Home » » Rekonstruksi Nalar pendidikan Islam*

Rekonstruksi Nalar pendidikan Islam*

Abstraksi
Proses penciptaan Intelektual itu berlangsung lama, sulit, penuh dengan tantangan, melalui proses maju, mundur, bubar dan membentik kembali…(Antonio gramsci)
Epistimologi pendidikan dinegara-negara Eropa (Inggris, Prancis, Jerman, Belanda) adalah hal yang menarik dengan adanya akulturasi Intelektual akibat pengaruh Revolusi prancis dan Revolusi Industri telah mengubah wajah peradaban Eropa menjadi peradaban yang maju. Mulai abad kebangkitan di abad ke-16 telah terjadi disposisi filsafat pendidikan yang secara umum berhaluan Empirisme, Rasionalisme, Positivisme, dan saintisme. Kemudian muncul berbagai aliran akibat pergumulan paradigma tersebut yaitu Empirisme, Bahafiorisme (filosofis), empirisme (filosofis), empirisme biologis, pragmatisme, Instrumentalisme, eksperimentalisme, hidonisme piskologis, reinforcement, Relativisme Budaya, Demokrasi social, Subjektivisme Substansial, liberasionisme. Epistimologi pendidikan dinegara-negara Asia (Jepang, Cina, dan beberapa Negara ditimur tengan)memiliki corak pendidikan yang bernalar.
Dalam kontek pendidikan keindonesiaan lessn learned dari Negara-negara diatas menjadi dasar rekontruksi filsafat, epistimologi, ontology, aksiologi pendidikan yang direduksi pada perubahan pengembangan dasar pengetahuan pendidikan (dari Phataisme rasional menjadi kritik advokativ, manajemen pendidikan (dari subyek-subyek menjadi partisipatoris intrasubjektif), hubungan sekolah dan masyarakat (dari individualis menjadi phatnership), Kurikulum(dari penekanan vertical menjadi sinergi vertical-horizontal), pola pembelajaran (dari intimidativ menjadi partisipatoris dan kreaktif), tujuan pembelajaran(menjadi lebih mandiri, merdeka, kritis, dan peka sosial), isi pembelajaran (lebih komunikatif), metode pembelajaran (dari dokmatis menjadi dialogis intra subjektif), pendekatan pembelajaran (dari pedagogis dokmatis menjadi andragogis dialogis), evaluasi pembelajarannya (lebih partisipatoris dan komperehensif), pengelolaan media pembelajaran (lebih tepat guna )dan kehidupan sosialnya berkeadilan

Kata kunci: Epistimologi, Barat, Rasionalisme, Empirisme, Positivisme, Saintisme, Pendidikan Islam, Kurikulum, Partisipatoris, Komperehensif

Pendahuluan
Pendidikan merupakan sistem untuk meningkatkan kualitas hidup manusia dalam segala aspek kehidupan. Dalam sejarah umat manusia, hampir tidak ada kelompok manusia yang tidak menggunakan pendidikan sebagai alat pembudayaan dan peningkatan kualitasnya . Pendidikan dibutuhkan untuk menyiapkan anak manusia demi menunjang perannya di masa datang. Upaya pendidikan yang dilakukan oleh suatu bangsa memiliki hubungan yang signifikan dengan rekayasa bangsa tersebut di masa mendatang.
Dengan demikian, "pendidikan merupakan sarana terbaik untuk menciptakan suatu generasi baru pemuda-pemudi yang tidak akan kehilangan ikatan dengan tradisi mereka sendiri tapi juga sekaligus tidak menjadi bodoh secara intelektual atau terbelakang dalam pendidikan mereka atau tidak menyadari adanya perkembangan-perkembangan disetiap cabang pengetahuan manusia"
Dalam konteks pendidikan kemajuan yang terjadi dinegara-negara barat tidak terlepas dari pendidikan, maka pendidikan diindonesia harus sadar akan perubahan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat baik sosial maupun cultural. Untuk itu permasalahan mendasar ketika ingin menyetarakan kualitas pendidikan setra dengan pendidikan di negara-negara eropa, (Jerman, Belanda, Prancis, Inggris dll) dan beberapa negara di Asia (Jepang, Timur Tengah, Cina) maka pendidikan di Indonesia adalah bagaimana pendidikan mampu menghadirkan disain atau konstruksi wacana pendidikan yang relevan dengan perubahan masyarakat. Kemudian disain wacana pendidikan tersebut dapat dan mampu ditranspormasikan atau diproses secara sistematis dalam masyarakat .
Persoalan pertama yang harus direkonstruksi bersifat filosofis, yang kedua lebih bersifat metodologis. Pendidikan perlu menghadirkan suatu konstruksi wacana pada dataran filosofis, wacana metodologis, dan juga cara menyampaikan atau mengkomunikasikannya. Akan tetapi ketika pendidikan diarahkan pada peradaban modern, yang perlu diselesaikan terdahulu adalah persoalan-persoalan teoritis internal pendidikan yaitu (1) persoalan dikotomik, (2) tujuan dan fungsi lembaga pendidikan Islam, (3) persoalan kurikulum atau materi. Ketiga persoalan ini saling interdependensi antara satu dengan lainnya.
Ketika persoalan itu dimunculkan mungkin ada benarnya apa yang telah dikatakan Francis Fukuyama dalam buku kontroversional, The End Of HistorY and The Last man (1992), bahwa sejarah telah berakhir karena demokrasi liberal barat telah mengunggguli komunisme yang ditandai dengan runtuhnya uni soviet. Ini merupakan sejarah panjang pembentukan nalar filsafat moderen negara-negara eropa, yang saat ini boleh menjadi corong dan guru..
Permasalahan pendidikan yang ditawarkan yang mana melalui perjalanan panjang menuju nalar moderen yang digagas oleh dedengkot filosof barat untuk memajukan pendidikannya dapat ditelusuri seperti dalam artikel “Modernity versus postmodernity”, Jurgan Habermas menjelaskan istilah “moderen” adalah sebuah istilah yang digunakan untuk menyebut era baru (New ege), yang berfungsi untuk membedakan dengan masa lalu (the ancient).
Artinya mederen itu tidak semata-mata hanya ditandai dengan munculnya renaissance atau enlightenment tetapi itu yang memulai, di negara barat seperti Prancis, Inggris, dan Jerman, AS dll.. Bertrand Russel mengungkapkan ada dua hal yang terpenting yang menandai sejarah pendidikan modern di barat yakni runtuhnya otoritas gereja dan menguatnya otoritas sains (rasional).
Ada beberapa tesis yang bisa diambil untuk memahami peristiwa kemajuan revolusi ilmiah di Barat. Pertama, revolusi ilmiah selalu dikaitkan dengan proses sekulerisasi atau tercabutnya kekuasaan agama dalam system social politik yang memungkinkan sain lepas dari kungkungan institusi kungkungan agama. Di barat telah tercatat dalam sejarah pada Abad ke 16 dan 17, ketika itu era Renaissance, agama-sebagai institusi yang sangat dominan dan hegemoni di eropa dikala itu-mengalami perubahan radikal dalam posisinya sebagai pemegang otoritas penuh segala bentuk kebenaran. Tetapi lepasnya sains dari otoritas agama tidak menjadikan indepindensi.
Disisi lain , dalam hal perkembangan pengetahuan sekuler dan skeptisme sudah menjadi landasan tradisional ilmu pengetahuan, wancana ilmu pengetahuan yang menjadi topic utama pada zaman kebangkitan pendidikan dibarat. Pada abad ke-17 topik utama adalah persoalan epistimologi .
. William melanjutkan dan menguraikan dari dasar filosofis epistimologis pendidikan di Inggris (Eropa) , yaitu Empirisme, Bahafiorisme (filosofis), empirisme (filosofis), empirisme biologis, pragmatisme, Instrumentalisme, eksperimentalisme, hidonisme piskologis, reinforcement, Relativisme Budaya, Demokrasi social, Subjektivisme Substansial, liberasionisme, liberalisme pendidikan .
Kemudian Wiliam mengungkapkan juga dalil-dalail pokok pendikan
a. seluruh hasil kegiatan belajar adalah pengetahuan melalui pengamalan personal
b. seluruh hasil kegiatan belajar bersifat subjektif dan selektif .
c. Seluruh hasil kegiatan belajar beraakar pada keterlibatan pengertian indrawi .
d. Seluruh hasil –hasil belajar didaari oleh proses pemecahan masalah secara aktif dalam pola” coba benar-salah” atau (trial and eror)
e. Cara belajar yang baik diatur oleh perintah-perintah eksperimantal yang bercirikan metode ilmiah
f. Pengetahuan yang terbaik adalah yang paling selaras dengan (atau mungkin derdasarkan) pembuktian ilmiuah yang dianggap benar sebelumnya
g. Kegiatan belajar diarahkan dan dikendalikan oleh konsekuensi –konsekuensi emosional dari perilaku
h. Sifat-sifat hakiki dan isi pengetahuan social mengarahkan dan mengendalikan sifat-sifat haiki dan isi pengalaman personal
i. Penyelidikan kritis yang mempunyai arti penting hanya bisa berlangsung dalam masyarakat yang demoratis dan memiliki komitmen terhadap ungkapan umum pemikiran dan perasaan individual.
Itulah dalil dalail yang ditawarkan William kala berbicara pendidikan di barat. Yang kemudian bisa direduksi ke dalam perubahan pendidikan di Indonesia, baik dari aspek filsafatnya, epistimologinya yang kemudian akan merubah manajemen pendidikan (dari subyek-subyek menjadi partisipatoris intrasubjektif), hubungan sekolah dan masyarakat (dari individualis menjadi phatnership), Kurikulum(dari penekanan vertical menjadi sinergi vertical-horizontal), pola pembelajaran (dari intimidativ menjadi partisipatoris dan kreaktif), tujuan pembelajaran(menjadi lebih mandiri, merdeka, kritis, dan peka sosial), isi pembelajaran (lebih komunikatif), metode pembelajaran (dari dokmatis menjadi dialogis intra subjektif), pendekatan pembelajaran (dari pedagogis dokmatis menjadi andragogis dialogis), evaluasi pembelajarannya (lebih partisipatoris dan komperehensif), pengelolaan media pembelajaran (lebih tepat guna )dan kehidupan sosialnya berkeadilan.

Meng-Eropa-kan Pendidikan Islam
Pendidikan Islam, suatu pendidikan yang melatih perasaan murid-murid dengan cara begitu rupa sehingga dalam sikap hidup, tindakan, keputusan, danpendekatan mereka terhadap segala jenis pengetahuan, mereka dipengaruhi sekali oleh nilai spritual dan sangat sadar akan nilai etis Islam [Syed Sajjad Husain dan Syed AliAshraf, 1986 : 2], atau "Pendidikan Islam mengantarkan manusia pada perilaku dan perbuatan manusia yang berpedoman pada syariat Allah [Abdurrahman an-Nahlawi, 1995 : 26]. Pendidikan Islam bukan sekedar "transfer of knowledge" ataupun "transfer of training", ....tetapi lebih merupakan suatu sistem yang ditata di atas pondasi keimanan dan kesalehan; suatu sistem yang terkait secara langsung dengan Tuhan, Pendidikan Islam suatu kegiatan yang mengarahkan dengan sengaja perkembangan seseorang sesuai atau sejalan dengan nilai-nilai Islam.
Pendidikan Islam dalam kontek kekinian dan yang akan datang haus menjadi inisiator peradaban yang mana peradaban itu sendiri sebagaimana pendapat Alvin Tofler dalam bukunya The Third Wave (1980) yang bercerita tentang peradaban manusia, yaitu; (1) perdaban yang dibawa oleh penemuan pertanian, (2) peradaban yang diciptakan dan dikembangkan oleh revolusi industri, dan (3) peradaban baru yang tengah digerakan oleh revolusi komunikasi dan informasi.
Perubahan tersebesar yang diakibatkan oleh gelombang ketiga adalah, terjadinya pergeseran yang mendasar dalam sikap dan tingkah laku masyarakat . Salah satu ciri utama kehidupan di masa sekarang dan masa yang akan datang adalah cepatnya terjadi perubahan yang terjadi dalam kehidupan manusia. Banyak paradigma yang digunakan untuk menata kehidupan, baik kehidupan individual maupun kehidupan organisasi yang pada waktu yang lalu sudah mapan, kini menjadi ketinggalan zaman (Djamaluddin Ancok, 1998: 5). Secara umum masyakarat modern adalah masyarakat yang proaktif, individual, dan kompetitif.
Maka dari itu pendidikan Islam Perlu di eropakan yakni diselesaikan persoalan-persoalan umum internal pendidikan Islam yaitu (1) persoalan dikotomik, (2) tujuan dan fungsi lembaga pendidikan Islam, (3) persoalan kurikulum atau materi. Ketiga persoalan ini saling interdependensi antara satu dengan lainnya.
Selain itu perlunya akselarasi konsep pendidikan modern (konsep baru), yaitu ; pendidikan menyentuh setiap aspek kehidupan peserta didik, pendidikan merupakan proses belajar yang terus menerus, pendidikan dipengaruhi oleh kondisi-kondisi dan pengalaman, baik di dalam maupun di luar situasi sekolah, pendidikan dipersyarati oleh kemampuan dan minat peserta didik, juga tepat tidaknya situasi belajar dan efektif tidaknya cara mengajar (Dimyati Machmud, 1979 : 3). Pendidikan pada masyarakat modern atau masyarakat yang tengah bergerak ke arah modern (modernizing), seperti masyarakat Indonesia, pada dasarnya berfungsi memberikan kaitan antara anak didik dengan lingkungan social kulturalnya yang terus berubah dengan cepat.
Shipman (1972 : 33-35) yang dikutip Azyumardi Azra bahwa, fungsi pokok pendidikan dalam masyarakat saat ini dan yang akan datang perlu dibangun atas tiga bagian : (1) sosialisasi, (2) pembelajaran (schooling), dan (3) pendidikan (education). Pertama, sebagai lembaga sosialisasi, pendidikan adalah wahana bagi integrasi anak didik ke dalam nilai-nilai kelompok atau nasional yang dominan. Kedua, pembelajaran (schooling) mempersiapkan mereka untuk mencapai dan menduduki posisi social ekonomi tertentu dan, karena itu, pembelajaran harus dapat membekalai peserta didik dengan kualifikasi-kualifikasi pekerjaan dan profesi yang akan membuat mereka mampu memainkan peran sosial-ekonomis dalam masyarakat. Ketiga, pendidikan merupakan "education" untuk menciptakan kelompok elit yang pada gilirannya akan memberikan sumbangan besar bagi kelanjutan program pembangunan"
Selain itu ini nampaknya pendidikan Islam harus menyiapkan sumber daya manusia yang lebih handal yang memiliki kompotensi untuk hidup bersama dalam era global. Menurut Djamaluddin Ancok "salah satu pergeseran paradigma adalah paradigma di dalam melihat apakah kondisi kehidupan di masa depan relatif stabil dan bisa diramalkan (predictability). Dan saat ini semakin sulit untuk melihat adanya stabilitas yang normal Apa yang terjadi di depan semakin sulit untuk diprediksi karena perubahan menjadi tidak terpolakan dan tidak lagi bersifat linier". Maka, pendidikan Islam sekarang ini disainnya tidak lagi bersifat linier tetapi harus didisan bersifat lateral dalam menghadapi perubahan zaman yang begitu cepat dan tidak terpolakan. Untuk itu, lebih lanjut Djamaluddin Ancok yang mengutip Hartanto : 1997: Hartanto, Raka & Hendroyuwono, 1998, mengatakan bahwa pendidikan (termasuk pendidikan Islam) harus mempersiapkan empat kapital yang diperlukan yakni kapital intelektual, kapital sosial, kapital lembut, dan kapital spritual.
Tantangan ini tidak muda untuk penyelesaiannya, tidak seperti membalik telapak tangan. Untuk itu, pendidikan Islam sangat perlu mengadakan perubahan atau mendesain ulang konsep, kurikulum dan materi, fungsi dan tujuan lembaga-lembaga, proses, agar dapat meneuhi tuntatan perubahan yang semakin cepat.

Kesimpulan
Pendidikan di Indonesia harus belajar dari peradaban barat dalam hal ini untuk memajukan bangsa dan negara Indonesia, baik dari segi filsafatnya, epistimologinya, ontologinya, aksiologinya. Dan khusus untuk pendidikan Islamharus didisain untuk dapat membantu meningkatkan ketrampilan dan pengetahuan untuk bekerja lebih produktif sehingga dapat meningkatan kerja lulusan pendidikan di masa datang. Selain itu perlu disain pendidikan Islam yang tidak hanya bersifat linier saja, tetapi harus bersifat lateral dalam menghadapi perubahan zaman yang begitu cepat. Pendidikan Islam harus mengembangkan kualitas pendidikannya agar memenuhi kebutuhan-kebutuhan masyarakat yang selalu berubah-berubah. Lembaga-lembaga pendidikan Islami harus dapat menyiapkan sumber insani yang lebih handal dan memiliki kompotensi untuk hidup bersama dalam ikatan masyarakat modern

DAFTAR PUSTAKA
Prasetya, 2000. Filsafat Pendidikan, Pustaka Setia:Bandung.
Titus, Smith, Nolan.1996. Persoalan-persoalan Filsafat, Bulan Bintang: Jakarta.
Ali Saifullah .1998 Antara Filsafat dan Pendidikan, Usaha Nasional: Surabaya
Zuhairini..1995. Filsafat Pendidikan Islam, Bumi Aksara: Jakarta.
Abuddin Nata, 1995 .Filsafat Pendidikan Islam, Logos Wacana Ilmu; Jakarta
Ahmad Tafsir,2008.Filsafat Umum Akal dan Hati sejak Thales sampai Capra, RemajaRosdakarya ;Bandung.

________________,2006. Filsafat pendidikan Islam,Rosdakarya:Bandung
Suhartono suparlan.2006.Filsafat Pendidikan, Ar-Ruzz Media ; Yogyakarta.
O’neil Wiliam.intan Omi (terj).2001. Idologi-ideologi pendidikan, Pustaka pelajar :Yogyakarta

Azra azumardi, 1998. esai-esai Intelektual Muslim pendidikan Islam, Logos; Ciputat
Rahardja Mudjia,2006, Quo vadis pendidikan Islam,UINPress;Malang.
Ar-Razzidin, Nizar Samsul.2005. Filsafat pendidikan Islam,CiputatPress ; Ciputan .
Ahmad Syafi'i Ma'arif. 1991 Pemikiran tentang Pembaharuan Pendidikan Islam di Indonesia, DalaPendidikan Islam di Indonesia antara Cita dan Fakta, Editor : Muslih Usa, Tiara Wacana:Yogyakarta.

M.Rusli Karim . 1991.Pendidikan Islam di Indonesia antara Cita dan Fakta, editor, Muslih Usa, Tiara Wacana, Yogyakarta.

Paulo Freire,dkk..1999 Menggugat Pendidikan Fundamental Konservatif Liberal Anarkis, Terj., Omi Intan Naom Pustka Pelajar: Bandung.

*Arief Sugianto tugas MK PPI
aktifis FORSIFA Dan Jurnalis Koran Kampus Bestari UMM
Share this article :
 
Support : Creating Website | giea sugianto | Mas giea
Copyright © 2011. AKSETISME.com - All Rights Reserved
Template Created by gea creative Published by Mas giea
Proudly powered by 503