Home » » Serius! Umat Islam semakin tertinggal

Serius! Umat Islam semakin tertinggal


pendahuluan
Dalam Alquran surat Al-imran ayat 110 mengatakan "Kamu (umat Islam) adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah". Namun, kinerja umat Islam saat ini di dunia amat jauh dari apa yang dituntut oleh ayat ini. Hal ini terlihat dari data data yang setiap tahun diriset dan diterbitkan oleh UNDP, BLS sebuah badan Perserikatan Bangsa Bangsa, dalam bentuk Human Development Report dalam hal, Laporan Jumlah Lulusan Sarjana, Laporan Pembangunan Manusia, Laporan Pemenuhan Gizi Balita, Tingkat Kematian Balita.

Dari laporan Lembaga Bureaur of Labor Stastistics (BLS) diketahui tidak satu pun negara Islam yang pencapaiannya mendekati pencapaian negara-negara maju non-Islam. Pada tahun 1999-2007, dari 165 negara di dunia, tidak satu pun negara Islam mendekati posisi negara-negara maju bilamana diukur dengan Indeks Pembangunan Manusia, Indeks Tingkat Pendidikan Penduduknya, Indeks Pemenuhan Gizi Bayi dan Indeks Kematian. Yang tertinggi pencapaiannya adalah Brunei Darussalam pada posisi no 32. Yang terendah di kalangan negara Islam adalah Nigeria dengan posisi 161. Negara-negara Islam berpenduduk besar seperti Indonesia, Mesir, Maroko, Pakistan, dan Bangladesh berada pada posisi yang jauh lebih rendah yaitu masing masing 102, 105, 112, 127, dan 132.
Di kalangan negara Islam Indonesia jauh ketinggalan dibandingkan dengan negara-negara Islam relatif besar seperti Malaysia dan Republik Islam Iran. Dapat dijelaskan yang diukur oleh lembaga Bureaur of Labor Stastistics (BLS) adalah pencapaian di bidang pendidikan, kesehatan, dan kekayaan ekonomi dan kemampuan ekonomi sebagaimana yang diukur oleh pencapaian pendapatan per kapita. Rendahnya indeks manusia manusia Muslim jauh tertinggal pendidikannya, tingkat kesehatannya, dan tingkat kemampuan ekonominya dibandingkan dengan negara neagara maju seperti Amerika Serikat, Kanada, negara-negara Eropa, dan Jepang.
Posisi relatif negara-negara Islam tidaklah bertambah baik bilamana diperhatikan laporan tahun 2008. Pada tahun 2007, posisi no 1 s/d no 21 ditempati oleh negara-negara Eropa Barat, Amerika Utara, dan Australia. Posisi no 1 adalah Norwegia, no 10 Amerika Serikat, dan no 21 Spanyol. Selanjutnya dari 21 negara Islam di dunia yang diteliti, 17 negara mengalami penurunan dalam posisi relatifnya, satu negara tetap dan tiga negara Islam mengalami perbaikan. Yang mengalami perbaikan Uni Emirat Arab, Qatar, dan Republik Arab Libya. Yang tetap pada posisi no 71 adalah Oman. Khusus mengenai Indonesia maka posisi relatifnya menurun menjadi 110 (dari 177 negara).
Jeratan kemiskinan dan kekurangan sarjana
Brunai darusalam(33), Bhrain(43), Kuwait(44),Arab Emirat (41),
Qatar(40), Malaysia (61), Libiya(58) Arabia saudi
(77)Oman(71) Turkey (94)Iran(99)Syuriah(106)Indonesia(110)Mesir(119)
Maroko(124), Pakistan(135),Banglades(139)Yaman(151),Sudan(141)Niger(177) (Data HDI urutan negara Islam terbaik menurut ekonomi dan pendidikan Tahun 2007-2008 )
Negara-negara Muslim di dunia bukan hanya tertinggal tetapi semakin tertinggal. Apa makna angka-angka ini? Sebagaimana sudah dikatakan, rendahnya indeks pencapaian di bidang pendidikan, kesehatan, dan kemampuan ekonomi. Di Pakistan, umpamanya, umur rata-rata penduduknya meninggal adalah 63 tahun sedangkan di Norwegia umur rata-rata penduduk adalah 79,4 tahun. Penduduk, yang mengenyam pendidikan sampai sarjana I dan sarjana II , secara total adalah 15 persen di Pakistan sedangkan di Norwegia 101 persen. Pendapatan per kapita di Pakistan adalah 2.097 dolar AS sedangkan di Norwegia pendapatannya adalah 37.670 dolar AS (UNDP, 2009)
Ditinjau dari sisi kemiskinan sejumlah besar penduduk negeri-negeri Muslim ini berada dalam jeratan kemiskinan. Dengan ukuran kemiskinan pendapatan per kapita per hari 1 dolar AS, maka dalam periode 1990-2007, 7,5 persen penduduk di Indonesia, 3,1 persen di Mesir, 13,4 persen di Pakistan berada dalam kemiskinan. Bilamana garis kemiskinan adalah 2 dolar AS per hari per kapita, maka proporsi penduduk yang miskin meningkat secara dramatis dengan Indonesia 52,4 persen, Pakistan 65,6 persen, dan Bangladesh 82,8 persen.
Tentu dapat ditanyakan kenapa kondisi yang menyedihkan ini bisa terjadi? Dan, terjadi berpuluh-puluh tahun sejak negeri-negeri ini mencapai kemerdekaan mereka di akhir Perang Dunia II? Apakah para cendekiawan Muslim tidak mengetahui dan sadar akan keterbelakangan ini? Apakah pemerintah negeri-negeri ini tidak peduli dengan keadaan kemiskinan dan keterbelakangan rakyat mereka? Jawaban bagi kedua pertanyaan terakhir ini adalah tidak.
Sudah amat banyak analisis brilian mengenai keadaan sosial-ekonomi penduduk. Juga pemerintah di negeri-negeri Muslim ini telah melancarkan berbagai program pembangunan khususnya dalam bentuk pembangunan lima tahunan, untuk mengeluarkan rakyat dari kemiskinan dan keterbelakangan. Namun, sebagaimana kita saksikan bersama upaya tidak membuahkan hasil yang berkelanjutan; bahkan kemiskinan dan pengangguran cenderung meningkat dan dengan itu meningkat pula ketergantungan kepada pihak luar.
Jadi, kenapa? Jawaban yang singkat adalah mutu kepemimpinan yang tidak tepat. Praktik-praktik yang dilaksanakan beserta kebijakan dan ilmu serta nilai nilai pokok yang digunakan semuanya berbasis kepada paradigma yang tidak tepat yaitu ideologi operasional materialisme dan individualisme. Faham- faham ini berlawanan dengan nilai-nilai universal Islam dan untuk Indonesia dengan nilai-nilai pokok UUD 1945. Oleh karena paradigmanya tidak tepat, maka sekuat apa pun upaya yang dilakukan maka upaya-upaya ini tidak akan membawa hasil berkelanjutan.
Akankah kegagalan kegagalan ini terus berkelanjutan ke masa depan? Ini tergantung kepada kualitas kepemimpinan umat. Kalau para pemimpin umat Islam masih terus menggunakan paham individualisme dan materialisme dalam manjemen kemasyarakatan dan kenegaraan maka tidak ada harapan kemajuan yang berarti akan terjadi di bidang sosial ekonomi.
Ketertinggalan akan terus berlanjut. Bagaimana dengan Indonesia, apakah ada harapan? Kita perlu tinjau secara khusus kasus Indonesia sebab Indonesia merupakan negara Islam terbesar di dunia. Pada tahun 2005, penduduk Indonesia berjumlah 208,8 juta dan dari jumlah ini 87 persen memilih Islam sebagai agama. Kalau umat Islam Indonesia berjaya maka Indonesia raya akan berjaya. Selanjutnya, pengalaman Indonesia sebagai negara Islam terbesar di dunia akan bermanfaat bagi negara Islam lainnya dan bagi negara berkembang pada umumnya yang merupakan dua pertiga dari umat manusia.

Mengejutkan Banyak Negara Islam Masuk Negara Gagal

Sumber: Foreign Policy(Dikutip oleh Arrahmah.com)

Sungguh mencengangkan, atau jangan-jangan memang tidak terlalu mengherankan. Banyak negeri kaum muslimin yang masuk ke dalam indeks negara gagal tahun ini(2009). Sepuluh terbesar diduduki oleh negara-negara Islam yang tengah dirundung konflik berkepanjangan, yakni: Somalia, Zimbabwe, Sudan, Chad, Republik Democratis Kongo, Irak, Afghanistan, Republik Afrika Tengah, Guinea, dan Pakistan.

Data yang dikutip Arrahmah.com tersebut diambil dari situs Foreign Policy. Situs yang digagas salah satunya oleh penulis buku populer "The Clash of Civilization", Samuel P. Huntington, tersebut memang memuat berbagai analisis mengenai tren dunia internasional, yang diklaim bebas dari bias ideologi dan politik.

Dengan singkat dapatlah disampaikan bahwa memanglah umat Islam di dunia termasuk di Indonesia jauh tertinggal dan terus ketinggalan dalam kinerja kemanusiaannya. Ketertinggalan ini utamanya disebabkan penduduknya sendiri mutu kepemimpinan yang tidak sesuai dengan kebutuhan pembangunan sosial ekonomi berkelanjutan. Amat dibutuhkan perubahan dalam orientasi nilai, ilmu yang digunakan, kebijakan dan praktik-praktik kepemimpinan di bidang sosial-ekonomi di negara-negara Islam ini khususnya di Indonesia.
kesimpulan:
Dilihat dari Indeks tersebut, negara berpenduduk Muslim, posisinya semakin jauh dari negara maju.
Rendahnya tingkat indeks berarti manusia-manusia Muslim jauh tertinggal pendidikan, tingkat kesehatan, dan tingkat kemampuan ekonominya.
Penyebab ketertinggalan umat Islam adalah Penduduk Muslimitu sendiri dan kepemimpinan yang tidak sesuai dengan kebutuhan pembangunan sosial ekonomi berkelanjutan.
Perlu perubahan dalam orientasi nilai, ilmu yang digunakan, kebijakan dan praktik kepemimpinan di bidang sosial-ekonomi di negara-negara Isla


Referensi
Lembaga Bureaur of Labor Stastistics (BLS)
UNDP
Wwww.national Master.com
Kadhafi, Muoamar, 2006. teori Dunia Ketiga, Bereut
Hasyim,2003,Islam Negara Ketiga,Pustaka pelajar;Yogyakarta
Share this article :
 
Support : Creating Website | giea sugianto | Mas giea
Copyright © 2011. AKSETISME.com - All Rights Reserved
Template Created by gea creative Published by Mas giea
Proudly powered by 503