Home » , » filsafat pendidikan Islam

filsafat pendidikan Islam


1.Tiga Macam Rumusan Tujuan Pendidikan Islam Dan Paradigma Yang Melatarbelakangi Perumusan Tersebut.

a.Pendekatan Melalui Normatif Filosofis
Setrategi perumsan tujuan pendidikan Islam merupakan bagian terpenting dari diskursus tentang Filsafat Pendidikan Islam. Dan tujuannya adalah sesuatu yang dicari atau sesuatu yang diperoleh, yang merupakan suatu hal yang sangat berharga. Oleh karena itu upaya merumuskan tujuan pendidikan Islam harus berparadigma dari nilai-nilai yang paling berharga berupa core bilief dan core values Islam tentang dan kehidupan ini, mengingat persoalan pendidikan adalah persoalan hidup. Berangkat fakta tersebut tujuan pendidikan Islam harus mengarah kepada nilai-nilai Islam tentang hidup dan kehidupan manusia yang hakiki agar aktifitas pendidikan benar-benar mengarah kepada sesuatu yang ideal dalam pembentukan pribadi terdidik dalam kehidupan masyarakat.

Nilai-nilai yang paling berharga yang harus dijadikan paradigma dalam tujuan pendidikan Islam, diantaranya adalah nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan, dan kealaman. Dan lebih luasnya yakni:
a)Nilai-Nilai Filosofis
b)Nilai-Nilai Akhlaq
c)Nilai-Nilai Ilmiah
d)Nilai-Nilai Spiritual
e)Nilai-Nilai Karya
f)Nilai-Nilai Ekonomi atau Harta
b.Pendekatan Melalui Analisis Historis
Sejarah merupakan suatu peristiwa masa lalu yang bermakna bagi perjalanan hidup manusia kedepan. Sejarah yang memberikan pengalaman, pelajaran dan hikmah yang amat berharga tentang kebaikan, keburukan dan keterpurukan umat. Nilai-nilai tersebut harus ditanamkan pada diri anak didik agar dapat membentuk kepribadian yang tangguh, jiwa nasionalisme atau patriotisme, kearifan, hikmah dan terhindar dari bodoh.
c. Pendekatan Melalui Analisis Ilmiah Tentang Kehidupan Yang Aktual
Perumusan tujuan pendidikan yang melalui analisis ini dimaksudkan agar lulusan pendidikan senantiasa kontekstual dengan dinamika tuntutan masyaraskat. Setrategi tersebut terdiri dari: pertama, Strategi Investasi Sumber Daya Manusia (manpower Approach). Dimana lulusan pendidikan harus mampu memenuhi tuntutan ketenagakerjaan yang diperlukan oleh masyarakat. Kedua, Teori Ekonomi Neoklasik. Pendidikan adalah investasi, oleh karena itu pendidikan haruslah ,menghasilkan manusia-manusia produktif yang mampu menghasilkan nilai tambah bagi pertumbuhan ekonomi.

Jadi melaui ketiga aspek pendekatan tersebut, secara terpadu diperlukan untuk mendapatkan penetapan tujuan yang lebih realistis dan ketiga pendekatan tersebut secara berimbang atau dinamis agar hakikat dari tujuan pendidikan Islam terlaksana.
2.Perkembangan Pemikiran Filsafat Pendidikan

a.Behaviorisme
Paradigma ini berpendapat bahwa: pertama, perilaku anak didik itu terbentuk oleh pengaruh orang dewasa terutama orang tua dan guru. Dalam Psikologi perkembangan aliran ini mirip dengan aliran empirisme John Lock yang mengatakan anak baru lahir bagaikan kertas putih yang mana perkembangannya sangat ditentukan oleh faktor lingkungan. Kedua, tindakan mengikuti stimulus-respon, sehingga bersifat reaktif. Ketiga, hadiah dan hukuman memegang peran penting. Maka asumsinya anak yang melakukan tindakan positif adanya hadiah atau sebaliknya.
Sedangkan dalam konsep Agama Islam kita mengetahui perkembangan anak itu sebagaimana tercantum dalam hadits nabi yang artinya “sesungguhnya anak itu dilahirkan dalam keadaan fithrah dan menjadi yahudi, nashrani, atau majusi itu tergantung dari orang tuanya ”. artilnya bahwa anak itu hakikatnya terlahir dalam keadaan suci dan dalam perkembangan selanjutnya yakni yang berupa karakter dasar adalah orang tuanya, karena proses pemeblajaran dan factor lingkungan.

b.Konservatisme
Dalam dunia pendidikan seorang konservatif beranggapan bahwa sasaran utama sekolah adalah pelestarian dan penerusan pola-pola social serta tradisi-tradisi yang sudah mapan. Ada dua ungkapan dasar konservatif dalam pendidikan. Pertama, konservatifisme pendidikan religius, yang menekankan peran sentral pelatihan rohaniah sebagai pembangunan karakter moral yang tepat. Kedua, konservatisme pendidikan sekuler, yang memusatkan perhatiannya pada perlunya melestarikan dan meneruskan keyakinan-keyakinan yang telah ada, sebagai cara untuk menjamin pertahanan hidup secara sosial serta efektivitas secara kuat oleh orientasi pendidikan yang bersifat lebih alkitabiyah dan evangelish (mendakwahkan agama) yang secara theology jelas-jelas secara liberal.

Bagi mereka ketidak sederajatan masyarakat merupakan suatu hukum kesederajatana alami, suatu hukum yang mustahil di hindari serta sudah merupakan ketentuan sejarah atau bahkan takdir tuhan. perubahan sosial bagi mereka bukanlah suatu hal yang harus diperjuangkan, karena perubahan akan membuat manusia akan lebih sengsara saja. Dalam bentuknya yang klasik atau awal paradigma konservatif dibangun berdasarkan keyakinan bahwa masyarakat pada dasarnya tidak bisa merencanakan perubahan atau mempengaruhi perubahan sosial, hanya tuhanlah yang merencanakan perubahan keadaan masyarakat. Tokoh-tokohnya adalah Edmund Burke James Medison dan lain-lain.
c.
Liberalisme
Liberalisme merupakan paradigma berfikir dan kebudayaan yang tengan menjadi mainstream dunia. dimana atmosfir pemikiran maupun konstalasi kemanusiaan konteporer didominasi paradigma liberal ini, sebagai entitas budaya pendidikan dengan sendirinya tidak luput dari keharusan mengikuti madhzab liberal, yang berpijak pada sekulerisme, individualisme, dan pragmatisme. pengaruh tersebut dalam pendidikan Barat tampak pada mengemukannya paradigma pendidikan progresifisme, yang setiap memandang individu sebagai pihak yang paling tahu hal yan terbaik untuk dirinya sendiri. sekolah atau guru tidak berhak menentukan tata nilai yang harus dan tidak semestinya bagi siswa-siswanya.

Selain ide-ide liberal tersebut aliran ini menganggap mengenai pendidikan yakni berangkat dari keyakinan bahwa memang ada masalah di masyarakat tetapi bagi mereka pendidikan tidak ada kaitannya dengan persoalan politik dan ekonomi masyarakat. Dengan keyakinan seperti itu tugas pendidikan tidak ada sangkut pautnya dengan persoalan politik dan ekonomi. sungguhpun demikian, kaum liberal selalu berusaha untuk menyesuaikan pendidikan dengan keadaan ekonomi dan politik di luar dunia pendidikan, dengan jalan memecahkan berbagai masalah yang ada dalam pendidikan dengan usaha reformasai “kosmetik”. umumnya yang yang dilakukan adalah seperti: perlunya membangun kelas dan fasilitas baru, memoderenkan peralatan sekolah dengan mengadakan computer yang lebih canggih dan laboratorium, serta berbagai usaha usaha untuk meningkatkan rasio kesehatan murid-guru. selain itu juga berbagai investasi untuk meningkatkan metodologi dan kurikulum guna meningkatkan lulusan sebagaimana harapan masyarakat pasca-industrialis.

d.Pragmatisme
Paradigma ini menganggap sebuah gagasan (pendidikan) adalah “benar” jika (dan sejauh) ia menuntun kearah konsekuensi-konsekuensi efektif ketika diterapkan ke penyelesaian masalah yang nyata (praktis)

e.Humanisme
Paradigma humanisme berpendapat: pertama, perilaku manusia itu dipertimbangkan oleh multiple intellegencenya . bukan hanya kecerdasan intelektual semata , tetapi juga kecerdasan emosional dan sepiritual. dua kecerdasan terakhir tidak kalah pentingnya dalam menentukan keberhasilan anak didik. bahkan menurut Golmen (2003) justru kecerdasan emosionallah yang paling menentukan keberhasilan anak didik kelas. sedang Danah Zohar (2000), justru kecerdasan yang terakhir (kecerdasan emosional ) yang paling menentukan keberhasilan anak didik.
Melalui kecerdasan sepurituallah kecerdasan lain bisa terkondisi dan berkembang secara maksimal. kedua, anak didik adalah makhluk hidup yang berkarakter dan berkepribadian serta aktif dan dinamis dalam perkembangannya, bukan “benda” yang pasif dan yang hanya mampu mereaksi atau merespon faktor eksternal. Ia memiliki potensi bawaan yang penting. karena itu pendidikan bukan membentuk anak didik sesuai dengan keinginan guru, orang tua ataupun masyarakat, melainkan pembentukan kepribadian dan self concept. Kepribadian dan self concept inilah yang selanjutnya akan memegang peran penting ehidupannya. ketiga, lebih menekankan “to Be” dan aktualisasi diri. biarlah anak didik menjadi diri sendiri, peran pendidik adalah menciptakan kondisi yang terbaik melalui motivasai, pengilhaman, pencerahan, dan pemberdayaan. keempat, pembelajaran harus berpusat pada diri siswa. siswalah yang aktif, yang mengalami dan yang paling merasakan adanya pembelajaran. Bukan semata-mata guru yang mengajar, yang memberi stimulus atau yang beraktualisasi diri.
f.Kritis
Pendidikan bagi mereka merupakan arena perjuangan politik, yang menghendaki perubahan struktur secara fundamental dalam politik ekonomi masyarakat dimana politik berada. bagi mereka kelas dan diskriminasi gender dalam masyarakat tercermin pula dalam dunia pendidikan. dalam perspektif kritis, urusan pendidikan adalam melakukan refleksi kritis terhadap “the dominant ideologi” kearak transformasi sosial. Paradigma pendidikan dari ideologi kritis ini berimplikasi terhadap sub-sistem pendidikan di lembaga-lembaga formal.

3.Aliran-Aliran Pemikiran Dalam Islam Dan Pengaruhnya Terhadap Pemikiran Pendidikan Islam

1.Perkembangan Aliran Pemkiran Pendidikan Islam
Dalam perkembangan aliran dalam filsafat Islam telah menghasilkan pemikiran-pemikiran yang khas dalam berbabagai bidang hidup kehidupan manusia dan dalam hal berhubungan dengan Tuhan dan alam semesta. Dalam arus Pemikiran filsafat ada empat golongan yaitu Pripetetik (Masa’i) tokohnya Aristoteles, Al-Kindi, dan Al-Farabi, Iluminasi (Isroqi) Plato, Suhrowardi, Irfan dengan tokoh Al-Hallaj, Ibnu Arabi. Kalam yang terbagi menjadi tiga kelompok yakni, As’ariah dengan pendekatan jabariyah atau determininistik, Mu’tazilah dengan pendekatan bebes atau free will, Syiah dengan tokohnya sheh Mufid, seheh Attusi, dengan pendekatan Amru baina amrain/intregratif. Sedang kelima adalah perpaduan antara empat aliran tersebut dalam Muta’aliyah (Filsafat transcendental/Madzab Shadariyah).
Jadi seperti penjelasan tersebut maka aliran akan membawa pada perunahan pada filsafat pendidikan Islam atau keadaan Islam, yang akan diuraikan berdasarkan tokoh-tokoh pemikir dalam proses pembaharuan pendidikan Islam, dimano tokoh-tokon ini juga mengambil ide-ide aliran dalam filsafat pendidikan Islam Diantaranya :

a. Al-Ghozali
Filosuf muslim dengan nama lengkap Abu Hamid bin Muhammad Ahmad Al-Ghoyali lahir di Thus pada tahun 405H/1058M. Diantara pemikiranya yang terpenting tentang pendidikan Islam tertuang dalam tiga karyanya yakni Fatihah al-kitab, Ayyuha al-Walad dan Ihya ‘ulun al-Din. dari karyanya tersebut terlihat bahwa Al-Ghozali merupakan sosok pemerhati terhadap proses traninternalisasi ilmu dan pelaksanaan pendidikan. menurut Al-Ghozali transinternalisasi ilmu dan proses pendidikan merupakan sarana utama dalam mensyiarkan agama Islam. secara sistematis, pemikirannya memiliki corak yang tersendiri. ia secara jelas dan tuntas mengungkapkan pendidikan sebagai suatu sestem yang terdiri dari beberapa komponen. totalitas pandangannya meliput hakikat tujuan pendidikan, pendidik, peserta didik, materi, dan metode pendidikan.

b.Ibn Khaldun
Pemilik nama lengkap Abd’ Al-Rahman Abu Zaid ibn Muhammad Ibn Muhammad ibn Khaldun lahir di Tunesia 732H/1332M ini merupakan pemikir atau filosuf yang sangat termasyur di dunia. dengan karya monumentalnya berjudul al-Muqaddimah yang merupakan sebuaah karya pengantar dari karya universalnya. pandangan khaldun tentang dunia pendidikan Islam berpijak pada konsep dan pendekatan filosofis-empiris, melalui pendekatan ini memberikan arah terhadap visi tujuan pendidikan Islam secara ideal dan praktis.

c.Ikhwan Al-Shafa
Ikhwan Al-Shafa adalah perkumpulan rahasia yang bergerak dalam lapangan ilmu pengetahuan. Yang memiliki arti persaudaraan yang suci dan bersih, maka azas utama perkumpulan adalah persaudaraan yang dilakukan secara tulus ikhlas kesetiakawanan, yang suci murni. Perkumpulan ini lahir pada abad ke-10 M. dan secara umum kemunculan pergerakan ini dilatarbelakangi oleh keprihatinan oleh pelaksanaan ajaran Islam yang telah tercemar oleh ajaran-ajaran diluar Islam.
Menurutnya, pendidikan merupakan suatu aktivitas yang berhubungan dengan kebijaksanaan, maka gerakan ini memfokuskan untuk mempelajari filsafat Yunani, Persia, dan lain-lain. Pandangannya mengenai pendidikan bahwa pendidikan akan dikatakan bijaksana apabila dapat memberikan pendidikan yang terbaik kepada peserta didik.

d.K.H Ahmad Dahlan
Ahmad Dahlan lahir di Yogyakarta 1868-1923. setelah beliau belajar di Mesir dan sekembalinya ke Indonesia dia melihat penyelewengan tentang ajaran agama Islam yang mana setelah itu Ahamad Dahlan menginginkan pemurnian ajaran agama Islam. Hal ini oleh Ahmad Dahlan diatasi dengan mendirikan pendidikan dan lembaga social sebagai wujud kepeduliannya terhadap kondisi umat pada saat itu.
Melalui Muhammadiyah yang Beliau dirikan pada tahun 1912, Ahmad Dahlan membangun lembaga pendidikan yang menjadi dasar dari pola piker tentang pendidikan yang ideal yang diinginkannya. Menurutnya, pelaksanaan pendidikan hendaknya didasarkan pada landasan yang kokoh yang merupakan landasan filosofis dalam merumuskan konsep pendidikan dan tujuan ideal pendidikan Islam. Hematnya juga bahwa pendidikan Islam hendaknya diarahkan kepada usaha pembentukan manusia muslim yang berbudi luhur alim dalam agama luas pandangan dan paham masalah keduniaan serta bersedia berjuang untuk kemajuan masyarakat. Dalam menerapkan konsep pendidikan beliau mencontoh konsep Barat sehingga menimbulkan perlawanan dari masyrakat setempat.

e.Zainudin Labay El-Yunus
Syeh Zainudin Labay Al-Yunusi yang dilahirkan di Bukit Surungan Padangpanjang 1890-1924 dan ia sekolah di Governement Padangpanjang karena tidak merasa puas dengan metode pembelajarannya saat itu ia keluar. Walaupun demikian semangat untuk belajar tidak pudar, maka ditempuhlah secara outodidak kepada kyai-kyai yang ternama pada saat itu. Dan ia juga mempelajari buku-buku Barat sehingga muncul semangat pembaharuan pendidikan Islam pada dirinya. Hal ini terbukti dengan aktivitas pendidikan yang dilakukannya, melalui didirikannya lembaga sekolah yang diberi nama Diniyyah School pada tahun 1915 M yang menjadi awal mula pesantren modern di Indonesia.

f.Syeh Muhammad Naquib Al-attas
Dilahirkan di Bogor 1931 dia adalah intelektual Islam yang sejak masa kecilnya telah dihadapkan dengan realita masyarakat bebas dan keras pada masa kolonial. Dan dia berhasil menyelesaikan pendidikannya mulai pendidikan dasar dan perguruan tingginya pada usia muda dan yang lebih fantastis dan mendapat gelar Profesor dalam usia muda. Dan karya-karyanya sungguh tidak terhitung jumlahnya dan memberikan manfaat yang besar terhadap dunia pendidikan umumnya kepada dupnia Islam.

g.Rahmat El-Yunushia
Dia lahir di Padangpanjang 1318 H-1338 H. Dalam dunia pendidikan ia lebih terkonsentrasi pada pendidikan wanita atas dorongan keyakinan bahwa terdapat maslah-masalah yang berlaku bagi perempuan yang hanya dapat diberikan oleh perempuan pula. Maka ia medirikan madarasah diniyyah putri yang memberi pengajaran tentang pengetahuan dan keterampilan kaum perempuan. Dan ide pembaharuan yang ditawarkan dan pada waktu itu belu dikenal yakni menyeimbangkan aspek kognitif, afektif dan psikomotor dalam proses mendidik.

h.Hasyim Asy’ari
Dilahirkan di Jombang Jawa Timur yang merupakan pendiri organisasi Islam yang bernama Nahdlotul Ulama’. Dan dia merupakan ulama’ tradisiopnal yang sangat produktif, hal ini terbukti dengan banyaknya karaya yang telah dihasilakan dan salah satunya adalah kitab yang berbicara tentang pendidikan yang sangat fenomenal yaitu Adab Al-‘Alim wa Al-Muta’alim Fiimaa Yahtaj Ilah Al-Muta’alim fii Ahua Ta’alum Wama Yataqof Ta’limihi. Yang berisi tentang bahtera pemikirannya tentang pendidikan.

4.Ayat-ayat Al-Qur’an dan Hadits serta penjelasan para ulama’ yang menjadi dasar pemikiran pendidikan islam tentang tujuan pendidikan, metode pembelajaran, interaksi edukatif guru-murid, lingkungan pendidikan.

a.Tujuan Pendidikan
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku”.
Sedangkan menurut Rosulullah Bahwasannya tujuan pendidikan Islam itu tertuang dalam sabdanya “I’maluu fakullun muyassarun lima Khuliqo lahuu” yang artinya bekerjalah kamu maka setiap orang akan dimudahkan menuju sesuatu yang diciptakan Allah untuknya.
Pendidikan Islam merupakan pendidikan yang berkesadaran dan bertujuan, Allah telah menyusun landasan pendidikan yang jelas bagi seluruh umat manusia melalui syari’at Islam. Konsep ketinggian dan ke-Universal-an harus difahami. Seperti pengkajian alam semesta yang disertai dengan pemahaman atas kejelasan dan landasan tujuan penciptaannya dan berakhir pada semakin kuatnya keyakian dan keimanan manusia atas keberadaan Allah.
Allah menciptakan alam semesta dengan tujuan yang jelas, Allah mencipitakan manusia dalam tujuan untuk menjadi kholifah di muka bumi melalui ketaatan. Untuk memdukan kedua penciptaan tersebut diperlukan orientasi tujuan manusia yang jelas, maka Allah memberikan hidayah serta berbagai fasilitas alam semestasebagai sarana.

b.Metode Pembelajaran
Pada intinya metode pendidikan Islam sangat efektif dalam membentuk kepribadian anak didik. Dan memotifasi anak didik sehingga aplikasi metode ini menginginkan puluhan ribu kaum muslimin dapat membuka hati manusia untuk mendapatkan petunjuk ilahi dan konsep-konsep perdadaban Islam. Metode yang dianggap paling penting adalahsebagai berikut:
Metode dialog Qur’ani dan Nabawi
“Qosamtu Ash-sholat bainii wa bainaa abdii nishfaini wa lii ‘abdi maa saala” yang artinya aku membagi sholat antara akku dan hambaku untuk-Ku separuh dan separuhnya lagi untuk hamba-Ku dan baginya apa yang dia pinta. HR. Muslim.
Metode melalui kisah-kisah Qur’ani dan Nabawi
Dalam mendidik anak didik dalam pendidkan Islam melalui metode kisah-kisah dapat memberikan dampak secara psikologis dan edukatif yang mengarahkan anak didik kepada kehangatan perasaan kehidupan kedinamisan jiwa selain itu kisah dapat membangkitkan kesadaran jiwa akan cerita tersebut. Sebagaimana contohnya dalam ayat Al-Qur’an surat Hud ayat 49, disajikan untuk mengokohkan risalah Rosulullah
“Itu adalah di antara berita-berita penting tentang yang ghaib yang Kami wahyukan kepadamu (Muhammad); tidak pernah kamu mengetahuinya dan tidak (pula) kaummu sebelum ini. Maka bersabarlah; Sesungguhnya kesudahan yang baik adalah bagi orang-orang yang bertakwa.”
Al-Baqoroh (260) yang memberikan penjelasan rinci tentang kekuasaan Allah.
“Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata: "Ya Tuhanku, perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan orang-orang mati." Allah berfirman: "Belum yakinkah kamu ?" Ibrahim menjawab: "Aku telah meyakinkannya, akan tetapi agar hatiku tetap mantap (dengan imanku) Allah berfirman: "(Kalau demikian) ambillah empat ekor burung, lalu cincanglah semuanya olehmu. (Allah berfirman): "Lalu letakkan diatas tiap-tiap satu bukit satu bagian dari bagian-bagian itu, kemudian panggillah mereka, niscaya mereka datang kepadamu dengan segera." dan ketahuilah bahwa Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”.

Mendidik melalui perumpamaan Qur’ani dan Nabawi
Perumpamaan Qur’ani nabawi ini tidak hanya menunjukkan ketinggian karya seni hanya ditunjukkan untuk meraih keindahan balagho semata, tetapi memiliki tujuan psikologis edukatiuf, diantaranya memudahkan pemahaman tentang konsep untuk memahami makna spiritual suatu perkara, mempengaruhi emosi secara konsep sejalan dengan konsep yang diumpamakan dan untuk mengembangkan aneka perasaan ketuhanan, membina akal untuk terbiasa berfikir secara valit dan analogis, mampu menciptakan motivasi yang menggerakkan mental dan emosional seseorang. Misalnya dalam Al-Qur’an surat Ar-Ra’d ayat 17 tentang kemukjizatan balaghohnya.
“Allah telah menurunkan air (hujan) dari langit, Maka mengalirlah air di lembah-lembah menurut ukurannya, Maka arus itu membawa buih yang mengambang. dan dari apa (logam) yang mereka lebur dalam api untuk membuat perhiasan atau alat-alat, ada (pula) buihnya seperti buih arus itu. Demikianlah Allah membuat perumpamaan (bagi) yang benar dan yang bathil. Adapun buih itu, akan hilang sebagai sesuatu yang tak ada harganya; Adapun yang memberi manfaat kepada manusia, Maka ia tetap di bumi. Demikianlah Allah membuat perumpamaan-perumpamaan”.
Mendidik melalui keteladanan
Dalam sebuah pendidikan untuk membentuk kepribadian dasar siswa diperlukan sebuah figur teladan sebagaimana QS. Al-Ahzab (21)
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah”.
Dalam ayat tersebut potret tokoh panutan bagi umat. Kemudian dalam pendidikan diperlukan pentingnya sosok panutan sebagaimana panutan tersebut beperilaku seperti sunnah nabi.
 Mendidik melalui aplikasi dan pengamalan
Agama Islam adalah agama yang realis bukan agama yang irasional yang mengetengahkan kjonsep-konsep abstrak yang menjadi sulit difahami oleh penganutnya. Dalam sistem pendidikan pengajaran pendidikan agama Islam harus sesuai dengan apa yang diinginkan oleh agama itu sendiri. Yaitu melalui praktek dan perbuatan. Sedangkan nabi sendiri ketika membina para sahabat menggunakan metode praktek langsung, misalnya ketika mengajarkan sholat beliau memimpin langsung para sahabat dari atas mimbar, sementara para sahabat mejadi makmum dibelakang beliau.
Mendidik melalui nasihat
Pendidikan melalui nasihat ini tertuang dalam QS. Al-Luqman (13-19) dan QS An-Nahl (125)
Mendidik melalui Targhib wa Tarhib
Model pendidikan Islam ini didasarkan atas perkara yang memang telah allah ciptakan dalam diri manusia, yaitu kecintaan terhadap kelezatan, kenikmatan, kemewahan, kehidupan yang lestari, serta ketakutan terhadap kepedihan, kecelakaan, dan tempat kemballi yang buruk. Seperti yang tertuang dalam QS. Maryam (70-72) dan QS Az-Zumar (15-16)

c.Interaksi Edukatif Guru-Murid
Hal ini disebutkan dalam QS. Al-Kahfi (70-78), QS. Fhusilat (33-34), dan lain-lain.
d.Lingkungan Pendidikan
Lingkungan pendidikan yang dimaksud di sini adalah segala tempat yang dapat menunjang keberlangsungan proses belajar mengajar tersebut. Seperti, lingkungan keluarga, masyarakat dan sekolah. Dalam memahami lingkungan tersebut tertunag dalam QS. Al-Hadid (27)

“Kemudian Kami iringi di belakang mereka dengan Rasul-rasul Kami dan Kami iringi (pula) dengan Isa putra Maryam; dan Kami berikan kepadanya Injil dan Kami jadikan dalam hati orang- orang yang mengikutinya rasa santun dan kasih sayang. dan mereka mengada-adakan rahbaniyyah. Padahal Kami tidak mewajibkannya kepada mereka tetapi (mereka sendirilah yang mengada-adakannya) untuk mencari keridhaan Allah, lalu mereka tidak memeliharanya dengan pemeliharaan yang semestinya. Maka Kami berikan kepada orang-orang yang beriman di antara mereka pahalanya dan banyak di antara mereka orang-orang fasik”.
5. Alasan Umat Islam Menjadi Yang Terbelakang Dalam Bidang Pendidikan Dengan Solusi Dalam Prespektif Filsafat Pendidikan

Sebagaimana yang dikatakan oleh Abdur Rahman Mas’ud dalam pengantar buku yang ditulis oleh Tobroni, menyebutkan bahwa kemunduran umat Islam sangat terkait erat dengan tradisi filsafat, yang dimulai pada abad 7 samapai 11 M Islam menunjukkan kehebatannya dalam pencapian ilmu baik agama atau nonagama. Islam yang dibawa ole nabi Mujhammad saw lahir belakangan tetapi menguasai dunia terlebih dahulu meninggalkan Kristen dibelakang pada rentan abad ini muncullah para pemikir dan intelektual Islam yang amat begitu melegenda dan membawa umat Islam ke dalam peradaban yang lebih maju, karena para tokoh tersebut telah berafilisiasi dalam intelektualnya dengan filsafat (pintu ijtihad terbuka lebar). Akan tetapi setelah abad ke 11 banyak para tokooh Islam menganggap pintu ijtihad telah tertutup (tak berfilsafat). Dan terjadinya degradasi pemikiran pada saat itu. Sehingga mengakibatkan Islam tertindas dengan keadaan itu. Kemudian terjadinya peralihan secara besar-besaran sistem politik Islam yang berakibat pada hancurnya kerajaan-kerajaan Islam yang telah menguasai dunia.
Menurut John W bahwa kemunduran Islam itu lebih disebabkan oleh aspek sosial politik dan hal ini tercermin dari runtuhnya daulah di Andalusia yang merupakan pusat studi ilmu pengetahuan di dunia. Kemudian terjadinya perang Salib yang begitu merugikan dunia pendidikan dlam Islam. Dana hal ini ditandai dengan tragedi mahadahsat yaitu penghancuran perpustakaan Islam.
Menurut Suparlan Suhartono bahwa kemunduran Islam dikarenakan muncul imperium baru yakni, Barat yang telah berhasil memasukkan ide-idenya secara sengit (Liberalisme, sekulerisme, dan lain-lain). Dan menjadikan kondisi internal Islam terjadi krisis multidimensional seperti kemunafikan politik kebangkrutan ekonomi, ketidakadilan hokum, kehancuran pendidikan dan kebudayaan dan masyarakatnya terlalu idealis. Dan dapat disimpulkan dengan kejadian tersebut umat Islam cenderung terpecah belah.

SolusiUntuk mengembalikan kejayaan Islam salah satunya adalah memperbaiki sistem pendidikan khususnya pendidikan Islam. Dimana dalam pengemabalian sistem pendidikan ini tidak tergantung pada sistem pendidikan yang lama, namun terdapat inovasi-inovasi yang dapat membangkitkan semangat untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah dirumuskan dalam masa krisis intelek ini. Selanjutnya ketika Islam menginginkan kejayaan sesuai dengan keadaan awal, maka pendidikan Islam harus mampu mengorek secara riil sesuai dengan, pertama, peradigma filosofis yakni mencari model-model yang ideal dalam pendidikan Islam, sehingga mampu mengarah kepada tradisi filsafat yang hidup pada abad 7-11 M. Kedua, paradigma theologis yakni suatu pendidikan yang mempu mengejawantahkan tentang nilai, norma, dan ajaran Islam tentang pendidikan itu sendiri. Ketiga, paradigma spiritualitas, kemajuan peradaban yang dimotori oleh kemajuan scien dan teknologi, konsekuensi dari pendidikan sebagai education as growth dan education as Social fungcion. Mengatakan bahwa fungsi pendidikan yang utama adalah, pendidikan adalah human investment.

Referensi
1. Tafsir, Ahmad. 2006. Filsafat Pendidikan Islam. Bandung: Rosda karya
2. Tobroni. 2008. Pendidikan Islam Paradigma Teologis, Filosofis dan Spiritualitas. Malang: UMM Press.
3. Boy Pradana ZTF.2003. Filsafat Islam. Malang: UMMpress.
4. O’Neil F Wililliam, Education Ideologies: Contemporary Exppressions of Educational Philosopies (Amerika Serikat:Goodyear Pubhlising Company:1981). Alih bahasa Omi Intan Naomi, 2002. Ideologi-ideologi Pendidikan. Pustaka pelajar:Yogyakarta

5. Suparlan, Suhartono. 2006. Filsafat Pendidikan. Jogyakarta: Ar-Ruzz.
6. An-Nahlawi, Abdurrahman. 1995. Pendidikan Islam di Rumah Sekolah dan Masyarakat. Jakarta: Gema Insani Press.
7. Hanafi Ahmad. 1990. Pengantar Filsafat Islam. Bulan Bintang: Jakarta.
8. Prasetya.1999. Filsafat Pendidikan. Pustaka Setia: Bandung.
9. Zuhairini. dkk.1995. Filsafat Pendidikan Islam. Bumi Aksara: Jakarta.
10. Nata Abuddin.1997. Filsafat Pendidikan Islam, Logos Wacana Ilmu: Jakarta.
Share this article :
 
Support : Creating Website | giea sugianto | Mas giea
Copyright © 2011. AKSETISME.com - All Rights Reserved
Template Created by gea creative Published by Mas giea
Proudly powered by 503