Latest Post
Showing posts with label PENDIDIKAN. Show all posts
Showing posts with label PENDIDIKAN. Show all posts
12:08
SISTEM PENDIDIKAN DI JERMAN
PENDIDIKAN DI JERMAN
Membangun Rasa Kebangsaan
oleh arif sugianto
Membangun Rasa Kebangsaan
oleh arif sugianto
Jika membincang
seputar pendidikan khususnya di Jerman, yang terlintas dalam benak pembaca
adalah sekolah-sekolah yang sangat teratur dengan dispilin yang sangat ketat
dengan setiap akitivitas pendidikan yang diatur hingga hal yang paling kecil
sedikitpun. Sehingga berita yang beredar di luar negri adalah suatu sistem
pendidikan yang diatur sedemikian hingga yang disesuaikan dengan upaya nasional
secara menyeluruh untuk mencapai supremasi militer. Sedangkan di dalam negri,
atau di Jerman sendiri, sekolah menadapatkan kepercayaan untuk mengangkat
status Negara dari kekalahan menuju kekaisaran yang besar hanya dalam kurun
waktu dua generasi. Hal ini menjadikan guru di Jerman adalah seorang pahlawan
yang mengukir sejarah
Dalam buku ini
dijelaskan, yang mengukir kesan kuat luar negri atas Jerman bukanlah pola
pendidikan yang ada bukanlah pola
pendidikan Jerman, namun adalah pola pendidikan di Prusia yang merupakan suatu
Negara bagian Jerman yang tetap merdeka hingga hampir sepanjang abad lalu.
Pada saat kekaisaran
Roma tidak kunjung berhasil untuk mendapatkan control politik atas sebagian
bangsa Jerman, di saat bangsa Franka dan kepala dinasti Merovingian berhasil
memperluas daerah kekuasaannnya hingga Elba dan sebagian besar wilayah yang
kini menjadi wilayah Prancis, Low Country dan Jerman Barat. Di sisi lain
Gereja Roma menegrahkan segala daya dan upayanya untuk mendirikan sekolah di pusat-pusat
populasi utama Jerman dengan mengelola sekolah biara. Tidak terlepas dari
kepentingan pendidikan gereja itu sendiri maka pendidikan yang dibangunnya
hanya meliputi pendidikan pendeta dan pendidikan rakyat bisa tidak di cakup.
Karena melihat
realita pendidikan di Jerman pada masa itu hanya sekedar untuk kalangan gereja,
maka untuk menghilangkan paham sekuler dan non religius serta pentingnya
pengetahuan akan membaca dan menulis seperti yang dirasakan oleh bangsa daerah
pesisir di Jerman, maka mereka menginginkan adanya pendampingan guru unruuk
mengarahkan mereka dalam melatih kemampuan membaca dan menulis. Berangkat dari
minat masyarakat inilah akhirnya bermunculan sekolah daerah yang mengajarkan
mereka membaca, menulis, membuat laporan keuangan, dan saat perdagangan
berkembang, dan belajar bahasa dari bahasa bangsa lain. Mulai saat itu
perkembangan sekolah dan perguruan tinggi meningkat pesat yang didalangi oleh
pemerintah kota praja setempat. Beriringan dengan itu maka sekolah-seolah latin
kotapraja mulai bermunculan yang mendukung pada bidang study Yunani dan Latin
Klasik sehingga memunculkan jenis khas sekolah yang dikenal sebagai Gymnasium
yang nantinya jenis sekolah ini akan menjadi standar ukuran sekolah menengah di
Jerman samapai sekarang.
Pada awal abad ke
15 hingga abad ke 19 pertikaian antara beberapa Negara berlangsung sengit di
Jerman hingga pada akhirnya tahun 1555 mereka sepakat untuk mengakhiri konflik
keagamaan itu dengan mengizinkan masing-masing pemimpin negara untuk memilih
agama yang dipercayainya yang kemudian ditegakkan di negaranya, dan mewajibkan
seluruh warga negara untuk mengikutinya. Kesepakatan ini dikenal dengan
perjanjian Augsburg (Peace of Augsburg). Sementara itu negara Protestan
mengambil alih tanah dan properti lain milik Gereja Katolik Roma, termasuk
sekolah-sekolah. Banyak sekolah-sekolah yang akan dirubah untuk tujuan
Protestan. Khususnya pelatihan pendeta, guru dan pemimpin lainnya. Seiring
dengan berkembangnya antusiasme terhadap agama baru maka bermunculanlah
sekolah-sekolah baru.
Akibat perjanjian
inilah yang akhirnya membuat Prusia untuk menganut paham Lutheranisme.
Dan follow up dari perjanjian ini muncullah sekolah-sekolah yang menerapkan
atau mengajarkan bahasa daerah (Vernacular School) di bawah naungan
gereja serta berdirinya gereja-gereja baru pun dipelopori oleh perjanjian ini.
Yang kemudian bagi anak yang berusia 6 hingga 12 tahun diwajibkan untuk belajar
dan bergabung disekolah ini. Selain Prusia, Bavaria pun mendirikan sekolah
untuk memenuhi kebutuhan praktis masyarakat serta kebutuhan religiusnya.
Kewajiban untuk sekolah pada anak usia 6 hingga 12 tahun ini memiliki
pengecualian bagi anak-anak bangsawan atau orang kaya yang mendapatkan
pendidikan dengan cara lain seperti mendatangkan guru di rumah-rumah mereka
hingga mereka siap untuk memasuki Gymnasium (sekolah menengah atas).
Berjalannya waktu mengalami beberapa masalah salah satunya adalah pada
aktivitas beberapa gereja yang tak begitu giat untuk melakukan kontroling
terhadap sekolah-sekolah yang berada di bawah gereja. Sehingga pemerintah
melakukan kebijakan untuk membentuk semacam cabang khusus dari pemerintah sipil
untuk menangani dan mengawasi beberapa lembaga pendidikan agar tidak terjadi
stagnasi dalam perkembangan pendidikan yang disebut dengan Oberschulkolllegium
atau komisi tinggi untuk sekolah. Walaupun menjadi bawahan dari pihak sipil
yang dibentuk oleh pemerintah namun sekolah menengah dan perguruan tinggi ini
memiliki hubungan yang erat terhadap gereja dan diwajibkan memberikan
pendidikan agama di dalamnya.
Perjalanan roda
pendidikan yang berjalan di Jerman khususnya negara bagian Prusia ini tidak
laepas dari pengaruh politik pada saat itu, dimana Napoleon melenyapkan
sebagaian daerah Prusia, memberatiya dengan hutang besar, membatasi pasukan
hingga 42.000 rang, dan menempatkan pasukan Prancis di tempatnya, oleh kaarena
itu kesempatan untuk membangun negara benar-benar tertutup. Namun, pendidikan
yang disediakan oleh Gymnasiendan universitas yang berkembang lewat
persaingan kota praja dan negara mulai menampakkan hasilnya. Hal ini dibuktikan
denan lahirnya para cendekiawan dan para penulis, diantaranya Kleist dan
Fichte, dengan memulai persenjataan diri spiritual kembali.
Dalam hal ini
terdapat beberapa faktor yang turut berperan dalam kemajuan pendidkan di Jerman
khususnya negara bagian Prusia. Peran sosial, walaupun tanpa pembiayaan resmi
dari pnegara, namun pemerintah tetap menginstruksikan terhadap gereja-gereja
yang ada untuk menggiatkan proses belajar mengajarnya, sehingga inovasi-inovasi
dalam pendidkan terus bermunculan, salah satunya adalah yang diprakarsai oleh
Francke, Basedow, dan Salzman yang memperlihatkan bahwasannya pentingnya
pendidikan dalam meningkatkan derajat sosial dan moral bangsa. Pembaharuan itu
juga meliputi tentang metode dan kurikulum pendidikan. Namun terdapat suatu
pembaharuan khusus yang sangat menarik yakni pendidikan yang dikembangkan oleh
Johann Heinrich Pestalozzi di Swiss, walaupun sangat religius, Pestalozzi
percaya bahwa prinsip panduan yang penting untuk mengembangkan karakter yang
kuat dan tujuan hidup yang layak dapat diajarkan paling baik apabila mberkembang
secara induktif dari pengalaman indrawi siswa sendiri. Oleh karen itu dia
berkonsentrasi pada penentuan pengalaman indrawi manakah yang paling baik
memenuhi tujuannya ini serta urutan cara penyamapaiannya. Kurikulum dan
meodologi yang dihasilkannya sangat mengesankan terutama para pejabat Prusia
dan mereka memutuskan untuk memasukkannya pada sekolah negeri. Dan perlu
diperhatikan bahwasannya sistem persekolahan di Prusia bukan merupakan hasil
tuntutan rakyat, melainkan dibentuk dan diadakan menurut titah raja.
Di sisi lain
struktur kekuasaan dan organisasi administratif juga memberikan andilnya dalam
pembangunan jerman dan pengembangan sistem pendidikan. Pada penghujung abad 18
raja semakin tertaarik oleh perkembangan sekolah yang dikelola oleh pihak
gereja walaupun mereka tidak mendapatkan bantuan dana dari kas pemerintah. Hal
ini menyebabkan semakin berkembangnya sekolah yang ditangani langsung oleh
pihak pemeritah seperti sekolah menengah dan universitas. Sekolah menengah ini
memberikan kesempatan pada rakyat untuk menjadi pemimpin dalam mengembangkan
pendidikan, teknik dan ilmu pengetahuan. Namun lembaga atau badan pengurus
sekolah yang pernah dibentuk oleh pemerintah menjadi tidak efektif. Oleh
karenanya pemerintah menjadikan hokum perdata untuk mengatasi itu semua sebagai
wewenangnya, raja memerintahkan kepada pemerintah daerah untuk membiayai
sekolah mereka dengan membayar pajak, sekolah diwajibkan memberikan gaji yang
layak bagi guru, di sisi lainm raja sendiri tidak memberikan bantuan dana dalam
hal ini. Ulama geereja dalam hal ini menjadi penilik sekolah.
Pada pergantian
abad, sebuah komisi kerajaan dibentuk untuk melaporkan perkembangan sekolah,
dan alhasil mutu dari sekolah-sekolah yang tersedia memiliki mutu yang sangat
rendah dan jauh dari apa yang diharapkan. Maka strategi yang diambil adalah
guru diharuskan untuk mengerjakan suatu keterampilan agar memperoleh biaya
hidup. Oleh sebab itu para guru sering menggunakan toko atau tempat kerja untuk
melakukan kegiatan belajar mengajar sembari mangwasi murid-muridnya dengan
bekerja. Selain itu Oberschulkollegium (badan pengurus sekolah) yang
dirasa kurang efektif diganti dengan instansi nasional atau kementrian
pendidikan. Awalnya instansi ini beroperasi sebagi biro pada Kementrian Dalam
Negri namun pada 1817 kepentingannya dalam upaya nasional menjadi sedemikian
nyata sehingga dijadikan departemen di bawah Kementrian Agama, Pendidikan dan
Kessehatan Masyarakat. Divisi-Divisi terpisah didirikan untuk mengurus
pendidikan dasar, menengah dan tinggi. Sedangkan universitas merupakan lembaga
pendidikan yang tidak berdiri sendiri atau bisa dikatakan tidak mandiri karena
universitas mendapatkan subsidi dari kas kerajaan dan berada di bawah
perlindungan raja. Namun kini universitas tanggungjawabnya langsung dialihkan
pada Kementrian pendidikan. Sedangkan pendidikan dasar dan menengah di bawah
pengawasan Kementrian Dalam Negri tingkat provinsi. Sekolah dasar dan menengah
sangatbermacam-macam karena gereja, kotapraja, serikat pekerja, asosiasi dagang
dan bahkan perseorangan diberikan hak untuk mendirikan sekolah yang diinginkan.
Sehingga dibentuklah sebuah komite pendidikan untuk memusatkan kegiatan belajar
mengajar pada jenjang sekolah dasar dan menengah (Schulkollegnen). Dari
komite ini muncul dua prosedur , pertama, mempersyaratkan guru
mendapatkan ijazah dari Schulkollegnen dengan menetapkan program studi
yang harus dipelajari oleh calon-calon guru di universitas serta mempersiapkan
dan melaksanakan ujian ijazah. Kedua mempersyaratkan ujian seragam untuk
mengatur mengatur penerimaan ke universitas dan dilaksanakan pada tingkat
provinsi. Schulkollegnen juga berperan untuk melakukan pelatihan atas
guru sekolah dasar, tetapi pemerintah pusat berperan aktif dan mengamban suatu
tanggungjawab keuangan termasuk biaya untuk mengatur seminar guru. Selain itu
sekolah dasar langsung berada di bawah distrik administratif (Regierungsbezirk).
Unit ini juga dikepalai oleh seorang pemimpin dan dewan yang diangkat oleh
Mentri Dalam Negri. Urusan pendidikan didelegasikan pada seorang anggota dewan
yang disebut dengan Schulrat atau penasehat sekolah. Walaupun Schulrat
yang mengarahkan implementasi program resmi pendidikan dasar dalam distriknya,
pendirian dan penyelenggaraan sekolah yang sebenarnya masih menjadi
tanggungjawab unit administratif bawah, masing-masing adalah Kreise dan Gemeinden.
Gemeinden adalah distrik sekolah setempat, biasanya meliputi penduduk
sebuah desa kecil. Sedangkan Kreise adalah terdiri dari beberapa Gemeinden
dan dapat disamakan dengan sebuah wilayah yang dipimpin oleh seseorang pengawas
dalam hirarki gereja.
Fungsi pendidikan
utama mula-muala terbentuk pada tingkatan Kreise atau lingkungan yaitu
menilik sekolah dasr, sebuah kewajiban yang dilaksanakan oleh Kreischulinspector.
Kreischulinspector merupakan anggota ulama gereja. Rekomendasi untuk
jabatan inspektur sekolah di tingkat propinsi dilakukan oleh otoritas gereja,
tetapi pengangkatannya dilakukan oleh Mentri Pendidikan. Penataan administrasi
ini jelas memperlihatkan niat pemerintah untuk mengganti kontrol gereja
tradisional dengan kontrol sipil. Penolakan public dihindari atau ditampik
dengan tetap adanya sekolah paroki dan sekolah kotapraja yang tetap
memanfaatkan jasa layanan ulama gereja setempat untuk menjadi inspektur
sekolah. Pada awalnya, aktivitas pemerintah dalam meningkatkan jumlah dan mutu
sekolah dibatasi, namun setelah disetujui sebagain otoritas tertinggi dalam
urusan pendidikan, pemerintah secara bertahap mengarahnkan kembali sekolah
untuk memenuhi tujuan nasional daripada tujuan religius. Satu-satunya alat yang
paling efektif untuk mencapai transformasi ini adalah asumsi otoritas penuh
atas pelatihan, pengangkatan, penggajian, dan promosi guru. Guru sekolah
menengah setidaknya mereka yang diangkat untuk Gymnasien dan dididik di
universitas yang dikontrol negara, sedangkan guru sekolah dasar dieminari oleh
guru yang dikelola negara. Saat pemerintah menjadi reaksioner dan otokratik,
kurikulum dan pengelolaan seminar guru dikontrol sedetil-detilnya sehingga guru
sekolah dasar tak hanya menjadi injstrumen untuk mengatur hidup anak secara
ketat, tetapi juga menjadi alat propaganda efektiif diantara para orang tua.
Sebagai lembaga negara, Gymnasien dan universitas dikontrol secara ketat
oleh pemerintah.
Terdapat institusi
pendidikan berkembang seiring dengan perkembangan pendidikan sebagai realisasi
dari konsep pendidikan yang dikembangkan di Jerman. Dalam perkembangan
pendidikan yang terjadi diidentifikasi oleh Fancke membutuhkan beberapa lembaga
pendidikan untuk menghasilkan sejumlah sekolah baru, mulai dari sekolah amal
untuk anak-anak orang miskin hingga sekolah berasrama untuk anak orang kaya,
dari kelas pendidikan paling dasar hingga pendidikan guru untuk mahasiswa
universitas di sekitarnya. Maka dari itu terdapat beberapa lembaga yang telah
berhasil didirikan, diantaranya adalah: Sekolah dasar, kaum
royalis yang bangkit kembalikini bergerak lebih cepat untuk mengembangkan sebuh
sistem sekolah yang memisahkan anak-anak miskin dengan anak-anak kelas atas
sepanjang masa pendidikan. Utuk mengembangkan ini pemerintah ntertarik dengan
pendidikan ala Pestalozzi yang digunakan untuk mengajar anak-anak miskin di
Yerdun. Oleh karena itu pada tahun 1809 pemerintah mengirimkan beberapa pemuda
untuk belajar padanya dan sekembalinya mereka, tugasnya adalah untuk
menseminari para guru yang telah berdiri diatas pendidikan suasta. Yang
kemudian hasil dari seminar itu merupakan guru institusi negri yang di bawah
kontrol kementrian. Kurikulum dan program pelatihan dibakukan, langkah-langkah
baru diambil untuk memastikan bahwa institusi itu akan menghasilkan korps guru
baru yang terlatih secara seragam menurut metodologi sistematis yang diadopsi
dari Pestalozzi. Semua guru ini selanjutnya diwajibkan memiliki ijazah dan
diperkenalkan sebuah ujian kualifikasi negara guna mengevaluasi kecakapan
akademik dan kecakapan dan kecakapan paedagogis dan kurikulumnya mencakup
pendidikan umum dan studi paedagogis. Harapannya guru tak hanya bertindak
sebagai npengawas bagi anak namun juga sebagai pengaruh penatar (Up-Grading
influences) dalam komunitas dan lembaga pendidikannya dinamakan dengan Volkschulen.
Sekolah menengah, sebelum tahun 1800, para keluarga
kelas atas telah menyediakan sekolah privat bagi anak-anak mereka. Pengenalan
tentang Volkschulen tidak dapat merubah penataan ini. Di sisi lain
pendidikan menengah juga mencul pada kalangan kotapraja. Beberapa diantaranya
menawarkan sekolah berbahasa daerah untuk kategori pelajaran yang termasuk real.
Yang lain menawarkan bahasa yunani dan Latin yang mempersiapkan pada penerimaan
universitas. Dan beberapa sekolah yang lebih baik menawarkan kedua metode
tersebut, tewrmasuk bahasa asing modern, bahkan ada yang meiliki program
lanjutan yang menyamai fakultas di universitas. Sekolah Teknik dan
Kejuruan, minat pada pendidikan teknik dan kejuruan mulai tampak pada
1800. pada sekoah ini melatih anak laki-laki untuk terjun dalam sebuah
perniagaan atau industri. Jenis pendidikan ini yang lebih teoritis terletak
pada sekolah teknik yang memmberikan persiapan pada satu bidang seperti
pertanian, arsitektur, kehutanan, pertambangan atau dinas pos.
Setelah membahas
panjang lebar tentang perkembangan pendidikan di Jerman khususnya di Prusia,
saat ini kita akan menguraikan perkembangan selanjutnya. Seperti apa yang
terjadi dalam perkembangan pendidikan selanjutnya. Dalam membincangkan
perkembangan pendidikan di Jerman ini ada beberapa periode yang berpengaruh di
dalamnya. Diantaranya adalah, Republik Weimar, kekalahan jerman
dan sekutunya dalam Perang Dunia I memaksa runtuhnya pemerintah monarki,
pengusiran keluarga kerajaan dan berakhirnya dominasi kaum Junker
(golongan tuan tanah) kaitannya dengan urusan dalam negri. Konstitusi Weimar
yang disahkan pada 1918, mendirikan sebuah federasi negara bagian nberbentuk republik.
Dan dalam hal ini pendidikan dijadikan sebagai kegiatan kerjasama antara
pemerintah federal, negara bagian, dan kotapraja berbagi tanggung jawab dan
kekuasaan. Di dorong oleh pihak barat, kekuatan politik liberal mendukung
pembaharuan pendidikan yang lebih luas. Sistem ganda sekolah dasar dilarang.
Sekolah swasta yang selektif dihpus, dan diperkenalkan pendidikan dasr empat
tahun di Grundschulen untuk semua anak. Selain itu regulasi yang
berhubungan dengan hati nurani dan menjadika pendidikan agama sebagai mata
pelajaran pilihan baik bagi guru maupun murid. Periode Nazi, dibandingkan
dengan situasi kekaisaran, pendidikan di bawah pemerintahan Republik Weimar
tampak liberal, tetapi tidak sepenuhnya popular dikalangan masyarakat. Pada
1933 Nazi mengambil alih kontrol atas Jerman dan menyapu bersih semua prestasi
yang dicapai Republik Weimar. Di bawah kendali Nazi, bentuk pemerintahan
terpusat pertama kali diperkenalkan dan satu-satunya dalam sejarah Jerman.
Pendidikan dijadikan tujuan nasional dan diperkenalkan sebuah sistem sekolah
terpadu yang di mulai dari taman kanak-kanak sampai unversitas. Sekolah
menengah dipilih sebagai sekolah pelatihan untuk para pemimpin orde baru ini
dan kurikulum dirombak sepenuhnya untuk memenuhi tujuan itu. prigram pendidikan
Nazi menekankan doktrin ras, supremasi Jerman dan keharusan untuk menghukum
siapa saja yang melakukan kejahatan yang dilakukan untuk menentang rakyat
Jerman. Selain itu bahasa Latin dan Yunani dibatasi , bahasa Inggris dijadikan
bahasa asing utama. Masa bersekolah dikurangi agar tersedia waktu untuk
aktivitas partai nazi yang bermacam-macam. Sedangkan program pendidikan jasmani
yang ada jelas-jelas mengarah pada persiapan wajib militer. Singkatnya
pendidikan menjadi instrument utama untuk mengubah Jerman menjadi mesin perang.
Balatentaranya mulai nampak pada enam tahun kemudian. Setelah Perang
Dunia II,setelah 1945 Jerman kembali mengalami kekalahan tau
kelemahan militer, perekonomiannya lumpuh dan secara politik dikuasai oleh luar
negri. Dalam periode ini banyak sekali usaha yang digunakan untuk menghapuskan
sisa dari periode Nazi. Sebuah periode rekonstruksi yang panjang diproyeksikan
agar tedensi demokratis yang sudah tampak pada zaman Rebuplik Weimar dapat
dipupuk ndan dikembangkan menjadi kekuatan politik yang kompeten dan berhasil.
Sejak awal negara-negara yang berkuasa atas Jerman itu berusaha untuk
membersihkan berbagai jabatan public kedudukan berpengaruh yang terbukti Nazi.
Guru-guru dicurigai secara khusus karena lamanya Nazi memegang kontrol atas
sekolah dan perekrutan guru yang dapat dipercaya menjadi tugas utama. Buku-buku
sekolah harus ditulis ulang dan diperkenalkan urusan program studi baru. Selain
itu banyaknya gedung sekolah yang rusak menyebabkan masalah tempat dan
anak-anak nyaris mendekati kelaparan memerlukan program pemberian makanan
secara besaar-besaran yangv hanya dapat dilakukan oleh negara-negara yang
mendudki Jerman saat itu. yang akhirnya menyebabkan Jerman terbagi menjadi dua
bagian yakni Jerman Barat dan Jerman Timur sesuai dengan pendudukan
masing-masing negara yang berkuasa di sana. Sedangkan masalah pendidikan di
Jerman Barat lebih mengacu pada pendidikan terpadu, hal ini dibuktikan denga
menculnya kembali Grundschulen empat tahun wajib sekolah yang diikuti
oleh semua anak. Dan banyaknya inovasi yang dilakukan akhirnya empat tahun menjadi
enam tahun wajib belajar.
Label:
PENDIDIKAN
10:05
Filsafat Pendidikan Inggris dan Islam
Rekonstruksi Nalar Filsafat Pendidikan Inggris dan
Islam
Abstraksi
Tiada kekayaan yang lebih Utama dari pada Akal , tiada kepapaan yang lebih menyedihkan dari pada kebodohan , dan tiada warisan yang palaing baik dari pada Pendidikan (Ali bin Abi Thalib).
Proses penciptaan Intelektual itu berlangsung lama, sulit, penuh dengan tantangan, melalui proses maju, mundur, bubar dan membentik kembali…(Antonio gramsci)
Epistimologi pendidikan di Inggris adalah hal yang menarik dengan adanya akulturasi Intelektual akibat pengaruh Revolusi prancis dan Revolusi Industri telah mengubah wajah peradaban Eropa menjadi peradaban yang maju. Hal ini tidak lain karena tokoh intelektualnya mengadakan revolusi pemikiran yang semula Dogmatis menjadi rasionalis.
Mulai abad kebangkitan di abad ke-16 telah terjadi disposisi filsafat pendidikan yang secara umum berhaluan Empirisme dan Rasionalisme, meskipun kedua ini salaing bertentangan tetapi menjadi filsafat pendidikan di Inggris. Kemudian muncul berbagai aliran akibat pergumulan dua paradigma tersebut yaitu Empirisme, Bahafiorisme (filosofis), empirisme (filosofis), empirisme biologis, pragmatisme, Instrumentalisme, eksperimentalisme, hidonisme piskologis, reinforcement, Relativisme Budaya, Demokrasi social, Subjektivisme Substansial, liberasionisme.
Filsafat pendidikan Islam dengan dasar Qur’an dan As-sunah dengan pendekatan rasional falsafi telah membawa peradaban maju, kemudian Hancur dan bangkit lagi. Dengan tokoh-tokohnya seperti Al-Farabi, Al-Kindi, Ibnu Sina,ibnu khaldun,al-Ghazali, ikhwan As-Sifa. Telah membawa pendidikan Keranah yang lebih nyata.
Abstraksi
Tiada kekayaan yang lebih Utama dari pada Akal , tiada kepapaan yang lebih menyedihkan dari pada kebodohan , dan tiada warisan yang palaing baik dari pada Pendidikan (Ali bin Abi Thalib).
Proses penciptaan Intelektual itu berlangsung lama, sulit, penuh dengan tantangan, melalui proses maju, mundur, bubar dan membentik kembali…(Antonio gramsci)
Epistimologi pendidikan di Inggris adalah hal yang menarik dengan adanya akulturasi Intelektual akibat pengaruh Revolusi prancis dan Revolusi Industri telah mengubah wajah peradaban Eropa menjadi peradaban yang maju. Hal ini tidak lain karena tokoh intelektualnya mengadakan revolusi pemikiran yang semula Dogmatis menjadi rasionalis.
Mulai abad kebangkitan di abad ke-16 telah terjadi disposisi filsafat pendidikan yang secara umum berhaluan Empirisme dan Rasionalisme, meskipun kedua ini salaing bertentangan tetapi menjadi filsafat pendidikan di Inggris. Kemudian muncul berbagai aliran akibat pergumulan dua paradigma tersebut yaitu Empirisme, Bahafiorisme (filosofis), empirisme (filosofis), empirisme biologis, pragmatisme, Instrumentalisme, eksperimentalisme, hidonisme piskologis, reinforcement, Relativisme Budaya, Demokrasi social, Subjektivisme Substansial, liberasionisme.
Filsafat pendidikan Islam dengan dasar Qur’an dan As-sunah dengan pendekatan rasional falsafi telah membawa peradaban maju, kemudian Hancur dan bangkit lagi. Dengan tokoh-tokohnya seperti Al-Farabi, Al-Kindi, Ibnu Sina,ibnu khaldun,al-Ghazali, ikhwan As-Sifa. Telah membawa pendidikan Keranah yang lebih nyata.
Kata kunci:
Epistimologi, Inggris,Rasionalisme, empirisme, pendidikan Islam
- Pendahuluan
Filsafat berasal dari kata arab yang berhubungan erat
dengan kata Yunani, bahkan memang asalnya dari kata Yunani yaitu, philosophia.
Dalam bahasa Yunani kata philosophia merupakan kata majemuk yang terdiri atas
philo dan sophia; philo artinya cinta dalam arti yang luas, yaitu ingin, dan
karena itu lalu berusaha mencapai yang diinginkan itu; sophia artinya kebijakan
yang artinya pandai, pengertian yang mendalam. Definisinya, filsafat sebagai
sejenis pengetahuan yang berusaha mencari sebab sedalam-dalamnya dari segala
sesuatu berdasarkan pikiran belaka.
Plato menyatakan bahwa filsafat ialah pengetahuan yang
berminat mencapai kebenaran asli, dan bagi Aristoteles filsafat adalah ilmu
yang mencari kebenaran pertama, segala yang maujud dan ilmu segala yang ada
yang menunjukkan adanya penggerak pertama
Bagi Al-Farabi filsafat adalah pengetahuan tentang alam
ujud bagaimana hakikat yang sebenarnya. Al-Kindi berpendapat filsafat merupakan
pengetahuan tentang hakekat segala sesuatu, dan ini mengandung teologi
(al-rububiyah), ilmu tauhid, etika dan seluruh ilmu pengetahuan yang bermanfaat
Ibnu Sina mengaitkan filsafat dan kesempurnaan diri: filsafat adalah
penyempurnaan jiwa manusia melalui pengkonsepsian hal ihwal dan penimbangan
kebenaran-kebenaran teoritis dan praktis dalam batas-batas kemampuan manusia.
Dari berbagai keterangan di atas bisa dikatakan bahwa
"filsafat" adalah studi yang mempelajari seluruh fenomena kehidupan
dan pemikiran manusia secara kritis, untuk mencari hakekat kebenaran sesuatu,
baik dalam logika, etika maupun metafisik. Untuk itu studi falsafi mutlak
diperlukan logika berpikir dan logika bahasa. Hal itu membuat filasafat menjadi
sebuah ilmu yang pada sisi-sisi tertentu berciri eksak di samping nuansa khas
filsafat, yaitu spekulasi
- Perjalanan Nalar Epistimologi Pendidikan di Inggris (Eropa)
Mungkin ada benarnya apa yang telah dikatakan Francis
Fukuyama dalam buku kontroversional, The
End Of HistorY and The Last man (1992), bahwa sejarah telah berakhir karena demokrasi liberal barat telah mengunggguli komunisme yang ditandai
dengan runtuhnya uni soviet. Ini merupakan sejarah panjang pembentukan nalar
filsafat moderen di eropa khususnya di Inggris.
Perjalanan panjang menuju nalar moderen yang digagas
oleh dedengkot filosof Inggris untuk memajukan pendidikannya dapat ditelusuri
seperti dalam artikel “Modernity versus
postmodernity”, Jurgan Habermas menjelaskan istilah “moderen” adalah sebuah
istilah yang digunakan untuk menyebut era baru (New ege), yang
berfungsi untuk membedakan dengan masa lalu(the ancient).[1]
Artinya mederen itu tidak semata-mata hanya ditandai
dengan munculnya renaissance atau enlightenment[2]
tetapi itu yang memulai, di Negara Eropa
Prancis, Inggris, dan Jerman. Bertrand Russel mengungkapkan ada dua hal yang
terpenting yang menandai sejarah pendidikan modern di Inggris atau di Eropa,
yakni runtuhnya otoritas gereja dan menguatnya otoritas sains (rasional).[3]
Ada beberapa tesis yang bisa diambil untuk memahami peristiwa kemajuan
revolusi ilmiah di Inggris. Pertama, revolusi ilmiah selalu dikaitkan dengan
proses sekulerisasi atau tercabutnya kekuasaan agama dalam system social
politik yang memungkinkan sain lepas dari kungkungan institusi kungkungan agama.
Di Eropa demikian juga diInggris telah tercatat dalam sejarah pada Abad ke 16
dan 17, ketika itu era Renaissance, agama-sebagai institusi yang sangat
dominant dan hegemoni di eropa dikala itu-mengalami perubahan radikal dalam
posisinya sebagai pemegang otoritas
penuh segala bentukkebenaran.
Tetapi lepasnya sains dari otoritas agama tidak menjadikan indepindensi.[4]
Disisi lain , dalam hal
perkembangan pengetahuan sekuler dan
skeptisme[5]sudah
menjadi landasan tradisional ilmu pengetahuan , wancana ilmu pengetahuan yang
menjadi topic utama pada zaman kebangkitan
pendidikan Filsafat di Inggris dan secara umum dieropa. Pada abad ke-17 topik utama adalah persoalan epistimologi[6].
Pernyataan pokok
dalam bidang epistimologi adalah bagaimana manusia memeperoleh pengetahuan yang benar ?
serta apa yang dimaksud dengan “kebenaran itu”? untuk menjawab
pernyatan-pernyataan itu yang bercorak
epistimologi in, maka dalam filsafat zaman awal kemajuan inggris yakni pada
abad ke-17muncullah aliran filsafat yang memberikan jawaban berbeda, bahkan
saling bertentangan. Alirantersebut adalah aliran empirisme dan Rasionalisme
. Tetapi sebelum
membincang tentang dua aliran filsafat pendidikan tersebut perlu penulis
kemukakan ulasan teori yang dirangkum dalam jalur penalaran di eropa dalam
pandangan William bahwa nalar pendidikan di inggris didasari yang bernama
system pengetahuan rasional, empirisme dan positivisme.
William melanjutkan dan menguraikan dari dasar filosofis
epistimologis pendidikan di Inggris (Eropa)[7],
yaitu Empirisme, Bahafiorisme (filosofis), empirisme (filosofis), empirisme
biologis, pragmatisme, Instrumentalisme, eksperimentalisme, hidonisme piskologis, reinforcement, Relativisme
Budaya, Demokrasi social, Subjektivisme Substansial, liberasionisme, liberalisme pendidikan.
Kemudian Wiliam
mengungkapkan juga dalil-dalail pokok liberelisme pendidikan yang terjadi
diInggris :
- seluruh hasil kegiatan belajar adalah pengetahuan melalui pengamalan personal
- seluruh hasil kegiatan belajar bersifat subjektif dan selektif[8].
- Seluruh hasil kegiatan belajar beraakar pada keterlibatan pengertian indrawi[9] .
- Seluruh hasil –hasil belajar didaari oleh proses pemecahan masalah secara aktif dalam pola” coba benar-salah” atau (trial and eror)
- Cara belajar yang baik diatur oleh perintah-perintah eksperimantal yang bercirikan metode ilmiah
- Pengetahuan yang terbaik adalah yang paling selaras dengan (atau mungkin derdasarkan) pembuktian ilmiuah yang dianggap benar sebelumnya
- Kegiatan belajar diarahkan dan dikendalikan oleh konsekuensi –konsekuensi emosional dari perilaku
- Sifat-sifat hakiki dan isi pengetahuan social mengarahkan dan mengendalikan sifat-sifat haiki dan isi pengalaman personal
- Penyelidikan kritis yang mempunyai arti penting hanya bisa berlangsung dalam masyarakat yang demoratis dan memiliki komitmen terhadap ungkapan umum pemikiran dan perasaan individual.
Itulah dalil dalail yang ditawarkan William kala
berbicara pendidikan Di Inggris yang telah terkontaminasi oleh racun rasional.
Kembali pada perbincangan tentang filsafat
berepistimilogi rasional dan empirisme yang berpengaruh terhadap perkembangan
di Eropa tetapi ketika berbicara tentang epistimilogi mana yang dijadikan dasar
pendidikan di Inggris. Secara sepintas dua peradigma tadi rasionalisme dan
empirisme bangunan berfikirnya berbeda dan saling menjauh. Tetapi, dalam
epistimologi pendidikan di Inggris kedua paradigma tersebut secara kontinuitas
memberi pengaruh terhadap perjalanan pendidikan di Inggris[10].
Dalam hal ini Karim(2009) melihat landasan Epistimologi peradaban barat[11]
sebagai argument dalam menguraikan keterkaitan dua paradigma tersebut.
- Rasionalisme[12]
Ren’t Descrates[13]
adalah seorang filsof yang disinyalir sebadai pembuka gerbang moderen khususnya
diinggris dan umumnya di eropa. Ia adalah seoerang pertama yang memiliki
kapasias filosofi tinggi dan sangat dipengaruhi fisika dan astronomi baru[14]dia
sendiri tokoh rasionalisme ren’t deskrates (1595-1650)[15]
telah dianggap sebagai bapak rasionalisme moderen di inggris (barat)yang sampai
saat ini masih dijadikan landasan pembangunan peradaban. Julukan itu tidak
begitu berlebihan sebab sejak kelahiran Deskrates, kesadarannya betul-betul digumuli
dalam filsafat.
Pemikiran Deskrates yang kemudian terkenal dengan jargon “Co Gito Ergo sum” yang sering
didistilahkan dengan “metode kesangsian”yang digunakan untuk menemukan sebuah
kepastian[16].
- Empirisme.[17]
Empirisme dapat dikatakan sebagai doktrin yang meluas
dalam pola pendidikan di Inggris yang mengatakan bahwa seleuruh pengetahuan
harus dicarai dalam pengalaman yang berpandangan bahwa semua ide gagasan
merupakan abstraksi yang dibentuk dengan menggabungkan apa yang dialami .
secara umum empirisme berlawanan dengan
Rasionalisme.
Tokoh yang
representative dalam gambaran relative aliran empirisme. David Hume (1711-1776)[18]ditangnnya
lah empirisme manjadi radikal dengan metode sekeptismenya.
Dalam pandangan , yang bisa diketahui
hanyalah persepsi dan bukanlah objek diluar diri kita, dalam duania pendidikan
, system control dan evaluasi jamak digunakan oleh para guru terhadap peserta didik adalah metode induksi
yaitu penilaian aktifitas danmemberlakukan secara universal terhadap seluruh
siswa dengan hanya melihat kebiasaan
mereka secara umum tanpa memeperhatikan
secara lebih dan keragaman karakter mereka.
Rasionalisem maupun Empirisme Sebagai Filsafat
fundamental yang mengarahkan gerak pendidikan di Inggris.
Rasionalisme
|
Empirisme
|
||
Tokoh
|
Pemikiran
|
Tokoh
|
Pemikiran
|
plato
|
Pengetahuan, Ide, kebenaran akan lahir Innate/a priori
|
aristoteles
|
Kebenaran lahir setelah abstraksi bersentuhan langsung dengan
objek dari Aposterotori ke Fenomena ke Abstraksi ke Objek
|
Arcesileus dan diogenes
|
Akibat masuknya hellenisme maka kedu tokoh ini dengan sekeptisisme
dan sinisnya tidak menawarkan tesei apa pun.
|
Epikurus dan Zeno
|
Meskipun dipengaruhi paham hellen namun masih menaruh harapan pada
ilmu pengetahuan sepanjang dapat
memberi penjelasan yang naturalistic
atas fenomena uyang dipercaya.
|
Ren’t Deskrates
|
Co gito ergo sum” metode kesangsian deskrates
|
Francis Bacon
|
Metode inklusi ; menarik kesimpilan dari umum ke khusus dari
pengamatan yang khusus
|
Baruch de Spinoza
|
Memandang antributif identik dengan alam semesta
|
Thomas hobes
|
Kenyataan akhir adalah kenyataan indrawi menurut Hobes tologi
bukan lah filsafat karena filsafat berbicara masalah lahiriah sehingga hanya
empat saja ilmu yang dianggap sah yaiti geometri, Fisika, Etik, dan Politik
|
GW Von Libniz
|
Ada bentuk substansi yang berbentuk monad, monad substansi yang bukan
kenyataan jasmani
|
David Hume
|
Substansi kumpulan persepsi sematakarena pikiran membuat
artifisisal semata
|
Jhon locke
|
Dengan bertolak pada pengalaman ide-ide yang terjadi melalui proses
pengindraan yang hasilnya disebut ide simplek
|
Demikian gambaran rancangan Epistimologi yang di jadikan dasar
pendidikan di Inggris.
- Rekonstruksi Filsafat Pendidikan Islam[21]
C.1. Hakikat Filsafat
pendidikan Islam
Secara harfiah, kata filsafat berasal dari kata Philo yang berarti cinta, dan kata Sophos yang berarti ilmu atau hikmah.
Dengan demikian, filsafat berarti cinta cinta terhadap ilmu atau hikmah.
Terhadap pengertian seperti ini al-Syaibani mengatakan bahwa filsafat bukanlah
hikmah itu sendiri, melainkan cinta terhadap hikmah dan berusaha
mendapatkannya, memusatkan perhatian padanya dan menciptakan sikap positif
terhadapnya. Selanjutnya ia menambahkan bahwa filsafat dapat pula berarti
mencari hakikat sesuatu, berusaha menautkan sebab dan akibat, dan berusaha
menafsirkan pengalaman-pengalaman manusia.
Selain itu terdapat pula teori lain yang mengatakan
bahwa filsafat berasal dari kata Arab falsafah, yang berasal dari bahasa
Yunani, Philosophia: philos berarti cinta, suka (loving), dan sophia yang berarti
pengetahuan, hikmah (wisdom). Jadi, Philosophia berarti cinta kepada
kebijaksanaan atau cinta kepada kebenaran atau lazimnya disebut Pholosopher
yang dalam bahasa Arab disebut failasuf.
Sementara itu, A. Hanafi.[22]
mengatakan bahwa pengertian filsafat telah mengalami perubahan-perubahan
sepanjang masanya. Pitagoras (481-411 SM), yang dikenal sebagai orang yang
pertama yang menggunakan perkataan tersebut. Dari beberapa kutipan di atas
dapat diketahui bahwa pengertian fisafat dar segi kebahsan atau semantik adalah
cinta terhadap pengetahuan atau kebijaksanaan. Dengan demikian filsafat adalah
suatu kegiatan atau aktivitas yang menempatkan pengetahuan atau kebikasanaan
sebagai sasaran utamanya.
Filsafat juga memilki pengertian dari segi istilah atau
kesepakatan yang lazim digunakan oleh para ahli, atau pengertian dari segi
praktis. Selanjutnya bagaimanakah pandangan para ahli mengenai pendidikan dalam
arti yang lazim digunakan dalam praktek pendidikan.Dalam hubungan ini dijumpai
berbagai rumusan yang berbeda-beda.. Marimba[23],
misalnya mengatakan bahwa pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara
sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si - terdidik
menuju terbentuknya kepribadian yang utama. Berdasarkan rumusannya ini, Marimba
menyebutkan ada lima
unsur utama dalam pendidikan[24],
yaitu 1) Usaha (kegiatan) yang bersifat bimbingan, pimpinan atau pertolongan
yang dilakukan secara sadar. 2) Ada
pendidik, pembimbing atau penolong. 3) Ada
yang di didik atau si terdidik. 4) Adanya dasar dan tujuan dalam bimbingan
tersebut, dan. 5) Dalam usaha tentu ada alat-alat yang dipergunakan.
Sebagai suatu agama, Islam memiliki ajaran yang diakui
lebih sempurna dan kompherhensif dibandingkan dengan agama-agama lainnya yang
pernah diturunkan Tuhan sebelumnya. Sebagai agama yang paling sempurna ia
dipersiapkan untuk menjadi pedoman hidup sepanjang zaman atau hingga hari
akhir. Islam tidak hanya mengatur cara mendapatkan kebahagiaan hidup di
akhirat, ibadah dan penyerahan diri kepada Allah saja, melainkan juga mengatur
cara mendapatkan kebahagiaan hidup di dunia termasuk di dalamnya mengatur
masalah pendidikan. Sumber untuk mengatur masalah pendidikan. Sumber untuk
mengatur kehidupan dunia dan akhirat tersebut adalah al Qur’an dan al Sunnah.
Sebagai sumber ajaran, al Qur’an sebagaimana telah dibuktikan oleh para
peneliti ternyata menaruh perhatian yang besar terhadap masalah pendidikan dan
pengajaran.
Demikian pula dengan al Hadist, sebagai sumber ajaran
Islam, di akui memberikan perhatian yang amat besar terhadap masalah
pendidikan. Nabi Muhammad SAW, telah mencanangkan program pendidikan seumur
hidup ( long life education ). Dari uraian diatas, terlihat bahwa Islam sebagai
agama yang ajaran-ajarannya bersumber pada al- Qur’an dan al Hadist sejak awal
telah menancapkan revolusi di bidang pendidikan dan pengajaran. Langkah yang
ditempuh al Qur’an ini ternyata amat strategis dalam upaya mengangkat martabat
kehidupan manusia. Kini di akui dengan jelas bahwa pendidikan merupakan
jembatan yang menyeberangkan orang dari keterbelakangan menuju kemajuan, dan
dari kehinaan menuju kemuliaan, serta dari ketertindasan menjadi merdeka, dan
seterusnya.
Dasar Pelaksanaan Pendidikan Islam terutama adalah Al
Qur’an dan al Hadist Firman Allah :
“ Dan demikian kami wahyukan
kepadamu wahyu (al Qur’an) dengan perintah kami. Sebelumnya kamu tidaklah
mengetahui apakah iman itu, tetapi kami menjadikan al Qur’an itu cahaya yang
kami kehendaki diantara hamba-hamba kami. Dan sesungguhnya kamu benar-benarbenar
memberi petunjuk kepada jalan yang benar (QS.Asy-Syura: 52)”
Dan Hadis dari Nabi SAW :
“ Sesungguhnya orang mu’min
yang paling dicintai oleh Allah ialah orang yang senantiasa tegak taat
kepada-Nya dan memberikan nasihat kepada hamba-Nya, sempurna akal pikirannya,
serta mengamalkan ajaran-Nya selama hayatnya, maka beruntung dan memperoleh
kemenangan ia” (al Ghazali, Ihya Ulumuddin hal. 90)”
Dari ayat dan hadis di atas tadi dapat diambil kesimpulan :
- Bahwa al Qur’an diturunkan kepada umat manusia untuk memberi petunjuk kearah jalan hidup yang lurus dalam arti memberi bimbingan dan petunjuk kearah jalan yang diridloi Allah SWT.
- Menurut Hadist Nabi, bahwa diantara sifat orang mukmin ialah saling menasihati untuk mengamalkan ajaran Allah, yang dapat diformulasikan sebagai usaha atau dalam bentuk pendidikan Islam.
- Al Qur’an dan Hadist tersebut menerangkan bahwa nabi adalah benar-benar pemberi petunjuk kepada jalan yang lurus, sehingga beliau memerintahkan kepada umatnya agar saling memberi petunjuk, memberikan bimbingan, penyuluhan, dan pendidikan Islam.
Bagi umat Islam maka dasar agama Islam merupakan fondasi
utama keharusan berlangsungnya pendidikan. Karena ajaran Islam bersifat
universal yang kandungannya sudah tercakup seluruh aspek kehidupan ini. Pendidikan
dalam arti umum mencakup segala usaha dan perbuatan dari generasi tua untuk
mengalihkan pengalamannya, pengetahuannya, kecakapannya, serta keterampilannya
kepada generasi muda untuk memungkinkannya melakukan fungsi hidupnya dalam
pergaulan bersama, dengan sebaik-baiknya.
Corak pendidikan itu erat hubungannya dengan corak
penghidupan, karenanya jika corak penghidupan itu berubah, berubah pulalah
corak pendidikannya, agar si anak siap untuk memasuki lapangan penghidupan itu.
Pendidikan itu memang suatu usaha yang sangat sulit dan rumit, dan memakan
waktu yang cukup banyak dan lama, terutama sekali dimasa modern dewasa ini.
Pendidikan menghendaki berbagai macam teori dan pemikiran dari para ahli
pendidik dan juga ahli dari filsafat, guna melancarkan jalan dan memudahkan
cara-cara bagi para guru dan pendidik dalam menyampaikan ilmu pengetahuan dan
pengajaran kepada para peserta didik.
Kalau teori pendidikan hanyalah semata-mata teknologi,
dia harus meneliti asumsi-asumsi utama tentang sifat manusia dan masyarakat
yang menjadi landasan praktek pendidikan yang melaksanakan studi seperti itu
sampai batas tersebut bersifat dan mengandung unsur filsafat. Memang ada resiko
yang mungkin timbul dari setiap dua tendensi itu, teknologi mungkin terjerumus,
tanpa dipikirkan buat memperoleh beberapa hasil konkrit yang telah
dipertimbangkan sebelumnya didalam sistem pendidikan, hanya untuk membuktikan
bahwa mereka dapat menyempurnakan suatu hasil dengan sukses, yang ada pada
hakikatnya belum dipertimbangkan dengan hati-hati sebelumnya. Sedangkan para
ahli filsafat pendidikan, sebaiknya mungkin tersesat dalam abstraksi yang
tinggi yang penuh dengan debat tiada berkeputusan,akan tetapi tanpa adanya
gagasan jelas buat menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan yang ideal.
Tidak ada satupun dari permasalahan kita mendesak dapat
dipecahkan dengan cepat atau dengan mengulang-ulang dengan gigih kata-kata yang
hampa. Tidak dapat dihindari, bahwa orang-orang yang memperdapatkan masalah
ini, apabila mereka terus berpikir,yang lebih baik daripada mengadakan reaksi,
mereka tentu akan menyadari bahwa mereka itu telah membicarakan masalah yang
sangat mendasar. Sebagai ajaran (doktrin) Islam mengandung sistem nilai diatas
mana proses pendidikan Islam berlangsung dan dikembangkan secara konsisten menuju
tujuannya. Sejalan dengan pemikiran ilmiah dan filosofis dari pemikir-pemikir
sesepuh muslim, maka sistem nilai-nilai itu kemudian dijadikan dasar bangunan
(struktur) pendidikan islam yang memiliki daya lentur normatif menurut
kebutuhan dan kemajuan.
Pendidikan Islam mengidentifikasi sasarannya yang digali
dari sumber ajarannya yaitu Al Quran dan Hadist, meliputi empat pengembangan
fungsi manusia :
- Menyadarkan secara individual pada posisi dan fungsinya ditengah-tengah makhluk lain serta tanggung jawab dalam kehidupannya
- Menyadarkan fungsi manusia dalam hubungannya dengan masyarakat, serta tanggung jawabnya terhadap ketertiban masyarakatnya.
- Menyadarkan manusia terhadap pencipta alam dan mendorongnya untuk beribadah kepada Nya
Menyadarkan manusia tentang kedudukannya terhadap makhluk lain dan
membawanya agar memahami hikmah tuhan menciptakan makhluk lain, serta
memberikan kemungkinan kepada manusia untuk mengambil manfaatnya
Setelah mengikuti uraian diatas kiranya dapat diketahui bahwa
Filsafat Pendidikan Islam itu merupakan suatu kajian secara filosofis mengenai
masalah yang terdapat dalam kegiatan pendidikan yang didasarkan pada al Qur’an
dan al Hadist sebagai sumber primer, dan pendapat para ahli, khususnya para
filosof Muslim, sebagai sumber sekunder. Dengan demikian, filsafat pendidikan
Islam secara singkat dapat dikatakan adalah filsafat pendidikan yang
berdasarkan ajaran Islam atau filsafat pendidikan yang dijiwai oleh ajaran
Islam, jadi ia bukan filsafat yang bercorak liberal, bebas, tanpa batas etika
sebagaimana dijumpai dalam pemikiran filsafat pada umumnya.
C.3. Ruang Lingkup Filsafat Pendidikan Islam
Penjelasan mengenai ruang lingkup ini mengandung
indikasi bahwa filsafat pendidikan Islam telah diakui sebagai sebuah disiplin
ilmu. Hal ini dapat dilihat dari adanya beberapa sumber bacaan, khususnya buku
yang menginformasikan hasil penelitian tentang filsafat pendidikan Islam.
Sebagai sebuah disiplin ilmu, mau tidak mau filsafat pendidikan Islam harus
menunjukkan dengan jelas mengenai bidang kajiannya atau cakupan pembahasannya.
Muzayyin Arifin menyatakan bahwa mempelajari filsafat pendidikan Islam berarti
memasuki arena pemikiran yang mendasar, sistematik. Logis, dan menyeluruh
(universal) tentang pendidikan, ysng tidak hanya dilatarbelakangi oleh
pengetahuan agama Islam saja, melainkan menuntut kita untuk mempelajari
ilmu-ilmu lain yang relevan. Pendapat ini memberi petunjuk bahwa ruang lingkup
filsafat Pendidikan Islam adalah masalah-masalah yang terdapat dalam kegiatan
pendidikan, seperti masalah tujuan pendidikan, masalah guru, kurikulum, metode,
dan lingkungan.
C.4 Kegunaan Filsafat Pendidikan Islam
Mohammad Athiyah abrosyi dalam kajiannya tentang
pendidikan Islam telah menyimpulkan 5 tujuan yang asasi bagi pendidikan Islam
yaitu[26]
:
- Untuk membantu pembentukan akhlak yang mulia. Islam menetapkan bahwa pendidikan akhlak adalah jiwa pendidikan Islam.
- Persiapan untuk kehidupan dunia dan kehidupan akhirat. Pendidikan Islam tidak hanya menaruh perhatian pada segi keagamaan saja dan tidak hanya dari segi keduniaan saja, tetapi dia menaruh perhatian kepada keduanya sekaligus.
- Menumbuhkan ruh ilmiah pada pelajaran dan memuaskan untuk mengetahui dan memungkinkan ia mengkaji ilmu bukan sekedar sebagai ilmu. Dan juga agar menumbuhkan minat pada sains, sastra, kesenian, dalam berbagai jenisnya.
- Menyiapkan pelajar dari segi profesional, teknis, dan perusahaan supaya ia dapat mengusai profesi tertentu, teknis tertentu dan perusahaan tertentu, supaya dapat ia mencari rezeki dalam hidup dengan mulia di samping memelihara dari segi kerohanian dan keagamaan.
- Persiapan untuk mencari rezeki dan pemeliharaan segi-segi kemanfaatan. Pendidikan Islam tidaklah semuanya bersifat agama atau akhlak, atau sprituil semata-mata, tetapi menaruh perhatian pada segi-segi kemanfaatan pada tujuan-tujuan, kurikulum, dan aktivitasnya. Tidak lah tercapai kesempurnaan manusia tanpa memadukan antara agama dan ilmu pengetahuan.
C.5. Tipologi
Pemikiran Filsafat pendidikan Islam
Dalam filsafat pendidikan Islam dalam Ibrahim[27]
mencermati ada empat model pemikiran Islam yaitu
Tipologi Pemikiran Islam
|
parameter
|
Ciri Pemikirannya
|
Fungsi Pendidikan
|
Madzab Salafi
|
|
a.
Menjawab konteks pendidikan
dg kontek salafi
b.
Memahani nas kembali pada
Salafi
c.
Mehama alkuran kurang
elaborasi
|
Melestarikan budaya salafi
|
Esrnsial madzabi
|
|
|
Mempertahankan tradisi lama
|
modernis
|
|
|
a.
Pengembangan ibndividu secara
maksimal
b.
Interaksi potensi dengan
kebutuhan lingkungan
c.
Rekonstruksipengalaman secara
terus-menerus
|
Esensialis konstektual Falsifikasi
|
|
Toleransi terhadap pemikiran pendidikan lain
|
Pengembangan potensi
|
C.6 Analisi
Filosofis tentang Metode Pendidikan Islam
Dalam kajian filsafat, ontologi, epistemologi, dan
aksiologi merupakan tiga sub sistem dari filsafat. Ontologi merupakan teori
tentang ”ada”, yaitu tentang apa hakikat sesuatu yang dipikirkan, yang menjadi
objek pemikiran. Epistemologi merupakan teori pengetahuan, yaitu membahas
tentang bagaimana cara mendapatkan pengetahuan dari objek yang ingin
dipikirkan. Sementara aksiologi adalah teori tentang nilai yang membahas
tentang manfaat, kegunaan atau fungsi dari objek yang dipikirkan. Dengan
gambaran sederhana dapat dikatakan bahwa ada sesuatu yang perlu dipikirkan
(ontologi), lalu dicari cara-cara memikirkannya (epistemologi), kemudian timbul
hasil pemikiran yang memberikan suatu manfaat atau kegunaan (aksiologi).
Sebagai suatu metode, pengembangan filsafat pendidikan
Islam biasanya memerlukan empat hal sebagai berikut :
Pertama, bahan-bahan yang akan digunakan dalam pengembangan filsafat
pendidikan. Dalam hal ini dapat berupa bahan tertulis, yaitu al Qur’an dan al
Hadist yang disertai pendapat para ulama serta para filosof dan lainnya ; dan
bahan yang akan di ambil dari pengalaman empirik dalam praktek kependidikan.
Kedua, metode pencarian bahan. Untuk mencari bahan-bahan yang bersifat
tertulis dapat dilakukan melalui studi kepustakaan dan studi lapangan yang
masing-masing prosedurnya telah diatur sedemikian rupa. Namun demikian, khusus
dalam menggunakan al Qur’an dan al Hadist dapat digunakan jasa Ensiklopedi al
Qur’an semacam Mu’jam al Mufahras li
Alfazh al Qur’an al Karim karangan Muhammad Fuad Abd Baqi dan Mu’jam al
muhfars li Alfazh al Hadist karangan Weinsink.
Ketiga, metode pembahasan. Untuk ini Muzayyin Arifin mengajukan alternatif
metode analsis-sintesis, yaitu metode yang berdasarkan pendekatan rasional dan
logis terhadap sasaran pemikiran secara induktif, dedukatif, dan analisa
ilmiah.
Keempat, pendekatan. Dalam hubungannya dengan pembahasan tersebut di atas
harus pula dijelaskan pendekatan yang akan digunakan untuk membahas tersebut.
Pendekatan ini biasanya diperlukan dalam analisa, dan berhubungan dengan
teori-teori keilmuan tertentu yang akan dipilih untuk menjelaskan fenomena
tertentu pula. Dalam hubungan ini pendekatan lebih merupakan pisau yang akan
digunakan dalam analisa. Ia semacam paradigma (cara pandang) yang akan
digunakan untuk menjelaskan suatu fenomena.
Kesimpulan
Inggris sejak terjadinnya proses pembaharuan telah
mengangkat Negara tersebut menjadi nagara yang maju, hal ini tidak lain karena
filsafat pendidikannya yang mendasari kemajuan itu.
Islam dengan sumber ajarannya al Qur’an dan al Hadist
yang diperkaya oleh penafsiran para ulama ternyata telah menunjukkan dengan
jelas dan tinggi terhadap berbagai masalah yang terdapat dalam bidang
pendidikan. Karenanya tidak heran ntuk kita katakan bahwa secara epistimologis
Islam memilki konsep yang khas tentang pendidikan, yakni pendidikan Islam.
Demikian pula pemikiran filsafat Islam yang diwariskan
para filosof Muslim sangat kaya dengan bahan-bahan yang dijadikan rujukan guna
membangun filsafat pendidikan Islam. Konsep ini segera akan memberikan warna
tersendiri terhadap dunia pendidikan jika diterapkan secara konsisten.
Namun demikian adanya pandangan tersebut bukan berarti
Islam bersikap ekslusif. Rumusan, ide dan gagasan mengenai kependidikan yang
dari luar dapat saja diterima oleh Islam apabila mengandung persamaan dalam hal
prinsip, atau paling kurang tidak bertentangan.
DAFTAR PUSTAKA
Prasetya, 2000. Filsafat
Pendidikan, Pustaka Setia:Bandung.
Titus, Smith, Nolan.1996. Persoalan-persoalan
Filsafat, Bulan Bintang: Jakarta.
Ali Saifullah .1998 Antara
Filsafat dan Pendidikan, Usaha Nasional: Surabaya
Zuhairini..1995. Filsafat
Pendidikan Islam, Bumi Aksara: Jakarta.
Abuddin Nata, 1995 .Filsafat
Pendidikan Islam, Logos Wacana Ilmu; Jakarta
Ahmad Tafsir,2008.Filsafat
Umum Akal dan Hati sejak Thales sampai Capra, RemajaRosdakarya ;Bandung.
________________,2006. Filsafat
pendidikan Islam,Rosdakarya:Bandung
Suhartono suparlan.2006.Filsafat
Pendidikan, Ar-Ruzz Media ; Yogyakarta.
O’neil Wiliam.intan Omi
(terj).2001. Idologi-ideologi pendidikan, Pustaka
pelajar :Yogyakarta
Azra azumardi, 1998. esai-esai Intelektual
Muslim pendidikan Islam, Logos; Ciputat
Rahardja Mudjia,2006, Quo
vadis pendidikan Islam,UINPress;Malang
[1] Ali maskum dan luluk Yunan. Paradigma pendidikan Universal (Yogyakarta: Ericisod,2004), hal 24
[2] Ranaissence atau enlightenment ditandai dengan pertama, zaman
ketika ilmu-ilmu dan teknologi
berkembang , kedua munculnya gerakan –gerakan intelektual yang kritis terhadapp
mitos , metafisika,tradisi, otoritas, dogmatisme dan seterusnya
[3] Bartrand Russel, Sejarah Filsafat Barat, terj Sigit jatmiko(Dkk) (Yogyakarta : pustaka pelajar, 2002), hal. 645
[4] Yasid, sains dan Islam
[5] Sekuler : sebuah pemikiran
yang dimulai dari kritik
kebebasan terhadap otoritarianisme gereja (symbol agama) di eropa
(Inggris), tetapi kemudian terlanjur
dengan pemisahan dan distorsi hingga menjadi biner oposisi.
[6] Epistimologi : hal atau katalis
yang membicarakan sumber
pengetahuan dan bagai mana cara memperolehnya, misalkan pembahasan
rasionalisme, empirisme, positivisme,dll.
[7] Dari uraian ini kiat akan melihat bahwa gelombang perkembangan
pendidikan di Inggris pada umumnya dipengaruhi oleh semangat positivisme yang
rasional, empirisme dan positivtikdengan pendekatan saintifik dan jauhnya semangat intuisi keagamaan.
[8] Istilah personal”,”subjektif”,”selektif” istilah ini akan mewakili
kebebasan individu yang banyakmuncul
dengan filsafat moderen yang Rasional(Co gito ergo sum), sedangkan istilah “
selektif” mewakili kompodsisi individu yang akan melahirjkan penegasan akan diri dan panegasan yang lain,
sebuah rasio yang kehilangan sisi humanitasnya.
[9] Selain rasio indrawi jug amenjadi alat alat kepercayaanuntuk
mendefisinikan suatu kebenaran, indrawi merupakan turunan dari aliran filsafat
empirisme yang merupakan lawan dari Rasionalisme
[10] Muhammad karim, pendidikan kritis transformative, (Yogyakarta: Ar-Ruzz media, 2009)
[12] Rasionalisme sebuah paradigma yang mempercayai adanya ide-ide
bawaan yang bersifat substansi rasio
yang mendefisisnikan dan memformulasikan
kebenaran.
[13] Ren’t Deskrates Filosof kebangsaan inggris, ayahnya adalah seorang ketua parlemen inggris yang memeiliki tangah
yang cukup luas . ia adalah anak yang cukup cerdik, seorang pembisnis , tentara
dalam bukunya Sejarah filsafat barat , terj Sigit jatmiko dkk.(Yogyakarta;pustaka pelajar,2002), hal.732.
[14] Dudi Hariman, Filsafat moderen, (Jakarta;Gramedia pustaka,2004),hal.37
[15] ejarah filsafat barat , terj Sigit jatmiko dkk.(Yogyakarta;pustaka
pelajar,2002), hal.733
[16] Sedang dalam islam Al-Ghazali mempunyai “metode keraguan Ghazali”
yang sering mnengatakan “ keraguanlah yang mengantarkan pada kebenaran,
barangsiapa yang tidak bisa maju maka dia tidak memandang, barang siap[a tidak
pernak memandang berarti dai tidak pernah melihat , maka ia tetap dalam
kebutaan dan kesesatan.
[17] Sebuah paradigma keilmuan yang memposisikan fakta yang terlihat
sebagai paliang substansi dari substansi-substansi yang lain dalam mendevisinikan kebenaran.
[18] Hume adalah filosof kebangsaaan Inggris. Ia adalah seorang yang
paling terkemuka dikalangan filsuf karena dia mengembangkan filsafat empirisme
Locke dan Berkeley menjadi konklusi logis dan
menjadikan luar biasa lantaran
membuatnya konsisten, untuk lebih bisa memahami kehidupan Humle baca Sejarah
filsafat barat , terj Sigit jatmiko dkk.(Yogyakarta;pustaka
pelajar,2002).
[19] Muhammad karim, pendidikan kritis transfor matif(Yogyakarta;Ar-Ruzzz
Media, 2009)hal 40.
[20] Faqih Mansur, Idologi dalam pendidikan” (sebuah pengantar dalam
buku Ideologi-ideologi pendidikan), Yogyakarta:
Pustaka pelajar.
[21] Ahmad Hanafi, M.A., Pengantar Filsafat Islam, (Bulan Bintang,
Jakarta, 1990) hal 37
[22] Ibid hal 59.
[23] Dalam Abuddin Nata Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta:Logos Wacana
Ilmu, 1997)hal 12.
[24] Ibid hal 43.
[25] Abuddin Nata, M.A., Filsafat Pendidikan Islam,(Logos Wacana Ilmu,
Jakarta, 1997) hal 45.
[26]Mohammad Athiyah abrosyi dalam
At Tarbiyah Al Islamiyah Wa Falsafatuha