diri

    1. Pengembangan ibndividu secara maksimal

    2. Interaksi potensi dengan kebutuhan lingkungan

    3. Rekonstruksipengalaman secara terus-menerus

Esensialis konstektual Falsifikasi

  1. Bersumber al-qur’an dan al dadits

  2. Regresif, rekonstruktif, cincer dalam meningkatkan wawasan pendidikan

Toleransi terhadap pemikiran pendidikan lain

Pengembangan potensi





C.6 Analisi Filosofis tentang Metode Pendidikan Islam

Dalam kajian filsafat, ontologi, epistemologi, dan aksiologi merupakan tiga sub sistem dari filsafat. Ontologi merupakan teori tentang ”ada”, yaitu tentang apa hakikat sesuatu yang dipikirkan, yang menjadi objek pemikiran. Epistemologi merupakan teori pengetahuan, yaitu membahas tentang bagaimana cara mendapatkan pengetahuan dari objek yang ingin dipikirkan. Sementara aksiologi adalah teori tentang nilai yang membahas tentang manfaat, kegunaan atau fungsi dari objek yang dipikirkan. Dengan gambaran sederhana dapat dikatakan bahwa ada sesuatu yang perlu dipikirkan (ontologi), lalu dicari cara-cara memikirkannya (epistemologi), kemudian timbul hasil pemikiran yang memberikan suatu manfaat atau kegunaan (aksiologi).

Sebagai suatu metode, pengembangan filsafat pendidikan Islam biasanya memerlukan empat hal sebagai berikut :

Pertama, bahan-bahan yang akan digunakan dalam pengembangan filsafat pendidikan. Dalam hal ini dapat berupa bahan tertulis, yaitu al Qur’an dan al Hadist yang disertai pendapat para ulama serta para filosof dan lainnya ; dan bahan yang akan di ambil dari pengalaman empirik dalam praktek kependidikan.

Kedua, metode pencarian bahan. Untuk mencari bahan-bahan yang bersifat tertulis dapat dilakukan melalui studi kepustakaan dan studi lapangan yang masing-masing prosedurnya telah diatur sedemikian rupa. Namun demikian, khusus dalam menggunakan al Qur’an dan al Hadist dapat digunakan jasa Ensiklopedi al Qur’an semacam Mu’jam al Mufahras li Alfazh al Qur’an al Karim karangan Muhammad Fuad Abd Baqi dan Mu’jam al muhfars li Alfazh al Hadist karangan Weinsink.

Ketiga, metode pembahasan. Untuk ini Muzayyin Arifin mengajukan alternatif metode analsis-sintesis, yaitu metode yang berdasarkan pendekatan rasional dan logis terhadap sasaran pemikiran secara induktif, dedukatif, dan analisa ilmiah.

Keempat, pendekatan. Dalam hubungannya dengan pembahasan tersebut di atas harus pula dijelaskan pendekatan yang akan digunakan untuk membahas tersebut. Pendekatan ini biasanya diperlukan dalam analisa, dan berhubungan dengan teori-teori keilmuan tertentu yang akan dipilih untuk menjelaskan fenomena tertentu pula. Dalam hubungan ini pendekatan lebih merupakan pisau yang akan digunakan dalam analisa. Ia semacam paradigma (cara pandang) yang akan digunakan untuk menjelaskan suatu fenomena.


Kesimpulan

Inggris sejak terjadinnya proses pembaharuan telah mengangkat Negara tersebut menjadi nagara yang maju, hal ini tidak lain karena filsafat pendidikannya yang mendasari kemajuan itu.

Islam dengan sumber ajarannya al Qur’an dan al Hadist yang diperkaya oleh penafsiran para ulama ternyata telah menunjukkan dengan jelas dan tinggi terhadap berbagai masalah yang terdapat dalam bidang pendidikan. Karenanya tidak heran ntuk kita katakan bahwa secara epistimologis Islam memilki konsep yang khas tentang pendidikan, yakni pendidikan Islam.

Demikian pula pemikiran filsafat Islam yang diwariskan para filosof Muslim sangat kaya dengan bahan-bahan yang dijadikan rujukan guna membangun filsafat pendidikan Islam. Konsep ini segera akan memberikan warna tersendiri terhadap dunia pendidikan jika diterapkan secara konsisten.

Namun demikian adanya pandangan tersebut bukan berarti Islam bersikap ekslusif. Rumusan, ide dan gagasan mengenai kependidikan yang dari luar dapat saja diterima oleh Islam apabila mengandung persamaan dalam hal prinsip, atau paling kurang tidak bertentangan.















DAFTAR PUSTAKA


Prasetya, 2000. Filsafat Pendidikan, Pustaka Setia:Bandung.

Titus, Smith, Nolan.1996. Persoalan-persoalan Filsafat, Bulan Bintang: Jakarta.

Ali Saifullah .1998 Antara Filsafat dan Pendidikan, Usaha Nasional: Surabaya

Zuhairini..1995. Filsafat Pendidikan Islam, Bumi Aksara: Jakarta.

Abuddin Nata, 1995 .Filsafat Pendidikan Islam, Logos Wacana Ilmu; Jakarta

Ahmad Tafsir,2008.Filsafat Umum Akal dan Hati sejak Thales sampai Capra, RemajaRosdakarya ;Bandung.


________________,2006. Filsafat pendidikan Islam,Rosdakarya:Bandung

Suhartono suparlan.2006.Filsafat Pendidikan, Ar-Ruzz Media ; Yogyakarta.

O’neil Wiliam.intan Omi (terj).2001. Idologi-ideologi pendidikan, Pustaka pelajar :Yogyakarta


Azra azumardi, 1998. esai-esai Intelektual Muslim pendidikan Islam, Logos; Ciputat

Rahardja Mudjia,2006, Quo vadis pendidikan Islam,UINPress;Malang

Ar-Razzidin, Nizar Samsul.2005. Filsafat pendidikan Islam,CiputatPress ; Ciputan

1 Ali maskum dan luluk Yunan. Paradigma pendidikan Universal (Yogyakarta: Ericisod,2004), hal 24

2 Ranaissence atau enlightenment ditandai dengan pertama, zaman ketika ilmu-ilmu dan teknologi berkembang , kedua munculnya gerakan –gerakan intelektual yang kritis terhadapp mitos , metafisika,tradisi, otoritas, dogmatisme dan seterusnya

3 Bartrand Russel, Sejarah Filsafat Barat, terj Sigit jatmiko(Dkk) (Yogyakarta : pustaka pelajar, 2002), hal. 645

4 Yasid, sains dan Islam

5 Sekuler : sebuah pemikiran yang dimulai dari kritik kebebasan terhadap otoritarianisme gereja (symbol agama) di eropa (Inggris), tetapi kemudian terlanjur dengan pemisahan dan distorsi hingga menjadi biner oposisi.

6 Epistimologi : hal atau katalis yang membicarakan sumber pengetahuan dan bagai mana cara memperolehnya, misalkan pembahasan rasionalisme, empirisme, positivisme,dll.

7 Dari uraian ini kiat akan melihat bahwa gelombang perkembangan pendidikan di Inggris pada umumnya dipengaruhi oleh semangat positivisme yang rasional, empirisme dan positivtikdengan pendekatan saintifik dan jauhnya semangat intuisi keagamaan.

8 Istilah personal”,”subjektif”,”selektif” istilah ini akan mewakili kebebasan individu yang banyakmuncul dengan filsafat moderen yang Rasional(Co gito ergo sum), sedangkan istilah “ selektif” mewakili kompodsisi individu yang akan melahirjkan penegasan akan diri dan panegasan yang lain, sebuah rasio yang kehilangan sisi humanitasnya.

9 Selain rasio indrawi jug amenjadi alat alat kepercayaanuntuk mendefisinikan suatu kebenaran, indrawi merupakan turunan dari aliran filsafat empirisme yang merupakan lawan dari Rasionalisme

10 Muhammad karim, pendidikan kritis transformative, (Yogyakarta: Ar-Ruzz media, 2009)

11

12 Rasionalisme sebuah paradigma yang mempercayai adanya ide-ide bawaan yang bersifat substansi rasio yang mendefisisnikan dan memformulasikan kebenaran.

13 Ren’t Deskrates Filosof kebangsaan inggris, ayahnya adalah seorang ketua parlemen inggris yang memeiliki tangah yang cukup luas . ia adalah anak yang cukup cerdik, seorang pembisnis , tentara dalam bukunya Sejarah filsafat barat , terj Sigit jatmiko dkk.(Yogyakarta;pustaka pelajar,2002), hal.732.

14 Dudi Hariman, Filsafat moderen, (Jakarta;Gramedia pustaka,2004),hal.37

15 ejarah filsafat barat , terj Sigit jatmiko dkk.(Yogyakarta;pustaka pelajar,2002), hal.733

16 Sedang dalam islam Al-Ghazali mempunyai “metode keraguan Ghazali” yang sering mnengatakan “ keraguanlah yang mengantarkan pada kebenaran, barangsiapa yang tidak bisa maju maka dia tidak memandang, barang siap[a tidak pernak memandang berarti dai tidak pernah melihat , maka ia tetap dalam kebutaan dan kesesatan.

17 Sebuah paradigma keilmuan yang memposisikan fakta yang terlihat sebagai paliang substansi dari substansi-substansi yang lain dalam mendevisinikan kebenaran.

18 Hume adalah filosof kebangsaaan Inggris. Ia adalah seorang yang paling terkemuka dikalangan filsuf karena dia mengembangkan filsafat empirisme Locke dan Berkeley menjadi konklusi logis dan menjadikan luar biasa lantaran membuatnya konsisten, untuk lebih bisa memahami kehidupan Humle baca Sejarah filsafat barat , terj Sigit jatmiko dkk.(Yogyakarta;pustaka pelajar,2002).

19 Muhammad karim, pendidikan kritis transfor matif(Yogyakarta;Ar-Ruzzz Media, 2009)hal 40.

20 Faqih Mansur, Idologi dalam pendidikan” (sebuah pengantar dalam buku Ideologi-ideologi pendidikan), Yogyakarta: Pustaka pelajar.

21 Ahmad Hanafi, M.A., Pengantar Filsafat Islam, (Bulan Bintang, Jakarta, 1990) hal 37

22 Ibid hal 59.

23 Dalam Abuddin Nata Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta:Logos Wacana Ilmu, 1997)hal 12.

24 Ibid hal 43.

25 Abuddin Nata, M.A., Filsafat Pendidikan Islam,(Logos Wacana Ilmu, Jakarta, 1997) hal 45.

26Mohammad Athiyah abrosyi dalam At Tarbiyah Al Islamiyah Wa Falsafatuha

27 Ibrahim Madkour, Aliran dan Teori Filsafat Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004)

*Oleh Arief Sugianto


Share this article :
 
Support : Creating Website | giea sugianto | Mas giea
Copyright © 2011. AKSETISME.com - All Rights Reserved
Template Created by gea creative Published by Mas giea
Proudly powered by 503